Pembiayaan APBN Tetap Kedepankan Prinsip Kehati-hatian

Ilustrasi (sumber : kemenkeu.go.id)

JAKARTA.NIAGA.ASIA — Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan situasi pembiayaan pada APBN masih terjaga secara baik dan menunjukkan adanya perbaikan yang luar biasa. Hal ini menunjukkan bahwa indikator kesehatan APBN secara perlahan mulai membaik. Itu dikatakan Sri Mulyani pada Konferensi Pers APBN KITA secara daring hari Kamis.

“Realisasi pembiayaan melalui penerbitan utang sampai dengan 31 Juli 2022 turun 49,5% dibanding periode yang sama tahun 2021,” kata Sri Mulyani dikutip niaga.asia dari laman resmi Kementerian Keuangan, Jumat.

Dalam hal ini, pembiayaan utang melalui penerbitan SBN pada tahun lalu hingga Juli 2021 tercatat sebesar Rp487,4 T, namun pada tahun ini hingga Juli 2022 pemerintah hanya menerbitkan Rp223,9 T.

Secara year on year, penerbitan utang negara ini turun sebesar 54,1%. Sementara itu, pada pinjaman terdapat penurunan yang mencapai 169,1%.

“Ini artinya, APBN semakin diupayakan untuk pulih kesehatannya. Ini adalah satu hal yang menggambarkan bahwa Indonesia memiliki APBN yang bekerja luar biasa keras, Namun pada tahun ketiga dari Covid, (APBN) sudah mulai pulih kembali, yang menyebabkan apresiasi lembaga-lembaga rating terhadap Indonesia itu sangat baik bahkan melakukan upgrade,” ujar Sri Mulyani.

BACA JUGA :

Risiko Perekonomian Dunia Bergeser dari Pandemi ke Tekanan Ekonomi Global

Sri Mulyani melanjutkan, kondisi ekonomi Indonesia mendapat apresiasi dari Lembaga Internasional yang  ditandai dengan perbaikan outlook peringkat kredit dari S&P dan afirmasi dari Fitch, R&I dan JCR.

S&P memberikan upgrade atas penilaian kondisi ekonomi Indonesia menjadi BBB Stable. Posisi Fitch Rating Indonesia masih BBB. R&I menilai kondisi ekonomi Indonesia dalam posisi BBB+, dan memiliki stable outlook. Sementara itu, JCR memberikan BBB+, outlook stable.

Nah kalau kita lihat, posisi Indonesia dimana oulook-nya stabil dan bahkan S&P meng-upgrade, ini mengkonfirmasi bahwa Indonesia memiliki fundamental yang kuat dan pengelolaan keuangan negara maupun pengelolaan utangnya baik dan prudent,” terang Sri Mulyani.

Jika dibandingkan dengan negara-negara lain dunia, Menkeu menunjukkan data rating action bahwa selama pandemi hanya ada 30 negara yang mendapatkan rating upgrade. Sementara itu, ada 161 negara yang rating-nya menurun. Indonesia merupakan salah satu dari 30 negara yang mendapatkan rating upgrade.

“Ini lagi-lagi adalah sesuatu yang menggambarkan bahwa pengelolaan APBN kita walaupun kerjanya luar biasa keras dengan menjadi shock absorber, melakukan counter cyclical, melindungi rakyat dan memulihkan ekonomi, namun APBN kita tetap dijaga hati-hati, prudent, dan tetap memiliki tingkat kesehatan yang bisa  dikonfirmasi oleh rating agency internasional,” demikian Sri Mulyani.

Sumber : Kementerian Keuangan | Editor : Saud Rosadi

Tag: