
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Berdasarkan proyeksi IEA (International Energy Agency), ekspor batubara global akan mengalami penurunan utamanya berasal dari Indonesia dan Kolombia, yang mendorong penurunan ekspor barubara dunia sebesar 7%.
Hal itu disampaikan Heny Rusmiyati, Negosiator Perdagangan Ahli Madya Direktorat Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan ketika menjadi narasumber di Temu Responden tahun 2025 yang mengusung tema “Mendorong Potensi Ekspor Kaltim melalui Pemanfaatan Perjanjian Kerja Sama Perdagangan Internasional” untuk memperkuat sinergi serta kolaborasi antara Bank Indonesia dan responden liaison di ruang Maratua KPwBI Kaltim pada hari Selasa, tanggal 12 Agustus 2025.
Menurut Heny, perdagangan batubara global diperkirakan menurun dua tahun berturut-turut, dengan penurunan terbesar dari Indonesia dan Kolombia.
“Pada tahun 2025, perdagangan batubara termal diperkirakan turun 7% atau sekitar 1,1 miliar ton. Indonesia diprakirakan turun paling sedikit sebesar 10%. Penurunan diprakirakan berlanjut pada tahun 2026, di mana ekspor batubara termal Indonesia turun sebesar 35 juta ton dibandingkan dengan tingkat pada tahun 2025,” ungkapnya.
Dijelaskan Heny, penurunan permintaan ekspor batubara seiring dengan target NZE (Net Zero Emission) atau Emisi Nol Bersih, mendorong urgensi transformasi ekonomi Kaltim. Penurunan volume ekspor Kaltim terjadi seiring dengan penurunan ekspor ke negara tujuan utama, yakni Tiongkok dan India seiring komitmen target NZE.
Pertumbuhan penggunaan renewable energy di Tingkok tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penggunaan thermal powernya. Di India, pertumbuhan penggunaan renewable energy turut mengalami tren peningkatan, dan mencapai 18,06% (yoy) pada triwulan II 2025.
”Penurunan permintaan ekspor batubara seiring dengan target NZE, mendorong urgensi transformasi ekonomi Kaltim,” demikian Heny.
Masih terkait ekspor Kaltim ke depan, Heny mengatakan, net ekspor dan PDRB Kaltim memiliki korelasi yang tinggi dan hubungan yang positif. Di tengah berbagai tantangan ekspor yang dihadapi, perjanjian kerjasama internasional menjadi peluang untuk mendorong kinerja ekspor dalam rangka mendukung pencapaian target pertumbuhan 8% juga diperlukan dukungan pertumbuhan net ekspor yang kuat.
”Berbagai perjanjian kerjasama internasional menjadi kunci untuk mendorong kinerja ekspor untuk mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8%,” pungkasnya.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan
Tag: batubaraEkonomi KaltimEkspor