Pedagang Pisang di Tanjung Redeb Tetap Eksis

Pedagang pisang di Pasar Sanggam Adji Dilayas, Tanjung Redeb masih eksis berjualan karena permintaan pisang meski menurun ditengah wabah corona, tapi tidak turun drastis. (Foto Helda Mildiana/Niaga.Asia)

TANJUNG REDEB NIAGA.ASIA-Pisang merupakan salah satu buah yang paling digemari oleh masyarakat Indonesia. Rasanya yang enak, harganya murah, serta mudah dikreasi untuk berbagai macam makanan. Di Tanjung Redeb dan sekitarnya, jajanan berupa kue banyak yang bahannya dari pisang, seperti kuenya orang bugis Brongko, Es Pisang Hijau, wadainya urang Banjar Amparan Tatak.

Atau yang sudah sangat umum dikenal, yakni pisang goreng atau disebut sanggar yang banyak dijual di pinggir-pinggir jalan dengan gerobak bertulisan Gorengan. Ada juga yang dibungkus dengan tepung sebelum digoreng, namanya pisang molen.Variasi lain dari jajanan dari pisang adalah pisang goreng ditaburi keju atau pisang goreng keju, bahkan dibumbui coklat, serta susu.

Banyaknya jajanan yang diolah dari pisang tersebut membuat pedagang pisang di Pasar Sanggam Adji Dilayas (SAD) omset tidak terlalu  merosot, atau  terdampak signifikan akibat adanya wabah virus corona (Covid-19).

Penjualan pisang di Pasar SAD menurut  keterangan Hj Norhani masih terbilang lumayan, kalau dibilang menurun yang memang ada penurunan selama dua minggu terakhir,  karena sejumlah pedagang pisang goreng di  Tanjung Redeb, Teluk Bayur dan Gunung Tabur istirahat berjualan.

“Penjualan pisang tidak  turun drastis, masih ada saja pembeli pisang, agak sepi, tapi tidak sepi sepi sekali,” ungkap Norhani.

Pisang yang menjadi andalan pedagang di Pasar SAD adalah pisang Kepok. Pisang paling dicari  pedagang gorengan maupun pembuat kripik. Harga satu sisir pisang Kepok di pasar SAD berkisar dari harga Rp10.000 – Rp15.000, kalau pun pisang ini  sudah sangat  masak atau terlalu tua,  harganya turun  menjadi Rp5.000 hingga Rp7.000,-.

Menurut Norhani, jika pedagang gorengan atau pembuat kripik pisang membeli pisang jumlah banyak,  dia memberikan harga lebih murah, apalagi kepada langgananya. Pelanggan utamanya dari dulu sampai sekarang pedagang gorengan.

“Pembeli pisang lainnya adalah ibu-ibu rumah tangga untuk dikonsumsi keluarganya,” kata Norhani yang  suka mengirim pisang ke rumah yatim piatu ini.

Ditambahkan Norhani, sekarang ini harga pisang Ambon RP 10.000 – 13.000 per sisir,  pisang Susu Rp 8.000- 15.000, pisang Raja Rp 10.000 – 15.000, pisang Emas  Rp 12.000- 15.000, dan Mauli Rp 5.000 – 10.000 per sisir.

Karena pisang masih laku dan masih dicari masyarakat, Norhani  dan puluhan pedagang pisang di Pasar SAD tidak menutup kios pisangnya di siang hari. Mereka tetap berjualan sampai sore seperti biasa.

Pedagang pisang yang berjualan di luar Pasar SAD, misalnya di jalan Teuku Umar dan Murjani II Kelurahan Tanjung Redeb juga masih eksis. Kios masih diisi pisang. Pelanggannya adalah pedagang gorengan dan pembuat kripik pisang juga.

Pedagang pisang di Tanjung Redeb mendapatkan pasokan pisang dari petani di Labanan, Gunung Tabur. Pasokan pisang dari petani menurut Norhani, selama ini sangat lancar, sehingga harga pisang jarang sekali melambung.

“Berau sudah bisa memenuhi kebutuhan sendiri. Bahkan Jika surplus pisang dijual ke kabupaten tetangga,” ungkap Norhani. (hel/adv)

Tag: