Penderita DBD di Kabupaten Nunukan Meningkat 120 Persen

aa
Sabaruddin. (Foto Budi Anshori)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA-Penderita penyakit demam berdarah di Kabupaten Nunukan di tahun 2019 mengalami peningkatan. Selama  bulan Januari hinga Februari tercacat 92 orang warga  diindikasikan terjangkit demam berdarah dengue (DBD).

“Peningkatan DBD tahun 2019 mencapai 120 persen dibanding tahun lalu,” kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2LP) Dinas Kesehatan (Dinkes) Nunukan Sabaruddin, Rabu (27/2). Faktor penyebab meningkatnya DBD adalah kurangnya  ketersedian air bersih. Masyarakat cendrung menampung air dan pola hidup yang kurang bersih juga memunculkan berkembang biaknya bibit nyamuk.

Anehnya, penampungan air dan pola hidup  yang tidak layak lebih banyak ditemukan di Kecamatan Nunukan. jumlah penderita DBD tertinggi berada di Kecamaan Nunukan sebanyak 39 kasus. “Jumlah penduduk lebih banyak dan pola hidup warga di kecamatan kota kurang bersih, belum lagi penyebaran yang dibawa dari luar daerah,” ucapnya.

Sabaruddin menuturkan, penderita DBD yang sempat dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nunukan sebanyak 23 orang,  sebanyak  18 orang positif DBD, sedangkan 5 orang tidak terbukti. Semua penderita dengan ciri-ciri DBD akan diperiksa tim kesehatan untuk memastikan apakah penderita positif atau tidak, sering kali ada pasien dengan gejala awal memiliki penyakit yang hampir serupa dengan DBD.

“Kami periksa semua, nanti kita pilahkan antara penderita DBD dengan penyakit yang hampir serupa, begitu juga saat penanganan di RSUD dipisahkan pasen DBD,” sebutnya. Kenaikan penyebaran DBD tahun 2019 telah melewati garis merah. Jika dilihat dari data tahun lalu, jumlah penderita DBD hinga Desember sebanyak 30 orang, berbeda jauh di awal tahun 2019 yang mencapai 92 orang

“Artinya, kondisi saat ini sudah sangat berbahaya yang kiranya perlu penanganan serius dari pemerintah baik melalui sosialisasi ataupun pembersihan benih-benih nyamuk di pemukiman masyarakat,” Sabaruddin menerangkan.

Rata-rata pasen penderita DBD menyerang kelompok umur usia 12 tahun atau anak-anak remaja dan bayi, hanya sebagian kecil penderita dewasa, namun tidak salahanya kita berhati-hati terhadap penyeraran penyakit menular ini. “Ada satu pasien meninggal dunia usia dewasa, awalnya kita kira DBD karena ciri-ciri klinisnya persis, setelah diteliti bukan DBD,” tuturnya.

Beberapa penyakit memiliki ciri-ciri klinis hampir serupa dengan DBD, sebab itulah pasien yang memiliki ciri awal langsung dilakukan cek labotorium untuk memastikan jenis penyakitnya. Perlakuan yang sama juga diterapkan seorang pasien berstatus PNS Nunukan.

Awalnya diduga  terkena DBD, namun setelah dilakukan pemeriksaan labotorium, tim kesehatan menyimpulkan penyakit bersumber dari penyakit lain yang tidak berhubungan dengan gigitan nyamuk demam berdarah. “PNS ini meninggal dunia ya, kami sudah cek penyakitnya, kami cek juga lokasi kerjanya, kami cek juga kebiasan hidupnya,” ungkapnya. (002)