SANGATTA.NIAGA.ASIA – Guna menuju Kutai Timur Berbudaya, perlu adanya karya monumental berupa buku sejarah kebudayaan Kutai yang lengkap, meliputi jejak sejarah masa kerajaan, masa kemerdekaan dan terbentuknya kabupaten itu sebagai pemekaran Kabupaten Kutai Kartanegara Ing Martadipura.

Gagasan itu disampaikan Kepala Bidang Sejarah Dinas Kebudayaan Kutai Timur Wiwin, saat membuka Pelatihan Penulisan Sejarah Lokal, yang digelar 18-20 November 2022 lalu di Teras Belad, Sangatta.

Di hadapan sejumlah peserta, Wiwin menyadari banyak sejarah masa lalu yang tidak terekam dalam dokumen tertulis.

“Kelak tulisan yang akan dibukukan tersebut dapat berfungsi sebagai modal dasar bagi perkembangan kewilayahan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan,” terang Wiwin.

Sebagai langkah awal terwujudnya gagasan itu, pihaknya mengadakan pelatihan penulisan sejarah lokal dengan mengundang para narasumber yang berkompeten di bidang penulisan sejarah.

Wiwin menyebut Sainal A dan Jamil, keduanya adalah dosen sejarah dari Universitas Mulawarman. Ditambah dengan narasumber dari Disbud Kutim sendiri, Padliansyah.

Selama tiga hari para peserta yang terdiri dari perwakilan kecamatan, pemerhati budaya, penggiat seni, tokoh adat dan guru sejarah mendapatkan materi identifikasi dan merumuskan masalah sejarah, kritik sumber, penulisan, landasan teoritis, tinjauan Pustaka, interpretasi dan teknik analisis.

Koordinasi Lembaga Adat

Sementara itu, di lain tempat, Disbud Kutim juga menggelar kegiatan Koordinasi dan Sosialisasi Lembaga Adat dan Paguyuban tiga kecamatan Kongbeng, Telen dan Muara Wahau, di Lamin Adat Marga Mulya, Kongbeng, Sabtu 19 November 2022.

Menurut Pamong Budaya Disbud Kutim, Rusman Hidayat, kegiatan itu mempunyai sasaran agar Lembaga Adat dan Paguyuban memiliki legalitas dan program yang terarah, sehingga mampu bersinergi dalam mewujudkan Kutim Berbudaya.

Penulis : Hamdani | Editor : Saud Rosadi

Tag: BudayaKaltimKebudayaanKutai Timur