PBB : Perang di Ukraina Rugikan Negara Miskin Pengimpor Gandum

Petani memanen dengan menggabungkan mereka di ladang gandum dekat desa Tbilisskaya, Rusia, 21 Juli 2021. (Foto AP/Vitaly Timkiv)

ROMA.NIAGA.ASIA — Negara-negara miskin di Afrika bagian utara, Asia dan Timur Tengah yang sangat bergantung pada impor gandum berisiko menderita kerawanan pangan yang signifikan imbas perang Rusia di Ukraina.

Krisis Rusia – Ukraina hampir dipastikan kembali menaikkan harga pangan yang sudah melonjak di banyak negara. Demikian peringatan yang dikeluarkan badan pangan PBB hari Jumat.

Rusia, yang berada di bawah sanksi ekonomi berat karena menyerang tetangganya, Ukraina dua minggu lalu, merupakan pemasok sepertiga dari ekspor biji-bijian global.

Badan Pangan PBB menyatakan, intensitas dan durasi konflik yang tidak pasti, berimbas pada potensi kerawanan pangan global.

“Kemungkinan gangguan terhadap kegiatan pertanian dari dua eksportir utama komoditas pokok ini dapat secara serius meningkatkan kerawanan pangan secara global, ketika harga pangan dan input internasional sudah tinggi dan rentan,” kata Qu Dongyu, Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian berbasis di Roma, dikutip niaga.asia dari Associated Press, Sabtu.

Badan PBB, yang dikenal sebagai FAO, juga mencatat bahwa Rusia adalah produsen utama pupuk, di mana komponen pupuk utama – urea – telah melonjak lebih dari tiga kali lipat harganya dalam 12 bulan terakhir.

Ada juga ketidakpastian apakah gandum Ukraina yang siap pada bulan Juni dapat dipanen.

“Perpindahan penduduk secara besar-besaran telah mengurangi jumlah buruh dan pekerja pertanian. Mengakses ladang pertanian akan sulit,” ujar Qu.

Pelabuhan Ukraina di Laut Hitam ditutup, dan pemerintahnya minggu ini melarang ekspor gandum, millet, soba, dan beberapa produk makanan lainnya untuk mencegah krisis di negaranya sendiri.

Larangan itu tidak berlaku untuk ekspor global utamanya jagung dan minyak bunga matahari. Ini dan Rusia bersama-sama memasok 52% dari ekspor minyak bunga matahari dunia. Mereka juga menyumbang 19% dari pasokan jelai dunia, 14% gandum dan 4% jagung.

“Masih belum jelas apakah eksportir (lain) akan mampu mengisi kesenjangan ini,” kata Qu, seraya memperingatkan bahwa persediaan gandum sudah menipis di Kanada.

Qu juga menerangkan, Amerika Serikat, Argentina dan negara-negara penghasil gandum lainnya kemungkinan akan membatasi ekspor karena pemerintah berusaha memastikan pasokan domestik.

Menambah tekanan, negara-negara yang bergantung pada gandum Rusia dan Ukraina kemungkinan akan meningkatkan impor. Mesir, Turki, Bangladesh dan Iran membeli 60% gandum mereka dari Rusia dan Ukraina. Selain itu negara lain yang juga sangat bergantung adalah Lebanon, Tunisia, Yaman, Libya dan Pakistan.

Seorang pekerja mengumpulkan roti lapis ‘baladi’ tradisional Mesir, di sebuah toko roti, di el-Sharabia, distrik Shubra, Kairo, Mesir, Rabu, 2 Maret 2022. (AP Photo/Nariman El-Mofty)

Di Libya, di mana perang saudara telah berlangsung selama bertahun-tahun, kenaikan harga terbaru untuk bahan makanan membuat orang khawatir.

Salah Alabar, ayah dua anak berusia 37 tahun, mengatakan roti dan tepung telah meningkat sekitar 40% di lingkungan Benghazi-nya. Bahkan minyak bunga matahari 25% lebih tinggi.

“Ini merupakan tantangan bagi keluarga dengan upah minimum dan bahkan keluarga kelas menengah karena pengeluaran meningkat secara keseluruhan,” katanya.

Badan PBB itu mengatakan simulasinya menunjukkan bahwa “jumlah global orang yang kekurangan gizi dapat meningkat 8 hingga 13 juta” pada 2022-2023, khususnya di Asia, Afrika sub-Sahara, Timur Tengah, dan Afrika Utara.

Potensi Rusuh Imbas Kenaikan Harga

Mohammed Jassim, yang memiliki toko roti kecil di Baghdad, mengatakan ada kekhawatiran nyata di Irak, di mana puluhan orang mengadakan demonstrasi dalam seminggu terakhir atas melonjaknya harga pangan.

“Saya adalah konsumen yang membeli kebutuhan pokok untuk bisnis saya, dan saya telah melihat kenaikan sekitar 20% pada harga gula dan gandum,” katanya.

“Jika ini terus berlanjut, maka saya akan dipaksa untuk menaikkan harga saya, dan pada akhirnya, rata-rata warga negara yang akan membayarnya,” jelas Jassim.

Dengan berkurangnya ekspor biji-bijian dan biji bunga matahari oleh Ukraina dan Rusia dinilai cukul mengkhawatirkan.

“Mengkhawatirkan, kesenjangan pasokan global yang dihasilkan dapat mendorong harga pangan dan pakan internasional sebesar 8 hingga 22% di atas tingkat yang sudah meningkat,” laporan FAO kembali memperingatkan.

Angka-angkanya menunjukkan harga pangan mencapai titik tertinggi sepanjang masa di bulan Februari.

Pandemi COVID-19 sudah berdampak besar pada ketahanan pangan global. Tahun lalu, harga gandum dan barley global naik 31%, dan harga minyak lobak dan bunga matahari melonjak lebih dari 60%. Harga gandum telah melonjak lebih dari 50% sejak seminggu sebelum invasi Rusia.

Di Italia, supermarket di Tuscany dan Sardinia membatasi penjualan minyak biji bunga matahari menjadi dua kontainer per pelanggan, kata TV pemerintah Italia. Supermarket di Spanyol juga membatasi pembelian.

Bahkan importir benih Italia untuk diproses menjadi minyak mengatakan pasokan mereka sudah habis.

Sumber : The Associated Press | Editor : Saud Rosadi

 

Tag: