Perang Dagang AS-Tiongkok Berpotensi Jadi Perang Dingin

aa
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Tiongkok Xi Jinping. (AFP/Brendan Smialowski)

WASHINGTON DC. NIAGA.ASIA-PENASIHAT Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengungkapkan keberlangsungan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok dapat memakan waktu hingga bertahun-tahun untuk dipecahkan.

Pertarungan antara negara adidaya ekonomi tersebut, bahkan dapat menjadi pertarungan jangka panjang menyerupai Perang Dingin dengan Uni Soviet pada 1980-an, ketika AS masih dipimpin Presiden Ronald Reagan.

“Pertaruhannya sangat besar, kita tidak boleh salah langkah. Jika itu membutuhkan satu dekade, biarkan seperti itu. Ini adalah sebuah kondisi Anda melihat konsekuensi pada jangkauan yang paling jauh. Jadi jika kita membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengujinya sampai matang, biarkan saja seperti itu” ujarnya kepada wartawan, Jumat (6/9).

“Saya tidak melalui seluruh Perang Dingin, tetapi banyak. Perang itu butuh beberapa dekade demi dekade, untuk mencapai tempat yang kita inginkan bersama Uni Soviet dahulu,” tambahnya.

Meskipun demikian, Kudlow mengatakan perundingan tatap muka antara raksasa ekonomi dunia tersebut akan dilanjutkan dalam suasana yang baik.

“Saya mengatakan mereka (Tiongkok) datang ke sini dan dengan pembawaan yang lebih tenang. Kami dengan senang hati ingin kembali pada posisi sewaktu di bulan Mei, kami hampir mencapai mufakat, mungkin sudah 90% dari keseluruhan. Negosiasi ini adalah upaya positif bagi kami dan semoga hasil yang positif juga turut menyertai” terang Kudlow di televisi CNBC, Jumat (6/9).

Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump menyatakan kejatuhan bea perang dagang yang berlarut-larut telah menimpa Tiongkok secara telak. Terkait perundingan tingkat tinggi yang dijadwalkan awal Oktober di Washington, Trump pun mengatakan tekanan ada pada Tiongkok untuk datang ke meja perundingan.

“Tiongkok kerap memakan tarif,” tulis Trump lewat utas Twitter-nya, Jumat (6/9).

Ia kemudian mengulangi klaimnya, bahwa bea yang lebih tinggi mengartikan AS mengumpulkan miliaran dolar dari raksasa Asia tersebut, tanpa biaya yang dibebankan kepada importir AS.

“Tiongkok mengalami tahun terburuk dalam beberapa dekade. Perundingan terjadi, (maka) bagus untuk semua!” tambahnya.

Pada penekanannya, Trump ingin memaksa Tiongkok melakukan perubahan radikal pada perlindungan untuk kekayaan intelektual dan aspek penting lainnya berhubungan dengan perdagangan saat ini.

Persaingan antara raksasa ekonomi dunia tersebut, dimulai sekitar 18 bulan yang lalu. Saat ini persaingan keduanya menunjukkan tarif yang mahal pada perdagangan senilai ratusan miliar dolar.

Dampak Ekonomi

Trump berulang kali menegaskan tarif AS dan perlambatan ekonomi Tiongkok akan menekan Tiongkok memutus kesepakatan. Tampak pula tanda-tanda perang dagang tersebut mulai membebani ekonomi AS.

Laporan pendapatan perusahaan menunjukkan perusahaan-perusahaan AS telah terpukul oleh tindakan tit-for-tat (saling berbalas) dan ketidakpastian secara menyeluruh. Sebuah laporan yang dirilis minggu ini, mengungkapkan lebih dari 10.000 pekerja di-PHK pada bulan lalu akibat kesulitan perdagangan.

Agustus lalu, kedua belah pihak sama-sama menaikkan tarif. Bea masuk AS untuk barang-barang Tiongkok juga kembali akan dinaikkan pada bulan Oktober dan Desember. Sebelumnya, perundingan antara AS dan Tiongkok tiba-tiba putus pada bulan Mei, AS menuduh Tiongkok mencabut komitmen inti tepat ketika kesepakatan seluruhnya hampir membuahkan hasil.

Sumber: AFP/Media Indonesia