Minggu Pagi

Cerpen Karya: Efrinaldi

Ilustrasi

Terbangun aku dari tidurku yang pulas di dini hari jam 03.15 hari Minggu. Aku berdoa “Alhamdulillahi ahyana ba’dama amatana wa ilaihin nusuur”. Aku ke kamar mandi, mengambil wudhu dan salat tahajud. Terang benderang mataku, pikiranku, mataku, penciumanku dan udara dingin terasakan. Pikiranku juga terang, dadaku terasa lapang.

Aku menghidupkan pompa air. Mengambil ember dan mengisinya dengan air. Aku menaburi dua sendok makan deterjen. Melarutkannya dan kemudian memasukkan kain kotor yang tersimpan di keranjang di ruang cuci.

Aku merendam kain dan aku beralih ke dapur. Aku mengisi wadah sabun pencuci piring dua pertiga wadah. Menuang sesendok the sabun pencuci piring, melarutkan dan dan mulai mencuci piring dari wastafel. Sekitar 10 menit semua piring dan alat makan lainnya selesai tercuci. Aku letakkan di rak perkakas makan.

Aku istirahat sebentar. Merokok dan membuka WA. Tidak ada yang perlu ditanggapi.

Jam 4.00 aku mengucek dan membilas pakaian yang direndam. Dalam 20 menit selesai pakaian terbilas. Aku meletakkan kain yang selesai dicuci dekat ruang jemur pakaian. Aku pun istirahat.

Jam 4.45 istriku terbangun, juga anakku. Aku mengambil dompetku. Aku memberikan uang lima  ribu rupiah rupiah pada anakku untuk jajan. Ada uang receh Rp2.500 di dompetku. Aku tidak suka ada uang receh di dompetku. Membuat dompetku tebal saja. Aku memberikan pada istriku.

Istriku senang. Dia menyimpannya di dompet khusus untuk keperluan belanja sehari-hari. Dia memang punya dompet lain, tempat menyimpan KTP, ATM, STNK motor, SIM C, kartu BPJS dan sejumlah uang.

Aku pun mandi. Memakai deodorant dan mengenakan baju putih dan celana putih, pakaian muslim yang aku beli dulu sebelum naik haji tahun 2018.

Terdengar adzan di masjid. Aku mengeluarkan sepeda motor dan berangkat menuju masjid.

Di masjid aku sempat salat sunat tahiyatul masjid, qabla subuh dan rawatib. Muazin iqamat dan salat subuh pun dimulai.

Selesai salat aku berdoa, dan bercakap-cakap dengan jamaah masjid secukupnya, dan aku pun pulang ke rumah.

Sesampai di rumah istriku telah menyuguhkan kopi hitam kesukaanku. Kopi hitam itu aku beli di Pokan Komih, Limbonang lima belas hari yang lalu. Kopi hitam itu dijual oleh petaninya sendiri. Dengan demikian keaslian bubuk kopinya dipercaya. Harganya pun murah dibandingkan kopi produksi lainnya.

Aku berbincang-bincang dengan istriku.

“Sebaiknya kita mengurangi membeli makanan di warung atau restoran. Lebih baik memakan masakan sendiri. Selain murah juga kebersihannya terjamin. Kita juga kembali menerapkan hidup hemat cermat. Kita baru saja membuka keran tabungan untuk belanja, yaitu beli HP baru, beli mobil baru, beli pakaian dalam dan sandal untuk kita bertiga,” kataku pada istriku.

“Iya, Uda,” jawab istriku singkat.

Aku membuka laptop. Aku membuka WA. Tidak ada yang perlu ditanggapi. Aku membuka folder CERPEN. Aku membuat file baru yaitu cerpen baru yang akan kutulis.

Aku merokok sambil menikmati kopi. Dalam kepulan asap berkelana imajinasiku.

“Aha! Aku ada ide!” seruku.

“Ide apa, Uda?” Tanya istriku.

“Ide cerpen untuk terbit minggu depan,” jawabku.

“Syukurlah. Semoga selalu ada ide tiap minggu agar cerpen Uda tayang tiap pecan di koran online itu!” tukas istriku.

“Alhamdulillah, sampai kini cerpen Uda tayang rutin tiap pecan,” kataku.

“Alhamdulillah!” istriku mengucap syukur.

Dari lubang angin pintu terlihat cahaya benderang. Hari sudah siang. Aku membuka tirai jendela kaca dan embuka kaca nacojendela  agar udara segar masuk.

Aku keluar rumah. Terlihat sekuntum bunga mawar mekar. Indah sekali! Masya Allah!

Tag: