Perdagangan dengan Swiss Semester Pertama 2021, Indonesia Surplus Rp10 Triliun

Dubes RI untuk Swiss dan Liechtenstein, Muliaman Hadad, mendampingi Wamendag RI, Jerry Sambuaga kunjungi toko barang-barang UMKM Indonesia di Swiss, yang menjual produk UMKM, batik dan home decor Indonesia pada April 2021. Kunjungan dimaksud merupakan bentuk dukungan terhadap produk UMKM Indonesia di Swiss (Sumber: KBRI Bern)

BERN.NIAGA.ASIA– Indonesia capai surplus neraca perdagangan terhadap Swiss di semester pertama (Januari – Juni 2021), yakni sebesar USD 715,34 juta atau Rp 10,37 triliun.

“Terjadi peningkatan nilai ekspor Indonesia ke Swiss pada hampir semua komoditas ekspor utama, kecuali untuk logam mulia, perhiasan/permata (HS71),” ungkap Dubes RI untuk Swiss dan Liechtenstein, Muliaman Hadad dalam rilisnya, Rabu (11/8/2021).

Ekspor logam mulia, perhiasan/permata (HS 71) mengalami penurunan yang cukup signifikan dari USD 1,04 miliar pada semester I-2020 menjadi USD 665,97 juta pada periode yang sama tahun ini.

“Penurunan ini mengakibatkan surplus neraca perdagangan Indonesia-Swiss mengalami penurunan dari Rp. 13.03 triliun pada semester 1-2020 menjadi Rp. 10.37 triliun pada periode yang sama tahun 2021,” kata Muliaman Hadad.

Namun demikian, peningkatan cukup signifikan terjadi pada komoditas minyak atsiri, furniture (mebel), produk tekstil rajutan dan alas kaki. Masing masing sebesar 36%, 22%, 17%, dan 15%.

Sepuluh komoditas ekspor utama Indonesia ke Swiss berdasarkan urutan nilai ekspor nya, yakni logam mulia, perhiasan/permata (HS 71), alas kaki (HS 64), produk tekstil bukan rajutan (HS 62), produk tekstil rajutan (HS 61), perlengkapan elektrik (HS 85), furnitur (HS 94), kopi (HS 0901), minyak atsiri (HS 3301.29), mesin turbin dan suku cadang (HS 84) serta kimia organik (HS 29).

Situasi pandemi global berdampak cukup signifikan terhadap surplus perdagangan Indonesia-Swiss pada semester I tahun ini,” kata Muliaman Hadad.

Swiss melakukan pelonggaran (relaksasi) kebijakan pembatasan kegiatan ekonomi/sosial sejak tanggal 26 Juni 2021. Kementerian Koordinator Perekonomian Swiss (SECO) menyatakan pelonggaran tersebut telah memicu pemulihan ekonomi yang lebih cepat.

SECO memperkirakan PDB Swiss tahun 2021 meningkat 3,6% dari 3% perkiraannya di bulan Maret lalu. Ekonomi swiss diharapkan akan memasuki wilayah pertumbuhan positif sampai dengan akhir tahun 2021, setelah pada triwulan 1-2021 mengalami pertumbuhan negatif 0.5%. Demikian juga, pertumbuhan ekonomi Swiss di tahun 2020 turun hingga -2,9%.

Muliaman Hadad, memperkirakan pada triwulan III dan IV tahun 2021, neraca perdagangan masih akan meningkat sebagaimana periode yang sama tahun lalu. Relaksasi kegiatan masyarakat di Swiss akan mendorong peningkatan kegiatan perekonomian Swiss, sehingga diharapkan akan meningkatkan permintaan terhadap produk – produk Indonesia.

“Hubungan Indonesia-Swiss telah semakin meningkat tidak saja antar pemerintah tetapi juga antar pebisnis, dan people-to-people. Tahun 2021 merupakan tahun perayaan peringatan 70 tahun hubungan Indonesia dengan Swiss, sejak dibukanya hubungan diplomatik kedua negara pada tahun 1951,” paparnya.

Indonesia menjadi salah satu negara prioritas Swiss melalui Indonesia Cooperation Programme 2021-2024, dengan dukungan dana senilai CHF 65 juta. Program tersebut di antaranya, fokus pada promosi “inclusive and sustainable development”, peningkatan perencanaan perkotaan (effective public institutions) dan pengembangan UMKM.

Selain itu, untuk membantu penanganan pandemi di Indonesia, Swiss telah mengirimkan bantuan melalui Swiss Humanitarian Aid (SHA) pada tanggal 24 Juli 2021, yaitu berupa 600 Portable Oxygen Concentrator, medical protective equipment dan perlengkapan medis lainnya, setara hampir CHF 1 juta.

Swiss merupakan investor terbesar kedua dari benua Eropa. Swiss menempati top 10 Foreign Direct Investment di Indonesia. Sesuai data Kementerian Investasi/BKPM, pada semester I-2021, nilai investasi Swiss di Indonesia senilai USD 469.5 juta dengan total 199 proyek. Sebagai informasi, saat ini terdapat 150 perusahaan Swiss di Indonesia, yang juga telah menyerap 50 ribu tenaga kerja di Indonesia.

“Kemajuan yang sudah dicapai diharapkan akan terus meningkat dengan komitmen kedua negara terus memperkuat kemitraan, khususnya dalam hubungan ekonomi yang semakin erat serta komitmen dukungan Swiss dalam kemitraan ekonomi komprehensif setelah semua pihak ratifikasi Indonesia-EFTA CEPA. Perjanjian ini tidak hanya mencakup kerja sama perdagangan barang dan jasa, namun juga investasi,“ tambah Dubes Muliaman Hadad.

Sumber: KBRI Bern | Editor : Intoniswan

Tag: