Pemilih Jokowi dan Prabowo Berdasarkan Exit Poll dan Quick Count

aa
Kubu Prabowo mungkin unggul tipis dalam perolehan suara kaum muda, namun kubu Jokowi banyak dipilih kaum perempuan, menurut exit poll sejumlah lembaga survei. (Hak atas foto ANTARA Image caption)

JAKARTA.NIAGA.ASIA-Berdasarkan hasil exit poll yang dilakukan dua lembaga survei, Joko Widodo-Ma’ruf Amin banyak dipilih kaum perempuan dibandingkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Sementara, kubu Prabowo mungkin unggul tipis dalam meraup suara para pemilih muda dan pemilih Islam.

Hasil quick count atau hitung cepat sejumlah lembaga survei menyatakan Jokowi unggul dalam pemilihan presiden 2019 dengan perolehan suara sekitar 54%.  Sementara itu, hasil penghitungan sementara Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia yang sudah mencapai 20% pada Selasa siang (23/04), menunjukkan Jokowi unggul sekitar 55%. Profil para pemilih dijabarkan dalam penelitian exit poll dan quick count yang dilakukan berbagai lembaga survei.

Jokowi berpotensi unggul di kalangan perempuan

Litbang Kompas yang mewawancarai 7.918 responden di 2.000 TPS, dengan nirpencuplikan atau margin of error sekitar 1,45%, menunjukkan bahwa 50,7% pemilih Jokowi dan Ma’ruf adalah perempuan.  Sementara, data exit poll itu menunjukkan persentase pemilih perempuan di kubu Prabowo adalah 48,4%.  Indikator Politik Indonesia yang mewawancarai 2.975 responden dari 2.975 TPS dengan nirpencuplikan sekitar 2%, menunjukkan hal serupa.

Dari total pemilih perempuan yang mereka wawancarai, 55% mencoblos untuk Jokowi dan Ma’ruf.  Suara pemilih perempuan dianggap berpengaruh karena jumlahnya yang lebih banyak dibanding pemilih laki-laki.

Daftar Pemilih Tetap untuk Pemilu 2019 mencakup sekitar 190 juta pemilih dengan jumlah pemilih laki-laki sebanyak 95,37 juta jiwa dan pemilih perempuan sebanyak 95,40 juta orang. Pada pilkada serentak tahun 2018, KPU mengatakan partisipasi pemilih perempuan lebih tinggi dibanding pemilih laki-laki dengan perbandingan sekitar 76% dan 69%.

aa
Hasil exit poll yang dilakukan Litbang Kompas dan Indikator Politik menunjukkan lebih banyak perempuan yang memberikan suara untuk Jokowi dibanding untuk Prabowo. (Hak atas foto ANTARA Image caption)

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Luky Sandra Amalia, mengatakan tren pemilih perempuan yang lebih banyak di kubu Jokowi terjadi karena konsep partai “emak-emak” yang diangkat Prabowo, dengan penekanan pada harga sembako mahal, belum berhasil.

Luky mengatakan konsep yang disebutnya erat dengan pemahaman “domestikasi” perempuan itu cenderung tidak menarik untuk kelompok perempuan yang memilih secara rasional.

Di sisi lain, kata Luky, kubu Jokowi menunjukkan perspektif gender yang lebih baik.

Ia menambahkan NU juga berperan positif dalam perolehan suara kubu Jokowi. “Kalau di Jawa Timur lebih karena ada faktor Muslimat dan Fatayat NU,” ujarnya.

Prabowo mungkin unggul tipis di kalangan muda dan pemilih Muslim

Kubu Prabowo-Sandiaga mungkin unggul dalam meraih suara pemilih milenial, walau perbandingannya sangat tipis dengan kubu Jokowi. Kelompok milenial membentuk lebih dari 40% dari jumlah total pemilih.

Litbang Kompas menunjukkan dari seluruh pemilih Prabowo, sebanyak 13,5% adalah Generasi Z atau pemilih mula (17-22 tahun), 21,3% adalah milenial muda (22-30 tahun), sedangkan 23,7% adalah milenial dewasa (30-40 tahun).

Di sisi lain, komposisi pemilih muda Jokowi-Ma’ruf terdiri dari 12,2% Generasi Z; 20,4% milenial muda; dan 23,7% milenial dewasa.  Kubu Jokowi terlihat diuntungkan dengan pilihan Generasi X (41-52 tahun); Baby Boomers (53-71 tahun); dan Silent Gent (usia 71 tahun ke atas) yang menyumbangkan lebih banyak suaranya untuk kubu ini. Indikator Politik juga menunjukkan semakin tua usia pemilih, cenderung semakin banyak yang mendukung Jokowi-Ma’ruf.

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Luky Sandra Amalia, mengatakan dari awal sudah terlihat kubu Jokowi-Ma’ruf lebih berfokus menarik perhatian pemilih wong cilik dan pemilih tradisional, yang loyal mendukung partai-partai politik pengusung pasangan ini, ketimbang kaum muda.

Sementara itu, katanya, sosok Sandiaga Uno dinilai lebih menarik bagi kaum milenial.

“Di dalam koalisinya (Prabowo) itu ada PKS, ada PAN yang banyak bergerak di organisasi kampus,” tambah Sandra.

Sementara itu, hasil exit poll Indikator menunjukkan 51% pemilih Muslim memilih Prabowo dan Sandiaga. Sementara, kubu Jokowi menang telak dalam meraih suara pemilih non-Muslim dengan perolehan sebesar 97%.

Dijabarkan lebih lanjut, warga yang berafiliasi dengan NU cenderung memilih Jokowi dan Ma’ruf.  Sementara, kelompok Muslim yang berafiliasi dengan Muhammadiyah dan ormas-ormas lain, serta yang tidak memiliki afiliasi tertentu, cenderung memilih Prabowo.

Wakil Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik FISIP UI, Hurriyah, mengatakan basis pemilih Muslim di kubu Prabowo cukup solid dan sudah teridentifikasi. Kebanyakan dari mereka, kata Hurriyah, adalah pengikut ustad-ustad kondang seperti Abdul Somad, yang juga mendukungan Prabowo. Mereka, kata Hurriyah, juga sebelumnya banyak yang aktif dalam gerakan ‘411’ maupun ‘212’.

Sedangkan, lanjutnya, dalam pemilu ini Jokowi banyak mendapat suara NU karena pengaruh Ma’ruf. “Secara segmen pemilih Muslim ada perbedaan antara Pak Jokowi dan Pak Prabowo. Kalau Pak Prabowo kelas menengah Muslim yang relijius tapi afiliasi politiknya bukan Muslim tradisional. Mungkin lebih dekat ke Muhammadiyah,” ujarnya. “Kalau NU itu kan basis Islam yang sangat tradisional dan itu segmennya sudah cukup jelas.”

Daerah-daerah mana yang memenangkan Jokowi dan Prabowo?

Data quick count Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyebut Prabowo menang telak di Aceh (83,46% ), Sumatera Barat (84,77% ), Jawa Barat (60%), dan Banten (62,56%).  Angka itu didapat dengan mengumpulkan data 1,1 juta suara sah di 5.897 TPS.

Tren yang sama ditunjukkan oleh hasil hitung cepat lembaga Charta Politika yang meneliti data di 2.000 TPS di 34 provinsi. Melalui data itu diketahui Jokowi-Ma’ruf unggul jauh di Jawa Tengah (77,35%), Yogyakarta (70,82%), dan Jawa Timur (66,16%).

Wakil Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik FISIP UI, Hurriyah, menyebut peta perolehan suara itu mengkonfirmasi asumsi-asumsi selama ini bahwa Pemilu 2019 memperlihatkan besarnya pengaruh politik identitas.

Menyoroti kubu Prabowo, Hurriyah mengatakan hal itu terjadi karena dukungan kelompok-kelompok kelas menengah Muslim relijius. Sementara, tambahnya, basis pendukung Jokowi, adalah kelompok Islam tradisional, seperti NU, dan kelompok nasionalis-relijius.  Ia mengatakan kelompok-kelompok itu mengerek perolehan suara Jokowi di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Sumber: BBC News Indonesia