SAN FRANCISCO.NIAGA.ASIA – Moorissa Tjokro, seorang ahli pengembang software mobil tanpa awak atau autopilot juga dihadirkan Konjen RI San Francisco, Prasetyo Hadi, pada Webinar bertajuk “Perempuan Hebat, Indonesia Semakin Bermartabat” yang digelar KJRI San Francisco secara daring dan dihadiri hampir dua ratus peserta pada Senin (18/4/2022).
“Kegiatan ini diharapkan dapat menginspirasi kaum perempuan Indonesia lainnya, baik di tanah air maupun Amerika Serikat seperti halnya dedikasi Kartini dan banyak pahlawan perempuan Indonesia lainnya yang menggerakkan emansipasi perempuan Indonesia di masa kolonial dulu,” kata Konjen RI San Francisco, Prasetyo Hadi.
Webinar tersebut menghadirkan 3 narasumber sosok perempuan hebat, para pemimpin perempuan Indonesia di Amerika Serikat yang telah berkarya dan mendedikasikan dirinya dalam profesi yang dimilikinya dengan cemerlang di bidang masing-masing.
Ketiga narasumber tersebut yakni Moorissa Tjokro, seorang ahli pengembang software mobil tanpa awak, Veronika Andrews, seorang Manajer Senior pada perusahaan aviasi ternama dunia, 777X Avionics Common Core System (CCS) Boeing, dan Ake Pangestuti, Ketua ALZI San Francisco yang aktif dalam mengadvokasi dan memberikan bantuan terhadap permasalahan dimensia.
Jalannya Webinar juga dipimpin oleh Michelle Koesmono, seorang mahasiswa Indonesia di Universitas California (UC) Berkeley yang juga merupakan Presiden Persatuan Mahasiswa Indonesia di AS (PERMIAS) seluruh kampus di San Francisco Bay Area (SFBA).
Narasumber pertama, Moorissa, menekankan pentingnya penguasaan ilmu dan pengetahuan serta peningkatan literasi digital terutama bagi kaum perempuan. Literasi digital akan mendorong peningkatan kesadaran akan pengembangan dan pemanfaatan teknologi untuk keamanan dan keselamatan manusia.
“Seperti teknologi mobil otonom tanpa awak pengemudi yang dikembangkan dengan sistem perangkat lunak berbasis kecerdasan buatan, akan menghasilkan tingkat efisiensi dan meningkatkan keamanan berkendara sehingga membantu menekan angka kecelakaan di jalan raya”, ujar Moorissa.
Menurut perempuan lulusan S1 Georgia Institute of Technology Atlanta dan S2 Columbia University ini, mobil otonom tanpa pengemudi atau autopilot sudah cukup banyak dikembangkan di Amerika Serikat terutama di San Francisco. Mobil tersebut akan berkontribusi pada berkurangnya pemanasan global karena menghasilkan emisi karbon dioksida yang jauh lebih rendah.
Moorissa bersama timnya saat ini bahkan tengah memajukan sistem otomatisasi mobil tanpa pengemudi ini sampai pada level 4, yang berarti mobil akan sepenuhnya mandiri, meskipun masih menyediakan ruang kendali bagi pengendara.
Level tertinggi dari mobil autopilot adalah level 5, dimana kendaraan tidak hanya semua fungsi sepenuhnya otomatis tetapi juga sepenuhnya otonom alias sama sekali tidak memerlukan alih pengemudi oleh manusia.
Menurut Society for Automotive Engineers atau SAE International – sebuah organisasi global yang merupakan kumpulan dari sekitar 128.000 insinyur dan pakar teknis terkait di industri kedirgantaraan, otomotif, dan kendaraan komersial, telah dibuat klasifikasi taksonomi untuk menunjukan tingkat otomatisasi kendaraan bermotor.
Menurut SAE International, tingkatan pertama adalah nol, yang berarti tidak ada otomatisasi sama sekali, dan tingkatan terakhir adalah 5 dengan kendaraan sepenuhnya otomatis dan otonom.
Dalam test drive terhadap Cruise, salah satu mobil otonom ternama yang berbasis kecerdasan buatan yang dilakukan pada kesempatan terpisah oleh Moorissa bersama dengan KJRI San Francisco, tingkat otomatisasi mobil tersebut diketahui telah mencapai level 4.
Mobil Cruise saat ini sudah beredar di pasaran terutama di San Francisco yang sistem kecerdasannya terus disempurnakan oleh sekelompok tim ahli yang Moorissa menjadi bagian di dalamnya. Kini ia dengan timnya tengah mengembangkan teknologi kecerdasan buatan pada transportasi publik sehingga mobil otonom juga akan bermanfaat bagi masyarakat termasuk penyandang disabilitas.
Keahlian yang dimiliki oleh sosok seperti Moorissa tidak banyak dimiliki orang lain. Perempuan yang pernah bekerja di NASA dan Tesla ini, sejak kecil menyukai hal berbau mekanik dan teknologi, serta suka mempelajari sesuatu yang baru.
“Pengetahuan adalah kekuatan”, tegasnya.
Ia berpesan kepada masyarakat terutama generasi muda Indonesia untuk terus memperluasan wawasan, bersikap positif, ikuti berbagai pelatihan yang meningkatkan kualitas diri, dan senantiasa terbuka pada suatu yang baru agar tidak tertinggal oleh pegerakan zaman yang begitu cepat.
“Memiliki mentor juga sangat penting”, tambahnya.
Mentor akan menjadi bagian dari perjalanan hidup yang akan terus mendukung dan memberi pelajaran untuk kesuksesan.
Sumber : KJRI San Francisko | Editor : Intoniswan
Tag: Moorissa Tjokro