Mooncake Festival 4-6 Oktober di Samarinda Tawarkan 50 Jenis Kuliner Vegetarian

Mooncake Festival di Budhist Centre Samarinda berlangsung mulai 4-6 Oktober 2025. (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Festival Mooncake atau kue bulan digelar dengan meriah di Maha Vihara Sejahtera Maitreya, Buddhist Centre Samarinda pada 4-6 Oktober 2025. Perayaan tradisional tahunan masyarakat Tionghoa pada pertengahan musim gugur ini menghadirkan 50 jenis makanan berbahan vegetarian atau non-daging.

Ketua Buddhist Centre Kaltim, Hendri Suwito menerangkan, festival ini bukan hanya soal perayaan tradisi, tetapi juga momen dalam menjaga keharmonisan keluarga dan mempererat tali silaturahmi antar umat beragama di Kalimantan Timur.

Dalam festival itu, masyarakat dapat menikmati beragam pilihan kuliner sehat sekaligus menyaksikan langsung proses pembuatannya.

“Kami menghadirkan lebih dari 18 stan makanan dengan 50 jenis makanan yang disajikan,” kata Hendri di Maha Vihara Sejahtera Maitreya, Buddhist Centre, Jalan DI Panjaitan, Samarinda, Sabtu 4 Oktober 2025 malam

Festival kue bulan ini telah dilaksanakan selama 7 kali berturut-turut setiap tahunnya di kota Samarinda. Setiap festival kue bulan ini, makanan yang paling dicari dan tidak terlewatkan oleh pengunjung adalah kue bulannya.

Kue khas ini berbentuk bulat dengan rasa manis ini selalu menjadi incaran pengunjung ketika berkunjung ke Maha Vihara Sejahtera Maitreya, Buddhist Centre, di setiap tahunnya.

“Masyarakat bisa melihat kue bulan secara langsung yang kini jarang ditemukan. Semua makanan di sini vegetarian, sehat dan berkualitas,” terang Hendri.

Antusiasme pengunjung pun disebut sangat tinggi. Pihak Buddhist Centre mengakui setiap tahunnya, pengunjung dari berbagai daerah di Kaltim sangat ramai memadati perayaan ini.

“Puluhan ribu yang datang setiap tahunnya. Pengunjungnya ada dari Balikpapan dan Berau. Ini juga upaya Buddhist Centre untuk membantu pemerintah meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kaltim,” jelas Hendri.

Wakil Gubernur Kaltim Seno Aji mengapresiasi festival ini sebagai simbol kesatuan bangsa. (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

Sementara, Wakil Gubernur Kaltim Seno Aji yang membuka perayaan kue bulan itu menerangkan, perhelatan tahunan ini bukan hanya tradisi, tetapi sebuah upaya dalam memperkaya keragaman budaya dan mendukung pariwisata di Kaltim.

“Perayaan ini sarat akan makna mulai dari rasa syukur dari panen yang melimpah, doa keberuntungan dan simbol kesatuan bangsa,” kata Seno.

Festival kue bulan ini menghadirkan berbagai penampilan seni mulai dari tarian naga, atraksi barongsai hingga aneka kuliner khas berbahan vegetarian. Festival ini menjadi media edukasi budaya, khususnya bagi generasi muda.

“Kegiatan ini juga mendukung pengembangan pariwisata dan sektor ekonomi kreatif, di mana banyaknya UMKM yang bangkit dengan adanya festival ini,” ujar Seno.

Seno juga menegaskan festival ini sebagai momentum untuk mempererat tali silaturahmi, memperkuat gotong royong, serta bersama-sama menjaga kerukunan dan kedamaian di Kaltim.

“Kita boleh berbeda etnis dan budaya, tapi kita menjadi satu kesatuan untuk mewujudkan Kaltim sukses menuju generasi emas,” demikian Seno Aji.

Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi

Tag: