
SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur melaporkan penurunan resiliensi ekonomi daerah, atau kemampuan pertahanan perekonomian Kaltim.
Pertumbuhan ekonomi Kaltim pada Triwulan I-2025 hanya mencapai 4,08 persen (year-on-year/yoy), jauh melambat dibandingkan Triwulan IV-2024 yang sempat menyentuh 6,12 persen (yoy).
Kepala Perwakilan BI Kaltim Budi Widihartanto menerangkan, tren pertumbuhan perekonomian Kaltim pada tahun 2025 sebesar 4,08 persen (yoy) pada Triwulan I, turun dibanding triwulan II-2025 yang mencatatkan pertumbuhan 4,69 persen.
“Dua duanya masih di bawah nasional,” kata Budi, di Fugo Hotel, Jalan Untung Suropati, Samarinda, Rabu 29 Oktober 2025.
Diketahui secara nasional untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri pada triwulan I tahun 2025 adalah 4,87 persen (yoy). Sedangkan untuk triwulan II-2025 yakni 5,12 persen.
Penyebab utama dari menurunnya laju pertumbuhan perekonomian Kaltim ini, salah satunya disebabkan faktor penurunan harga dan permintaan ekspor batu bara secara global.
Dijelaskan, kebijakan perdagangan luar negeri Amerika Serikat sebagai salah satu pemicu menurunnya permintaan batu bara di Kaltim.
“Penurunan permintaan baru bara ini salah satunya karena kebijakan perdagangan luar Amerika,” ujar Budi.
Kebijakan itu di antaranya mengenakan tarif pajak terhadap ekspor batu bara, yang berdampak langsung pada intensitas industri di China, sebagai pasar utama batu bara Kaltim.
“Meski China memiliki jumlah produksi batu bara yang besar, tapi cadangan dan kebutuhan juga tinggi,” terang Budi.
Menurut Budi, komoditas batu bara di Kaltim, selama ini menjadi pemasok terbesar pendapatan daerah. Dengan rendahnya permintaan ekspor batu bara, tentu berdampak langsung terhadap perekonomian Kaltim.
“Komoditas batu bara merupakan komoditas utama ekonomi kita. Sehingga rendahnya permintaan, maka mengakibatkan penurunan tajam perekonomian Kaltim,” jelas Budi.
Sebagai komoditas utama ekonomi Kaltim, rendahnya permintaan batu bara secara global, tentu juga berimbas pada pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah.
“Dampaknya, perekonomian kita sempat tumbuh di atas 6 persen tahun 2024, dan sekarang turun. Ini karena tambang yang turun cukup signifikan,” sebut Budi.
Padahal pada tahun-tahun sebelumnya, lanjut Budi, pertumbuhan perekonomian Kaltim sempat lebih tinggi dari nasional. Di mana ekonomi Kaltim 2024, tumbuh 6,17 persen di atas rata-rata nasional yang tercatat hanya sebesar 5,03 persen.
Tingginya pertumbuhan ekonomi Kaltim pada 2024 didorong oleh kinerja positif di seluruh sektor lapangan usaha. Sektor dengan kontribusi terbesar terhadap perekonomian Kaltim meliputi pertambangan.
Lalu sektor industri pengolahan, konstruksi, pertanian, kehutanan, perikanan, serta perdagangan. Untuk sektor pertambangan dan Penggalian, tumbuh sebesar 6,76 persen.
“Tingginya ekonomi Kaltim tahun sebelumnya ini dikarenakan faktor adanya IKN dan harga batu bara lagi tinggi kemarin,” demikian Budi Widihartanto.
Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi
Tag: Bank IndonesiaBatu baraBI KaltimKaltimPerekonomian