Napi Lapas Bontang dan Samarinda yang Jadi Pengendali Peredaran Sabu

Tersangka kasus narkoba yang dikendalikan dari Lapas (Foto : istimewa)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Dua kakak beradik di Senoni, Kutai Kartanegara, dibekuk BNNP Kaltim terkait kasus narkoba jenis sabu. Pun demikian di Bontang, warga Loktuan juga diringkus BNN.

Menjalankan bisnisnya, kakak beradik di Kukar itu, RD dan HD, dikendalikan RH, napi Lapas Bontang. Sedangkan warga Loktuan, MA, dikendalikan RY napi Lapas Samarinda. Kedua Napi beda Lapas itu sudah diamankan.

“Kakak beradik itu pengedar dan kurir. Dapatnya dari Lapas. Mereka transaksi, pemandu dari Lapas. Barang dari luar Lapas,” kata Kepala BNN Provinsi Kalimantan Timur Brigjen Pol Wisnu Andayana, ditemui wartawan usai konferensi pers pemusnahan barang bukti narkoba di kantornya, Senin (3/11).

Peredaran sabu dengan pengendali dari dalam Lapas, bukan lagi hal baru.

“Itu selalu begitu. Pengendali di Lapas. Belum tentu juga petugas (Lapas) tahu. Kalau tahu pun pasti ditindak,” ujar Wisnu.

Pun demikian dengan barang bukti 361,4 gram sabu dari tangan warga Bontang. “Kalau itu pengendalinya dari Lapas Sudirman Samarinda,” tambah Wisnu.

Wisnu menerangkan, sejauh ini koordinasi yang dilakukan BNNP Kaltim dengan Kanwil Kemenkumham berjalan baik dan cukup intens untuk memberantas narkoba di Lapas dan Rutan.

Dua Pengedar Sabu Bekuk, Pengendalinya Napi Dua Lapas di Kaltim

“Mereka (Kanwil Kemenkumham) selalu respons cepat. Sebetulnya mereka juga tidak tahu (pengendali dari Lapas). Bukan melindungi,” ujar Wisnu.

“Kecuali misal kita koordinasi dipersulit, oh berarti ada yang dilindungi. Ini tidak. Beberapa kali respons mereka cepat. Justru ada barang bukti (sampai) 4 kg di (Lapas) Bontang kan?” tambah Wisnu.

Dijelaskan Wisnu, pengiriman narkoba jenis sabu selalu dari luar Kaltim, tepatnya di perbatasan Kaltim dan Kaltara. “Arahnya selalu dari perbatasan,” sebut Wisnu.

“Komitmen mereka (Kanwil Kemenkumham) tetap tidak melegalkan praktik itu di dalam (Lapas dan Rutan). Itu komitmen mereka. Masalah internal, itu kan urusan Lapas masing-masing,” tegas Wisnu.

Dijelaskan Wisnu, kondisi Lapas dan Rutan, memang saat ini sangat melebihi kapasitas.

“Karena rata-rata Lapas kan over kapasitas. Pegawainya berapa orang, mengawasi berapa orang. Kita harus maklum. Lapas juga bilang ke kami, tolong kami diberi informasi kalau ada (pengendali), karena mereka belum tentu tahu. Karena itu kan awalnya penyelidikan dari kita,” demikian Wisnu.

Penulis : Saud Rosadi | Editor : Saud Rosadi

Tag: