NKRI Bersyariah Usungan HRS Hanya Didukung 12,8% Pemilih

aa
Pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin didukung mayoritas pemilih yang juga suka Reuni 212.

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Konsep NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) bersyariah usungan Habieb Rizieq Shihab (HRS) sebelum Reuni 212 tahun 2018 hanya didukung 12,8% pemilih yang suka reuni 212 maupun yang tidak suka, sedangkan 83,2% menyatakan setuju dengan NKRI yang berdasarkan Pancasila.

Demikian antara lain  temuan survei  LSI Denny JA dalam rilisnya yang diterima Niaga.Asia, Kamis (20/12/2018). Survei dilakukan pada tanggal 5-12 Desember 2018 di 34 Provinsi di Indonesia,  menggunakan 1200 responden dengan metode multistage random sampling. Wawancara dilakukan secara tatap muka menggunakan kuesioner. Margin of error  survei ini lebih kurang 2,8%. Selain survei, LSI Denny JA juga melakukan riset kualitatif dengan medoted FGD (Fokus Group Discussion),  analisis media, dan indepth interview untuk memperkaya analisa survei. Survei dibiayai sendiri oleh LSI Denny JA.

Menurut LSI Denny JA, dari 54,5% yang menyatakan suka dengan reuni 212, sebesar 83,2% menyatakan setuju dengan NKRI berdasarkan Pancasila. Hanya 12,8% yang pro NKRI bersyariah. Sementara pemilih yang menyatakan tidak suka dengan reuni 212 atau 26,0%, sebesar 95,1% menyatakan setuju dengan NKRI berdasarkan Pancasila. Hanya sebesar 3,3% yang pro NKRI bersyariah.

“Artinya bahwa mayoritas pemilih Indonesia adalah pendukung NKRI yang berdasarkan Pancasila. Dan gagasan NKRI bersyariah sangat minoritas dukungannya bahkan di kalangan pemilih muslim sendiri,” kata Peneliti di lembaga survei Lingkar Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Fadhli Fakhri Fauzan.

Menurut Fadhli di pemilih yang menyatakan suka reuni 212, 43,6% memberikan dukungan terhadap Jokowi-Ma’ruf Amin, sementara pasangan Prabowo-Sandi memperoleh dukungan sebesar 40,7%. Sedangkan di pemilih yang menyatakan tidak suka dengan reuni 212, sebesar 61,8% mendukung Jokowi-Ma’ruf, hanya sebanyak 27,6% mendukung Prabowo-Sandi. “Di mereka yang tak menyatakan sikap suka atau tidak suka dengan reuni 212, Jokowi-Ma’ruf juga unggul. Jokowi-Ma’ruf memperoleh dukungan 52,6% dan Prabowo-Sandi memperoleh dukungan sebesar 37,2%,” ungkapnya.

Kemudian, jika dukungan capres dilihat dari pemilih yang tahu dan pemilih yang tidak tahu adanya reuni 212, Jokowi-Ma’ruf juga masih unggul. Di pemilih yang menyatakan tahu/pernah mendengar reuni 212 (58,5%), Jokowi-Ma’ruf unggul dengan dukungan sebesar 50.0%. Dan dukungan terhadap Prabowo-Sandi sebesar 36,6%. Sementara di pemilih yang menyatakan tidak pernah mendengar reuni 212, sebanyak 61,6% mendukung Jokowi-Ma’ruf, sementara dukungan terhadap Prabowo-Sandi sebesar 21,5%.

Atas temuan-temuan survei LSI Denny JA Desember 2018 itu, kata Fadhli, LSI Denny JA menyimpulkan, Pertama; reuni 212 dikenal atau diketahui luas oleh pemilih dan mayoritas suka dengan kegiatan tersebut. Kedua; bagi pemilih yang menyukai reuni 212, mayoritas dari mereka sudah memiliki sikap sendiri terkait NKRI bersyariah dan capres, yang berbeda dengan Habib Rizieq Shihab yang menjadi simbol utama gerakan reuni 212.

Ketiga; mayoritas pemilih yang suka reuni lebih menyukai konsep NKRI b erdasarkan Pancasila dibandingkan NKRI bersyariah. Keempat; mayoritas pemilih yang suka reuni lebih banyak memilih Jokowi dibandingkan Prabowo uang diserukan habib Rizieq Shihab. Kelima; pasca reuni 212, sebagian pemilih datang ke Prabowo (terutama PA 212 dan FPI), namun sebagian meninggalkan Prabowo (NU dan mereka yang tak berafiliasi). Keenam; pasca reuni 212, elektabilitas kedua psangan capres tak banyak berubah. “Jarak elektabilitas kedua capres masih diar=tas 20% dengan keunggulan Jokowi-Ma’ruf,” ungkap Fadhli. (001)