Perjalanan Bersejarah Satgas Pamtas, Sempat Hilang Kontak 8 Hari

satgas
Patok C-481 yang dipasang tahun 1977 di perbatasan Indonesia-Malaysia untuk pertama kalinya diperiksa prajurit Satgas Pamtas dari Yonif 621/Manuntung.(satgas pamtas)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA- Sembilan prajurit Satgas Pamtas RI – Malaysia yang betugas pada  tim patroli patok perbatasan di Kecamatan Lumbis, Kabupaten Nunukan, Kaltara melakukan perjalanan bersejarah, memeriksa patok perbatasan di wilayah blank spot area (wilayah tanpa sinyal komunikasi).

Patok di wilayah blank spot tersebut sudah tidak diperiksa selama 41 tahun. Perjalanan sembilan prajurit dari Yonif 621/Manuntung dari Markas Komando (Mako) Satgas Pamtas di Nunukan memakan waktu 30 hari, dari tanggal 15 Januari hingga 14 Pebruari 2018. dalam perjalan tersebut, Mako sempat kehilangan kontak dengan prajurit di lapangan selama 8 hari.

Patroli  ke patok yang dalam wilayah blank spot C 002 sampai C 481  dipimpin  Danpos Lumbis SSK IV Lettu (Inf) Untung Hermanto didampingi perwira fotografi satgas Kapten Ctp Ari Wahana. Patroli bersejarah itu meninggalkan banyak cerita bagi prajurit dan Satgas Pamtas Yonif 612/Manuntung.

“Patok tersebut dipasang tahun 1977. Untuk mencapai patok tersebut prajurit  harus jalan kaki sejauh 160 km  pada ketinggian 1.100 – 1.897 meter dari permukaan laut (dpl). Di wilayah tersebut, suhu malam hari berkisar 5-10 derajat celcius dan siang hari 15- 20 derajat celcius.,” ungkap Komandan Satgas Pamtas RI – Malaysia Yonif 612/Manuntung, Letkol (Inf) Rio Neswan pada Niaga.asia.

patok
Patok C-481 masih utuh. (satgas pamtas)

Ia menyebutkan sempat terjadi loos kontak  dengan tim patroli usai memeriksa patok dan dalam perjalanan kembali ke Pos Lumbis. “Kita kehilangan kontak selama 8 hari, kondisi ini sangat membuat Markas Satgas Pamtas di Nunukan bimbang dan mulai gelisah,” bebernya.

Kegelisan lanjut Rio, mulai dirasakan dari hari 3. Komunikasi lewat telepon satelit terputus, padahal sesuai protap, tiap 2 atau 3 hari tim patroli  harus melaporkan kondisi  dan logistik mereka. Memasuki hari ke 5 hingga ke 6, lanjut Rio, dia mengambil inisiatif membicarakan keadaan prajurit di lapangan dengan  semua perwira di Mako di  Nunukan.

“Hari pertama sampai ke 5 saya diamkan, hari ke 6 dan 7 saya laporkan kondisi membahayakan ke semua perwira Satgas dan Staf Komunikasi Mabes TNI,” tuturnya. Upaya mencari  keberadaan tim patroli terus diusahakan dengan berbagai macam cara. “Terakhir, atau hari kedelapan  sejak hilangnya kontak, saya memutuskan harus mengabarkan keadaan membahayakan ke Danrem 091/Aji Surya Natakusuma,” ungkap Rio.

Satgas Pamtas Yonif 621/Manuntung Capai Wilayah Blank Spot Area

Perintah dari Danrem pada pagi tanggal 10 Februari 2018, terang Rio, dirinya diperintahkan tetap memantau dan mempersiapkan rencana cadangan jika dalam waktu dekat tidak ada kabar. Selanjutnya Satgas Pamtas diminta mencari informasi lebih dalam. “Danrem sempat dag dig dug terima laporan saya. Nah untungnya, pas sore harinya, telepon saya berbunyi dihubungi telepon satelit prajurit patroli,” sebutnya.

Prajurit  di lapangan melaporkan mereka dalam kondisi baik dan saat ini semakin mendekati Pos di Lumbis, atau dalam waktu 4 hari tiba di Pos Lumbis. Prajurit juga melaporkan stok logistik makanan telah hampir habis. Dilaporkan pula, kata Rio, prajurit tidak bisa menggunakan  telepon satelit untuk berkomunikasi karena  cuaca sangat buruk, kabut tebal menyelimuti pegubungan yang dilalui dan saat  di dataran rendah atau lembah, sinyal telelit hilang terlindung oleh hutan-hutan dan gunung.

Dari pantauan di patok terjauh yang pernah dijelajahi Satgas Pamtas itu, Letkol Rio menginginkan agar patok tersebut lebih sering dipatroli sebab, dalam hitungan beberapa meter dari patok tersebut, Malaysia membuka jalan untuk logging. Bahkan sejumlah pohon kayu dalam wilayah Indonesia ditandai dengan cat. “Perlu kita kontrol agar tak masuk pengusaha dari Malaysia melakukan illegal logging,” katanya. (002)