Muara Badak Berkontribusi Terhadap Banjir di Samarinda

Banjir di kawasan Gunung Kapur di Samarinda Utara, Senin (18/10/2021) (Foto : tangkapan layar)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Kota Samarinda yang secara topografi posisinya lebih rendah ketimbang tetangga sebelah, terutama dengan Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), wajar jika kemudian mendapat limpasan air dari kecamatan itu jika terjadi hujan lebat.

Apalagi Sungai Karang Mumus (SKM) yang menjadi salah satu ikon Kota Samarinda, berhulu di kawasan Karang Mumus, Desa Badak Mekar, Kecamatan Muara Badak. Kemudian agak ke hilir dari Badak Mekar ada Desa Tanah Datar dan Desa Sungai Bawang yang juga masih di Kecamatan Muara Badak.

Hilir dari Desa Sunga Bawang adalah Kota Samarinda. Kawasan yang bertetangga dengan Sungai Bawang adalah Kelurahan Budaya Pampang, Kecamatan Samarinda Utara.

Dari kawasan hulu SKM inilah air terus turun ke hilir atau ke Kota Samarinda, sehingga wajar jika kemudian limpasan air dari Muara Badak turut memberikan kontribusi terhadap banjir di Samarinda melalui SKM.

Wali Kota Samarinda Andi Harun, saat penanaman pohon di sempadan SKM, Sabtu (29/1) mengatakan bahwa banjir di Samarinda tidak hanya akibat limpasan air ketika hujan, tapi juga dari Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kukar yang lokasinya lebih tinggi.

Wali Kota Samarinda, DR H Andi Harun. (Foto Niaga.Asia)

“Ketika hujan deras di kawasan hulu, maka air dari Badak Mekar melimpas dan turun ke Sungai Bawang, kemudian masuk ke Samarinda melalui Desa Budaya Pampang dan SKM, sehingga kemudian kawasan Pampang pun ikut banjir, padahal sebelumnya tidak pernah banjir dalam di Pampang,” katanya.

Untuk itu, ia mengucapkan terima kasih kepada Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV Samarinda karena berhasil melakukan normalisasi sungai di Sungai Bawang, sehingga perjalanan air di kawasan itu menjadi lancar masuk ke SKM Samarinda.

“Di sisi lain, akibat normalisasi Sungai Bawang, maka perjalanan air menjadi kencang, sehingga hal ini berdampak pada sejumlah kawasan di Samarinda yang banjir, dimulai dari banjir di Pampang yang cukup dalam, air terus turun sampai ke Perumahan Bengkuring hingga ke Perumahan Griya Mukti,” katanya.

Kondisi ini tentu membuat Pemkot Samarinda harus berpikir ekstra mengatasi masalah banjir yang salah satunya akibat melimpasnya air di SKM, sehingga sejumlah kawasan di tepi SKM harus diturap atau dibeton agar tidak membanjiri dataran yang lebih rendah ketimbang ketika SKM pasang.

“Kawasan yang lebih rendah ketimbang air sungai saat pasang antara lain sebagian di Jalan Dr Soetomo, Perumahan Bengkuring, dan Perumahan Griya Mukti,” ujarnya.

Untuk itu, lanjut Andi Harun, Pemkot Samarinda akan membuat kolam retensi di kawasan Pampang. Kolam retensi akan menampung air dari sungai ketika debitnya maksimum, sedangkan jika debit air sungai kembali normal, maka secara perlahan akan dialirkan ke sungai. (gh)

Tag: