Menyentuh Tarif Batas Atas, Angkutan Udara Menjadi Sumber Inflasi Kaltim

aa
Muhamad Nur, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim. (Foto Intoniswan)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Setelah mengalami deflasi selama 3 bulan berturut-turut, pada bulan Desember 2018 Kalimantan Timur (Kaltim) tercatat mengalami inflasi sebesar 0,54%(mtm). Capaian Inflasi Kaltim periode ini lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 0,62%(mtm). Inflasi bersumber dari kenaikan harga pada kelompok bahan makanan sebesar 0,71% (mtm) serta transportasi dan komunikasi sebesar 1,84% (mtm).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kaltim, Muhamad Nur dalam realesenya, Rabu (2/1) mengungkapkan, tarif angkutan udara menjadi faktor utama yang mendorong inflasi kelompok transportasi dan komunikasi. “Kenaikan tarif angkutan udara telah terjadi secara bertahap sejak Minggu-I bulan Desember 2018 sehingga mencapai tarif batas atasnya,” terangnya. Kebutuhan masyarkat Kaltim yang tinggi akan transportasi udara menjadi penyebab tingginya harga tiket pesawat.

Adapun inflasi bahan makanan disebabkan oleh komoditas daging ayam ras, bawang merah, dan telur ayam ras. Inflasi komoditas bawang merah disebabkan oleh berkurangnya pasokan dari wilayah sentra, terutama Kabupaten Enrekang karena distribusi yang difokuskan ke wilayah bermayoritas penduduk nasrani untuk kebutuhan Hari Raya Natal. Disamping itu, curah hujan yang tinggi menyebabkan bawang merah mudah rusak.

Nur mengatakan, berdasarkan kota pembentuknya, Kota Samarinda mengalami inflasi sebesar 0,30%(mtm) yang disebabkan oleh daging ayam ras. Sementara itu, di Kota Balikpapan inflasi tercatat sebesar 0,86%(mtm) yang didorong oleh kenaikan harga tiket pesawat. Pada bulan Januari 2018, tekanan inflasi diperkirakan lebih rendah dibandingkan bulan Desember 2018. Konsumsi masyarakat diperkirkaan akan berangsur normal paska libur sekolah dan Hari Raya Natal.

Kantor Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur dan segenap stakeholders terkait yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), kata Nur lagi,  senantiasa memantau perkembangan pergerakan inflasi secara khusus, dan perekonomian secara umum baik dalam skala domestik maupun internasional.

“Sejumlah kegiatan telah dilakukan guna mengantispasi kenaikan harga yang berkelanjutan, seperti operasi pasar maupun inspeksi secara mendadak ke pasar tradisional maupun modern serta memantau ketersediaan stok di pasar induk dan distributor utama,” ujarnya.

Hal tersebut dimaksudkan untuk memantau pergerakan harga secara langsung dan memastikan ketersediaan stok untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. Bank Indonesia secara konsisten akan terus melakukan asesmen terkait perkembangan perekonomian dan inflasi Kaltim terkini guna menuju sasaran inflasi akhir tahun sebesar 3,5+1% (yoy). (001)