Pertama Sejak Merdeka, Pertamina Distribusikan Elpiji 12 Kilogram ke Krayan

Sejak 8 Maret 2021, masyarakat Krayan mulai menikmati elpiji Indonesia yang disalurkan PT Pertamina dari Tarakan menggunakan pesawat terbang. (foto Istimewa/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA-Penyaluran energi hingga pelesok negeri tidak hanya sebatas Bahan Bakar Minyak (BBM),  kini  untuk pertama sejak Indonesia Merdeka, PT Pertamina Tarakan mendistribusikan elpiji dalam tabung 12 kilogram ke  Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara yang berbatasan dengan Malaysia.

Uji coba distribusi elpiji kebutuhan masyarakat Krayan dikirim dari Tarakan  sebanyak 224 tabung menggunakan tranportasi pesawat udara Casa Pelita Air, dimulai  mulai dari 8 Maret sampai dengan  13 Maret 2021.

“Kapasitas angkut pesawat sekitar 45 tabung, tapi untuk uji coba perdana dikirimkan 44 tabung,” kata Unit Manager Comm, Rel & CSR MOR VI Pertamina Tarakan, Susanto August Satria pada Niaga.Asia, Rabu (10/03).

Penyaluran elpiji dengan transportasi pesawat udara adalah hal pertama dilakukan PT Pertamina di wilayah Indonesia. Sebelumnya Pertamina sudah mendistribusikan BBM ke Krayan, juga melalui udara.

Menurut Susanto lagi, pengiriman elpiji kali ini adalah momentum yang sangat baik, dimana Pertamina sebagai penyedia energi mendapat tugas mulia dari pemerintah untuk menyalurkan elpiji kesetiap tempat hingga pelosok negeri.

Elpiji  sesampai di perbatasan Indonesia – Malaysia, Krayan  diserahkan langsug ke pangkalan CV Prima Energi yang berlokasi di Long Bawan. Masyarakat dapat langsung membeli ditempat dengan harga gas plus tabung Rp 600 ribu.

“Nanti setelah memiliki tabung, pengisian ulang atau refill harga dibayar masyarakat Rp 190 ribu saja,” sebutnya.

Suplay  elpiji ke Krayan sebagai bukti pemerintah pusat memperhatikan keluhan masyarakat perbatasan, terutama disaat adanya penutupan jalur perbatasan Indonesia – Malaysia dimasa pendemi.

Sebelum masuknya  elpiji Indonesia, warga Krayan menghabiskan uang hingga Rp1,5 juta untuk membeli  elpiji dan tabung produk  Malaysia. Gas Malaysia mahal karena mendapatkan produk itu sangat sulit. Masyarakat harus menggendong  tabung gas dari wilayah Malaysia sampai ke Krayan.

“Adanya elpiji produk Indonesia, setidaknya biaya hidup masyarakat berkurang,” kata Susanto.

Dengan suksesnya distribusi perdana ini, PT Pertamina akan mengevaluasi kembali mekanisme pendistribusian berikutnya. Artinya, kesempatan warga perbatasan menikmati elpiji  Indonesia masih terbuka besar.

“Setelah distribusi perdana selesai, PT Pertamina perlu mengevaluasi apakah tetap menggunakan pesawat yang sama atau pesawat alternatif lainnya,” terang dia.

Mimpi jadi Kenyataan

Secara terpisah,  Camat Krayan Heberli menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih kepada Pertamina, yang telah dapat merealisasikan mimpi masyarakat perbatasan untuk dapat mengakses elpiji Indonesia, jadi kenyataan.

“Kebutuhan elpiji ini untuk masyarakat di Krayan Induk termasuk Kecamatan Krayan Tengah, Timur, Barat, dan Selatan,” tuturnya.

Camat Kraya; “Ini mimpi jadi kenyataan”. (Foto Istimewa/Niaga.Asia)

Saat ini, kata Heberli, jumlah masyarakat di lima Kecamatan Krayan berjumlah sekitar 12.000 Kepala Keluarga. Sulitnya mendapatkan elpiji, memaksa penduduk perbatasan menggunakan kayu bakar untuk memasak.

Paska pendemi dan penutupan jalur perbatasan ke wilayah Malaysia, hampir  90 persen masyarakat Krayan beralih dari penggunaan elpiji ke bahan bakar alternatif, kalaupun ada jual, pasti harga sangat mahal sekitar Rp 1,5 juta.

“Membeli elpiji dari Malaysia harus digendong dengan tenaga manusia. Kami bersyukur keinginan mendapatkan elpiji Indonesia dipenuhi Pertamina,” pungkasnya.

Pilot Casa Pelita Air Achmad Bastari yang menjadi orang pertama menerbangkan elpiji ke Krayan mengaku merasa sangat bangga sebab, sebelumnya tidak terpikir mengangkut muatan  elpiji yang cukup banyak dalam pesawat.

“Pertamina rela merogoh ongkos angkut yang tidak sedikit, agar produk Indonesia ini dapat dinikmati warga perbatasan dengan harga terjangkau,” kata Bastari. (002)

Tag: