Penerima Anugerah Kebudayaan (6): Herman Merintis Karier dari Pedalaman

Herman Ashari (istimewa)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Tidak gampang bagi Herman Ashari dalam merintis karier di bidang pendidikan, sehingga pernah menjadi kepala sekolah dan kini menjadi pengawas di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Kaltim.

Dua tahun sejak menjadi PNS tahun 1992, penerima Anugerah Kebudayaan kategori Sastrawan Daerah 2022 harus mengabdikan dirinya menjadi guru di pedalaman, Muara Ancalong, Kutai Timur.

Selama menjadi guru di sana, Herman, sapaan akrabnya, banyak menggali tentang seni budaya lokal.

“Banyak hikmah saya mengajar di Muara Ancalong. Saya banyak belajar tentang segala hal ihwal seni budaya pedalaman,” lanjut alumni FKIP Unmul Program Studi Bahasa dan Seni.

Sehingga ketika ia menulis buku atau naskah drama pangung, radio dan televisi banyak diwarnai budaya lokal. Ada sejumlah karya Herman, di antaranya serial radio ‘Babad Tanah Kutai Kartanegara‘, ‘Warisan Perang’ dan ‘Gunung Kongbeng’.

Sandiwara panggung: ‘Opera Lubang Undan’ dan ‘Tuah‘. Prestasi puncak yang diraih Herman di bidang penulisan karya sastra adalah ketika novel epos sejarah ‘Senopati Awang Long‘ menjadi pemenang pertama lomba penulisan buku tingkat nasional tahun 2000.

Pendiri Jaring Penulis Kaltim bersama almarhum penyair nasional Korrie Layun Rampan, Amin Wangsatiladja dan Shanti Net juga berhasil menang dalam lomba penulisan skenario prosesi budaya Islam tahun 1998.

Menyinggung tentang keberhasilannya sebagai peraih Anugerah Kebudayaan Kaltim, Herman merasa bersyukur.

“Raihan ini saya dedikasikan buat keluarga, Kadisdik Kaltim Pak Muhammad Kurniawan dan Pak Anwar Sanusi, serta para penyair dan seniman yang menyemangati saya berkhikmad di sastra dan teater,” ucap Sekretaris Umum Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kaltim dan Komunitas Ladang.

Penulis : Hamdani | Editor : Saud Rosadi

Tag: