Penting Buat Anak Tingkatkan Kemampuan Baca Tulis Alquran

Bupati Kutai Timur Ismunandar, saat membuka sosialisasi sistem penilaian terpadu kemampuan baca dan tulis alquran di ruang Meranti (Foto: Wak Hedir/Humas)

SANGATTA.NIAGA.ASIA – Agar anak usia 0-12 tahun memiliki kemampuan baca tulis Alquran yang baik, Dinas Pendidikan Kutim bekerjasama dengan guru – guru agama dan Tempat Pendidikan Alquran (TPA), menggelar sosialisasi “Sistem Penilaian Terpadu Kemampuan Baca dan Tulis Alquran”.

Sebanyak 200 guru agama dan TPA yang ada di Sangatta Utara dan Sangatta Selatan, dilibatkan dalam sosialisasi itu. Semua berkumpul mendengarkan materi di ruang Meranti, Sekretariat Kabupaten Kutai Timur, Selasa (10/9). Kegiatan yang digelar sehari ini, dibuka Bupati Kutim Ismunnadar.

Walaupun sasaran kegiatan ini adalah anak usia 0-12 tahun, namun pelaksanaannya nanti adalah para guru agama dan Tempat Pendidikan Alquran (TPA), yang ada di Sangatta Utara dan Sangatta Selatan.

Program tersebut menurut Ismu, sangat menarik. Sebab, bukan tidak mungkin ada saja orang tua yang tidak memperhatikan kemampuan anak -anak membaca Alquran atau tulis Alquran.

“Ini sangat menarik, karena di pendidikan umum 4 jam pendidikan agama. Tetapi tidak ada membaca Alqurannya. Kemudian, ada pula orang tua kurang memperhatikan dan tidak menyuruh anaknya ke TPA/TPI,” sebut Ismunandar, saat membuka kegiatan tersebut.

Sebab, lanjut Ismunandar, jika hanya mengharapkan pendidikan agama dari sekolah saja, maka begitu lulus SD atau SMP, akan buta aksara Alquran. Untuk suksesnya program itu, juga dibutuhkan kerjasama dengan orangtua. “Baik orangtua dan anak-anak, harus saling memberi bagaimana dorongan, agar anak-anak ini saat lulus, paling tidak mampu baca Alquran,” tutur Ismu.

Untuk kemampuan baca Alquran, Ismu mengimbau, agar anak – anak kelas empat Sekolah Dasar (SD) dites kemampuan membaca Alquran. Jika belum, harus ditingkatkan pendidikan agamanya, khususnya dalam membaca Alquran.

Sementara itu, Plt Dinas pendidikan Kutim, Roma Malau mengatakan tujuan kerjasama dengan guru TPA dan guru agama, agar dapat membangun karakter anak-anak. Dimana anak usia 0 – 12 tahun adalah merupakan usia emas. Karena, tidak semua anak didik bisa dibimbing ataupun diarahkan oleh orangtua.

“Kita semua punya tanggung jawab, baik pemerintah, tokoh agama, tokoh adat, masyarakat. Khususnya bapak/ibu ustazah dan ustadz, dimana pendidikan moral adalah hal yang terutama dan utama ada di tangan bapak/ibu,” kata Roma.

Oleh karena itu, sambung Roma, meminta kerjasama dengan kementerian agama, supaya memberikan yang terbaik, membina sumberdaya unggul, khususnya untuk karakter. Sesuai dengan amanah Undang-undang, bahwa manusia seutuhnya adalah manusia yang berkarakter, bermoral dan beratitut. (hms15)