
JAKARTA.NIAGA.ASIA – Tunisia merupakan negara dengan daya beli yang tinggi, sementara Afrika merupakan benua dengan penduduk yang didominasi usia muda dan konsumtif terhadap produk ekspor. Kondisi tersebut membuka peluang bagi produk Indonesia untuk memperluas pasar dan meningkatkan ekspor.
”Dari sisi pelaku industri, kami mengapresiasi pemerintah yang menggagas Indonesia-Tunisia PTA,” kata Vice President of Africa PT Kaldu Sari Nabati Indonesia Dian Rizki ketika berbicara di Strategic Forum Indonesia-Peru CEPA dan Indonesia-Tunisia PTA diikuti oleh lebih dari 200 peserta, baik secara luring maupun daring, di Jakarta (26/11/2025).
Hal senada juga disampaikan Ketua Komite Tetap Hubungan Bilateral Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia untuk Timur Tengah Hasan Gaido. Tunisia memiliki sejumlah karakteristik yang unik dan menguntungkan bagi Indonesia. Indonesia-Tunisia PTA memiliki posisi strategis yang dapat menjadi pintu bagi Indonesia mengakses pasar ekspor di Afrika, Eropa, dan Timur Tengah.
”Selain itu, Tunisia sebagai negara mayoritas muslim dapat menjadi koridor dalam memajukan industri halal Indonesia,” ujarnya.
Perdagangan Indonesia – Tunisia, pada Januari – September 2025 tercatat sebesar USD 308,60 juta. Nilai ini meningkat sebesar 157,38 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada Januari–September 2025, ekspor Indonesia ke Tunisia USD 68,90 juta dan impor Indonesia dari Tunisia USD 239,60 juta.
Pada 2024, total perdagangan kedua negara tercatat sebesar USD 169,30 juta dengan ekspor Indonesia ke Tunisia USD 113,30 juta dan impor Indonesia dari Tunisia USD 56 juta. Dengan demikian Indonesia surplus perdagangan terhadap Tunisia sebesar USD 57,30 juta
Dalam forum yang sama, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Djatmiko Bris Witjaksono, Indonesia-Tunisia PTA merupakan perjanjian perdagangan kedua Indonesia di Afrika setelah perjanjian dengan Mozambik.
“Indonesia-Tunisia PTA menjadi upaya pemerintah untuk melakukan diversifikasi pasar nontradisional di benua Afrika,” ungkapnya.
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Tunisia Zuhairi Misrawi menyampaikan, Indonesia menjadi negara Asia pertama yang menjalin PTA dengan Tunisia. Indonesia-Tunisia PTA menjadi momen penting bagi Tunisia mengakses pasar Asia.
“Sementara bagi Indonesia, posisi Tunisia yang strategis menjadikan perjanjian Indonesia-Tunisia PTA sebagai jembatan memasuki pasar Afrika Utara, Eropa, dan Timur Tengah,” sambungnya.
Sekretaris Lembaga Riset Internasional Sosial, Ekonomi, dan Kawasan Universitas IPB Widyastutik, selaku akademisi menekankan sejumlah cakupan yang perlu diperhatikan pemerintah dalam perundingan, di antaranya keamanan pangan, standar kesehatan, hingga prosedur kepabeanan.
“Saya menilai Kemendag telah memenuhi cakupan tersebut dan Tunisia merupakan negara Afrika yang baik secara stabilitas politik dan keamanan untuk keberlanjutan pelaku usaha Indonesia,” katanya,
Sumber: Siaran Pers Kemendag | Editor: Intoniswan
