Peringati HUT RI ke-75, Warga Krayan Bentangkan Bendera di Puncak Gunung Yuvai Semaring

Merah putih berkibar di puncak Gunung Yuvai Sembiring Krayan (foto: Istimewa)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Berada di wilayah perbatasan Indonesia – Malaysia, warga Kecamatan Krayan terbiasa merayakan HUT Kemerdekaan dengan sejumlah lomba dan kegiataan lainya, dengan kurun waktu 1 bulan penuh di bulan Agustus.

Dimasa-masa pendemik Covid-19, perayaan HUT RI ke-75 sedikit disederhanakan. Tujuannya untuk menghindari penularan wabah penyakit, dan tentunya mengikuti anjuran pemerintah, terkait pelaksanaan kegiatan dengan mengedepankan protokol kesehatan.

Meski sederhana, masyarakat perbatasan Krayan menjelang hari kemerdekaan tetap membuat aksi dengan pembentangan bendera berukuran 12 x 10 meter, di atas puncak gunung Yuvai Semaring, Senin (11/8).

“Pembentangan bendera itu sebagai gelora kami anak perbatasan dan tentunya memiliki arti tersendiri bagi masyarakat Lundayeh,” kata Camat Krayan Induk Heberly, Selasa (11/08).

Melalui sambungan telepon, Heberly menyebutkan bahwa gelora suka cita masyarakat Krayan dalam memperingati HUT kemerdekaan tidak perlu diragukan lagi. “Nasionalisme NKRI kami harga mati dan kami biasanya merayakaan dengan berbagai macam kegiatan sejak awal bulan hingga akhir Agustus,” ujar dia.

Gunung Yuvai Semaring sendiri adalah salah satu gunung kebanggaan warga Krayan. Gunung ini berada di ketinggian sekitar 1.103 meter dari permukaan laut, dari puncak gunung kita dapat melihat 7 desa di Kecamatan Krayan Induk, Krayan Barat dan Krayan Timur.

“Bendara berukuran 12 x 10 adalah hasil swadaya masyarakat dan pembentangan melibatkan instansi pemerintah kecamatan, aparat TNI, kepolisian dan masyarakat setempat,” sebutnya.

Untuk menuju puncak Gunung Yuvai Semaring, rombongan pembentangan bendara yang berjumlah 90 orang berjalan kaki menaiki 204 anak tangga beton, yang sudah dibangun pemerintah dan menelusuri jalan-jalan berbukit terjal.

“Gunung Yuvai Semaring memiliki legenda tersendiri bagi warga Krayan yang terhubung dengan kakek buyut kami yang terkenal sakti mandra guna di masa itu. Karena itulah, Yupai Semaring menjadi icon nama bandara udara di Krayan,” terang Heberly.

“Yuvai Semaring adalah nama kakek buyut kami. Maka itu kami berusaha memperkenalkan legenda gunung ini sebagai tempat destinasi wisata ke dunia luar,” tuturnya.

Masyarakat Krayan memiliki ketergantungan dengan Malaysia, dan bisa dikatakan 98 persen kebutuhan sembako didatangkan dari sana. Semenjak pendemi Covid-19, akses jalan dari Long Midang Krayan menuju kampung terdekat di wilayah Malaysia ditutup.

Imbas lockdown Malaysia ini berpengaruh terhadap akses ekonomi kebutuhan sembako di Krayan. Dimana, gula pasir yang biasanya diharga Rp 12.000/kilogram, naik berkisar diharga Rp 35.000/kilogram. Begitu pula harga-harga barang lainnya.

“Dimasa pendemi dan lockdown di Malaysia, kebutuhan sembako didatangkan dari Indonesia dengan harga jual naik 2 kali lipat dimasa normal,” ujarnya. (002)

Tag: