Pedagang Durian Panen Cuan di Libur Panjang Natal dan Tahun Baru

Pedagang buah durian di kios Belah Duren Samarinda, Samsul. (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Memasuki libur natal dan tahun baru (Nataru) 2025, pemandangan di sudut kota Samarinda berubah drastis. Aroma menyengat yang khas dan lapak-lapak dadakan penjual durian mulai bermunculan di banyak sudut jalan mulai dari kawasan Jalan Pelita, Gerilya, Antasari, hingga Cendana, menandakan musim buah durian telah tiba.

Deretan raja buah tampak berjejer rapi itu, menghentikan laju kendaraan masyarakat yang ingin membelinya.

Salah satu tempat penjual durian yang unik dan paling ramai dikunjungi pembeli setiap harinya adalah Belah Duren. Kios ini berada di Jalan Cendana, tepat di belakang Masjid Baitul Muttaqien, Islamic Center.

Menariknya, tempat itu terlihat berbeda.dari lapak-lapak tunggal pinggir jalan lainnya. Kios Belah Duren ini menghadirkan empat pedagang buah durian yang berjualan dalam satu area.

Alih-alih saling sikut, persaingan sehat para pedagang di sini justru menarik pembeli untuk membelinya, karena menyajikan pilihan yang melimpah dengan harga yang beragam.

Buah durian di Kios Belah Duren (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

Salah satu pedagang buah durian Samsul, 60 tahun, tampak cekatan memilah durian pesanan pelanggan. Dengan parang kecil di tangan, dia mengetuk-ngetuk permukaan kulit durian, mencari suara ‘buk-buk’ yang menandakan daging buah dalamnya matang dengan sempurna.

Dibandingkan hari-hari biasanya, musim durian di tengah libur Nataru ini membawa berkah berlipat ganda. Para pelanggan tak hanya berasal dari warga lokal Samarinda, tapi juga pelancong dari Tenggarong dan Balikpapan, yang singgah ke kios ini.

“Musim buah sudah dari seminggu lalu. Masyarakat dari berbagai daerah di Samarinda, bahkan dari luar kota seperti Balikpapan dan Tenggarong, kadang sengaja ke sini buat cari durian,” kata Samsul saat berbincang bersama niaga.asia di sela kesibukannya, Minggu 28 Desember 2025.

Kios Belah Duren menawarkan pengalaman makan di tempat yang jarang ditemukan pada lapak-lapak lainnya. Pengelola bahkan menyediakan meja, kursi hingga sarung tangan plastik, agar jari pengunjung tetap bersih dan tidak lengket saat menyicip durian.

Samsul menjelaskan durian-durian yang dijual ini berasal dari Melak Kutai Barat dan daerah Kalimantan Tengah, dengan variasi durian beragam mulai dari durian lokal hingga durian montong yang terkenal dengan buah yang lebih tebal dan besar.

“Jadi ada tengkulaknya yang antar ke sini setiap hari,” ujar Samsul.

Musim buah durian bertepatan dengan libur Natal dan Tahun Baru. (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

Untuk harga, Samsul mematok angka yang ramah di kantong. Untuk durian lokal dibanderol dengan harga mulai dari Rp100 ribu isi 3 hingga 4 buah durian, tergantung ukuran. Ada pula yang dijual satuan seharga Rp50 ribu, Rp75 ribu hingga Rp100 ribu.

Sedangkan, bagi yang menyukai daging buah yang tebal dan lembut, tersedia durian Montong yang dibanderol Rp120 ribu per kilogramnya.

“Paling banyak yang dibeli durian lokal paling digemari warga, meski durian Montong itu besar-besar kan daging buahnya,” sebut Samsul.

Musim panen bertepatan libur panjang ini menjadi momen emas bagi para pedagang. Dalam sehari, Samsul mampu menjual 50 hingga 70 buah durian. Lapaknya mulai buka sejak pukul 08.00 Wita hingga dini hari pukul 01.00 Wita setiap harinya.

“Paling ramai itu biasanya setelah Maghrib atau sore hari, orang-orang mampir ke sini,” demikian Samsul di akhir perbincangan.

Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor; Saud Rosadi

Tag: