NUNUKAN.NIAGA.ASIA-Pemerintah Kabupaten Nunukan mengikuti jejak DPRD Nunukan, setuju pengelolaan tiga pelabuhan kapal fery di Nunukan diserahkan ke Kementerian Perhubungan atau pemerintah pusat karena tak sanggup menyediakan dana pemeliharaan dan perawatan, serta biaya operasional pelabuhan.
Tiga pelabuhan kapal fery yang ingin dilepas Pemkab Nunukan itu adalah pelabuhan kapal fery dari dan ke Nunukan – Semaja Sei Menggaris , Sei Jepun, dan Liang Bunyu. “Tiga pelabuhan feri yang dibangun APBN di Nunukan butuh perawatan, sedangkan fiskal APBD sangat tidak mungkin dialokasikan kesana,” kata Sekretatis Daerah (Sekda) Pemkab Nunukan Serfianus.
DPRD Nunukan Beri Lampu Hijau Pelepasan Aset Dermaga Sei Jepun
Pelabuhan Sei Jepun dan Liang Bunyu dibangun di atas lahan milik pemerintah daerah. pelabuhan Semaja di Kecamatan Sei Menggaris yang dibangun pemerintah pusat menggunakan lahan milik Kementerian Tranmigrasi. Tiga pelabuhan itu dulu dibangun bertahap oleh pemerintah pusat telah beroperasi sesuai jalur transportasi, hanya saja pendapatan retribusi yang dihasilkan masih sangat rendah berkisar Rp 420 juta pertahun, sedangkan biaya operasional pertahun sekitar Rp800 juta. “Pendapatan retribusi tak menutup biaya operasional, tapi tugas pemerintah memberikan pelayanan, maka biar defisit tetap dioperasikan,” kata Sekda.
Agar pelayanan pelabuhan terukur dan maksimal, pemerintah dan DPRD Nunukan sepakat menyerahkan dua asset berupa lahan pelabuhan Sei Jepun dan Binalawan ke Kemenhub, dan merekomendasikan pula pengelolaan pelabuhan Semaja ke Kemenhub.
Khusus pelabuhan Semaja, DPRD dan Pemkab cukup memberikan cacatan kepada pemerintah pusat dalam hal ini Dirjen Perhubungan Laut agar melalukan koordinasi pelepasan asset lahan kepada Kementerian Transmigrasi.“Kita lepaskan tiga pelabuhan dengan harapan pelayaran transportasi lebih baik, lagi pula fiskal kita tidak mungkin dialokasikan kesana,” beber Serfianus
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Nunukan Abdi Jauhari menjelaskan, tiga pelabuhan tersebut dibangun secara bertahap oleh pemerintah pusat dimulai dari pembangunandi Sei Jepun tahun 2007 – 2009. Pembanguan dilanjutkan untuk pelabuhan Liang Bunyu dan Semaja.
Tiga pelabuhan ini sangat urgen untuk transportasi penyeberangan dan perpindahan barang antar pulau, pelabuhan memiliki 3 izin trayek daerah yaitu Tanjung Selor – Nunukan dan Tarakan.
“Untuk trayek lokal Nunukan – Sebatik dan Nunukan Semaja pulang pergi, pengoperaisan pertama dibuka bulan Juli tahun 2015,” sebutnya.
Seiringnya perjalanan transportasi, material pelabuhan mengalami dekomposisi akibat cuaca dan lingkungan, beberapa material inti mengalami kerusakan yang jika dibiarkan semakin merusak material.
Beberapa struktur material bawah seperti tiang pancang pelabuhan Sei Jepun jebol, begitu juga engsel penggerak Mobile Bridge hampir putus. Dalam kondisi berbahaya, Dishub membatasi muatan. “Masih kita pantau tiap hari, kemungkinan besar roda 4 tidak diperbolehkan lagi masuk pelabuhan,” jelasnya. (002)