Pensiun, H Syarifuddin Rusli: Alhamdulillah Berakhir Baik

aa
Sekretaris KPU Kaltim, Drs. H Syarifuddin Rusli, M.Si. (Foto Intoniswan)

SEKRETARIS Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kalimantan Timur,  Syarifuddin Rusli, terhitung mulai 1 Agustus 2019 pensiun. Ia menyebut masa-masa memasuki pensiun sama dengan menunggu datangnya “kemerdekaan”. “Alhamdulillah, setelah mengabdi di pemerintahan 1982, bisa berakhir baik,” kata Syarifuddin saat berbincang dengan Niaga.Asia, sambil mengemasi barang-barang pribadinya, Kamis (16/5/2019).

Syarifuddin Rusli yang sehari-hari akrab dipanggil Ambi adalah kelahiran Samarinda 16 Juli 1959 berkesimpulan perjalanan kariernya sebagai abdi negara, pelayan masyarakat berakhir baik sebab, selama menjadi sekretaris KPU sudah menjadi pelayan dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (gubernur) sebanyak dua kali, Pilpres dua kali, dan Pemilu Legislatif dua kali. “Saya dibantu staf, dan kami yang ada di KPU, termasuk komisioner, bisa melaksanakan kewajiban sesuai peraturan perundang-undangan, tidak ada yang berujung di Mahkamah Konstitusi,” ujarnya.

Menurut Ambi, dalam perjalanan jabatannya sebegai PNS, menjadi sekretaris KPU sejak awal tahun 2008 adalah jabatan paling menantang, unik, dan sangat berbeda dibandingkan jabatannya sebelumnya, misalnya saat menjadi Sekretaris Kesbangpol Kaltim tahun 2009-2012.

Di KPU, kegiatan besar hanya sekali lima tahun, baik pilkada maupun pemilu (legislatif dan presiden), tapi waktu yang ada juga habis disita saat masa persiapan maupun pelaporan setelah kegiatan selesai. Pekerjaan tidak bisa dikerjakan semau-maunya, karena tahapan-tahapan pekerjaan diatur dengan jadwal yang tepat. “Semua tahapan harus dikerjakan dan diselesaikan tepat waktu. Makanya saya sebut pekerjaan di KPU itu penuh tantangan,” sambung Ambi.

Setamat SMA, Ambi melanjutkan pendidikan ke APDN (Akademi Pemerintahan Dalam Negeri) Samarinda tahun 1979, tamat 1982 dengan gelar akademik  sarjana muda ilmu pemerintahan, atau BA, ditempatkan di Biro Sarana Ekonomi, kemudian menyelesaikan sarjana di Unhas Ujung Pandang, sedangkan gelar master diraihnya di Universitas Brawijaya Malang.

Bermodalkan sederatan pengalaman di unit organisasi berbeda-beda, Ambi mengaku hal pengalamannya di KPU yang unik adalah menjadi pelayan partai politik. Parpol sebagai peserta pemilu bagian dari mitra KPU, sekaligus pelayan. Menjadi hal yang unik, kata Ambi, sebab setiap ada pilkada atau pemilu diatur dengan peraturan perundang-undangan yang baru.

“Bagaimana melaksanakan pemilu yang benar sesuai peraturan yang berubah-ubah, kami harus sosialisasikan ke parpol. Problemnya adalah, pengurus parpol juga berubah-ubah setiap lima tahun,” ungkapnya. “Perlu kesabaran tingkat “dewa”,” ujarnya.

Wartawan yang ngepos di KPU Kaltim setiap kali ada pilkada dan pemilu, hampir tidak pernah melihat Ambi marah, termasuk ke staffnya. Meski bekerja dalam tekanan waktu yang begitu ketat, Ambi tidak pernah panik. Misalnya logistik Pemilu Serentak 2019 sempat terlambat 3 hari  dibongkar dari kapal karena harus antri di Pelabuhan Peti Kemas Kariangau, bisa diatasinya dengan berkomunikasi dan koordinasi dengan Polda Kaltim dan pengelola pelabuhan Kariangau. “Kita tidak boleh cepat panik saat mengerjakan sesuatu harus tepat waktu sebab, kepanikan bisa membuat apa yang sudah dikerjakan berantakan,” kata Ambi.

Kemanakah Ambi setelah pensiuan? Dia mengaku ingin menikmati dulu “kemerdekaan”-nya yang telah hilang selama 37 tahun. Menghabiskan waktu dulu di rumah bersama keluarga, main-main sama cucu. “Saya belum memikirkan mengerjakan apa untuk mengisi waktu setelah pensiun. Saya mau jalani dulu beberapa bulan masa pensiun,” paparnya. (intoniswan)