
NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Kabupaten Nunukan, menggelar lomba Mabettang atau istilah dalam bahasa masyarakat disebut mengikat bibit rumput laut.
Menurut Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Setkab Nunukan, Asmar, yang hadir menyaksikan perlombaan itu menerangkan, lomba Mabettang dilaksanakan dalam rangka peringatan HUT ke-26 Kabupaten Nunukan.
“Lomba ini bagian dari rangkaian memeriahkan hari jadi ke-26 Kabupaten Nunukan yang diperingati 11 Oktober 2025,” kata Asmar kepada niaga.asia, Selasa 7 Oktober 2025.
Pelaksanaan lomba yang digelar salah satu lokasi penjemuran rumput laut depan Pos Polair Polres Nunukan, Jalan Ujang Dewa, di Nunukan Selatan itu, mendapat sambutan meriah dan antusias dari masyarakat.
Sedikitnya 64 kelompok petani rumput laut saling beradu memperlihatkan kemahiran dan kelincahan tangan mereka mengikat rumput laut, yang sudah disiapkan panitia. Lomba juga menjadi sangat meriah karena turut disaksikan ratusan orang warga setempat.
“Lomba Mabettang baru pertama kali digelar sebagai ajang kompetisi di Nunukan. Lomba ini sudah lama dinantikan masyarakat,” ujar Asmar.
Perlombaan sendiri dibagi dalam 2 kategori yakni kelompok laki-laki dan perempuan, di mana setiap kelompok beranggotakan 4 orang peserta dengan waktu yang disiapkan untuk mengikat bibit rumput laut selama 10 menit.
“Kategori penilaian pemenang mulai dari ketetapan waktu, kerapian dan tali rumput laut yang akan dibentangkan harus berisi penuh dengan bibit rumput laut,” terang Asmar.
Asmar menilai, lomba Mabettang merupakan sarana untuk memperkenalkan tradisi lokal masyarakat pesisir Kabupaten Nunukan, berkaitan dengan budidaya rumput laut sebagai salah satu komoditas unggulan daerah.

Hampir seluruh pesisir laut pulau Nunukan dipenuhi dengan tanaman rumput laut. Fenomena budidaya rumput laut ini mulai muncul di Nunukan sejak tahun 2004, dan terus berkembang semakin luas.
“Rumput laut jadi komoditas unggulan utama masyarakat Kabupaten Nunukan. Bahkan menjadi salah satu sentra produksi rumput laut terbesar di Indonesia,” sebut Asmar.
Kegiatan Mabettang telah menjadi lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat pesisir. Tidak hanya laki-laki, kalangan ibu-ibu rumah tangga dan remaja terlibat dalam pengikatan rumput laut di Nunukan hingga Sebatik.
Asmar berharap lomba Mabbettang menjadi agenda rutin tahunan yang digelar pemerintah. Selain sebagai pengenalan tradisi lokal, Mabettang dapat menjadi sarana wisata dan meningkatkan perekonomian masyarakat.
“Pesan saya seluruh peserta lomba, agar menjunjung tinggi sportivitas dalam bertanding dan mentaati peraturan yang telah disepakati bersama,” jelas Asmar.
Anjloknya harga rumput laut dalam dua tahun terakhir di harga Rp 12.000 per kilogram, tidak lantas membuat petani pesimis akan usaha ini. Mereka terus bertahan di tengah semakin tingginya kebutuhan modal usaha.
Terobosan pemerintah daerah di tahun 2025 lewat Perusahaan Daerah (Perusda) Nusa Serambi Persada (NSP), yang mengirimkan 50 ton rumput rumput di Pinrang, Sulawesi Selatan, merupakan langkah awal pengembangan usaha petani.
“Pemerintah Nunukan sangat respek terhadap budidaya rumput laut. Bantuan sarana dan prasarana sudah disalurkan ke kelompok tani guna pengembangan usaha,” demikian Asmar
Penulis: Budi Anshori | Editor: Saud Rosadi
Tag: KaltaraLomba MabettangNunukanPertanianRumput Laut