Petani Milenial dan Modernisasi Pertanian, Swasembada Beras di Kaltim Bukan Sekadar Mimpi

Drone penyemprot pertanian bantuan BI Perwakilan Kaltim ke kepada kelompok petani di Kutai Kartanegara. (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Di tengah masifnya aktivitas pertambangan yang terus menggerus tanah Kalimantan Timur, Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan tantangan kepada provinsi Kaltim untuk bisa mencapai swasembada beras dalam dua tahun ke depan, dengan jumlah anggaran fantastis yang disiapkan sebesar Rp500 miliar.

Target besar itu bukan sekadar mimpi di atas kertas, melainkan pertaruhan manis untuk mewujudkan kemandirian pangan daerah.

Kata Swasembada sejak dulu selalu digaungkan. Namun nyatanya, tanpa fondasi yang kokoh dalam aspek produksi, distribusi, dan konsumsi, swasembada hanya akan menjadi ilusi.

Demi mencapai mimpi besar itu, Bank Indonesia wilayah Kaltim kini turut hadir melakukan manuver pangan, memastikan ambisi besar tersebut tidak hanya berakhir sebagai angan-angan belaka.

Di bawah kepemimpinan Budi Widihartanto, Bank Indonesia wilayah Kaltim telah melakukan aksi nyata mendukung kemandirian pangan daerah melalui pembinaan petani milenial, hingga pemberian bantuan alat pertanian yang modern dan canggih.

Sejak tahun 2023 berbagai bantuan alat pertanian modern berteknologi digital telah mengalir deras ke kantong-kantong kelompok tani di penjuru Kaltim.

Dengan adanya bantuan itu, para petani Kaltim yang sebelumnya hanya terampil menggunakan traktor dan cangkul,
kini perlahan menyingkap tabir teknologi. Mereka beralih meninggalkan cara lama, menggunakan teknologi canggih berupa drone semprot pertanian.

Sebagai motor penggerak transformasi teknologi pertanian ini, BI Kaltim juga memberikan berbagai alat pertanian modern lainnya seperti traktor tangan, alat sensor tanah, mesin sortir beras, mesin pengemasan vakum, sumur bor, hingga sprinkler irigasi pertanian, juga sudah bertahun lamanya tersalurkan ke puluhan kelompok tani di wilayah Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Berau, dan Samarinda.

“Kita bergerak bersama pemerintah daerah mencoba melakukan piloting project untuk tanaman padi dengan menggunakan alat pertanian digital,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur, Budi Widihartanto, di Hotel Fugo, Jalan Untung Suropati, Samarinda.

Dengan bantuan alat pertanian modern itu, Bank Indonesia optimistis waktu bertani tidak hanya singkat, namun juga menjadikan hasil panen padi di lahan persawahan berlimpah ruah, meningkat dari hasil sebelumnya.

“Hasilnya bagus untuk produktivtas yang meningkat, dan nilai tukar pertani semakin baik,” ujar Budi.

Peningkatan hasil panen itu secara nyata terbukti di wilayah kabupaten Kutai Kartanegara, sebagai daerah terbesar pemasok pangan khususnya komoditi beras di Bumi Etam.

Bank Indonesia mendapat laporan bahwa setelah menggunakan alat pertanian modern ini, hasil panen yang sebelumnya rata-rata hanya 3 ton per hektare, kini meningkat hingga 6 ton per hektare.

Peningkatan hasil panen hingga dua kali lipat, menunjukkan Kaltim memiliki potensi swasembada beras di 2026 mendatang.

“Di Jawa saja 4 ton per hektare rata-ratanya. Kalau kita 6 ton per hektare, maka kita tidak kalah dengan daerah Jawa,” sebut Budi.

Selain hasil panen yang melimpah, penggunaan alat pertanian modern ini juga mengurangi beban finansial bagi petani. Penggunaan alat modern ternyata mampu memangkas biaya produksi dalam pembelian pupuk pestisida hingga 25 persen, sekaligus mempersingkat waktu dalam bertani. Hal ini menjadi bukti bahwa bantuan alat pertanian modern ini memberikan dampak signifikan bagi petani.

Drone sprayer bantuan Bank Indonesia buat petani di Kutai Kartanegara. (HO-Bank Indonesia)

Ketahanan pangan harus diposisikan sebagai prioritas lintas generasi, bukan sekadar proyek lima tahunan yang berakhir pada laporan seremonial.

Langkah BI Kaltim tidak berhenti pada pemberian alat pertanian itu saja. Untuk memastikan program itu berkelanjutan, Bank Indonesia juga membina para anak-anak muda untuk menjadi petani milenial.

“Para petani milenial berperan dalam penggerak modernisasi pertanian melalui penerapan teknologi digital dan inovasi untuk meningkatkan produktivitas,” kata Budi Widihartanto.

Kebahagiaan Petani Binaan BI

Pada Jumat 12 September 2025, udara siang di Bukit Biru Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) terasa hangat. Namun kehangatan itu bukan hanya datang dari matahari yang tengah bersinar di siang hari itu, melainkan dari senyum bahagia puluhan petani yang berhasil menuai hasil panen yang melimpah.

Kebahagiaan itu kian sempurna saat momen Pemprov Kaltim bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) Kaltim, menyerahkan puluhan bantuan alat pertanian modern.

Alat pertanian modern ini menberikan semangat dan harapan tinggi para petani Kukar, agar bisa meningkatkan hasil panen yang lebih baik lagi ke depannya.

Di tengah keramaian, usai pemberian bantuan alat pertanian modern, sorot mata pewarta niaga.asia tertuju pada seorang petani muda, dan begitu bersemangat memimpin kelompoknya.

Petani itu bernama Ahmad Fauzi, 38 tahun, dari Kelompok Tani Mekar Mukti yang baru saja menerima bantuan sumur bor.

Sambil duduk santai di tengah hiruk pikuk acara, Fauzi menceritakan perjalanan panjangnya sejak 2014, ketika dia memutuskan untuk menjadi seorang petani.

Berbekal pengalaman seadanya, kini dia bersama 31 petani lainnya di Mekar Mukti mengelola 48 hektare lahan di Sido Mukti, Kukar.

“Bantuan dari BI dan pemerintah sejauh ini Alhamdulillah sudah banyak, dan membantu. Ada hand tractor, drone semprot pertanian, sumur bor, bendungan, pompa air,” katanya sembari mengusap keringat di pelepis matanya saat itu.

Fauzi bercerita, bantuan yang terbagi di beberapa kelompok tani ini telah dirasakan manfaatnya oleh hampir sebagian besar petani di Bukit Biru, Tenggarong.

“Namun ada beberapa yang belum mendapat bantuan. Tapi mayoritas hampir semua merasakan bantuan semua,” ujarnya sembari tersenyum.

Dengan adanya bantuan dari Bank Indonesia Kaltim dan pemerintah ini, Fauzi membeberkan adanya lonjakan produktivitas hasil panen yang signifikan dari 3 ton per hektare menjadi 6 ton per hektare.

“Kita biasa panen dua kali dalam setahun. Hasil panen per hektare rata-rata 5-6 ton, tapi tergantung musim panen. Kalau musim beruntung bisa 6 ton lebih, musim kurang beruntung bisa 5-6 ton bahkan di bawahnya. Tergantung kondisi cuaca dan alamnya saja,” terangnya.

Meskipun demikian, Fauzi tidak memungkiri bahwa tantangan besar yang kerap dihadapi para petani adalah fuktuasi harga gabah yang tidak menentu di pasaran.

Panen padi di area Gapoktan Kutai Kartanegara September 2025. (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

“Harga gabah biasanya Rp6.500 ribu per ton. Kalau segitu kita bisa bernafas lega. Kadang juga di bawahnya, dan itu yang menjadi sulit,” ucapnya dengan wajah yang tersirat cemas akan keberlangsungan petani ke depannya.

Apresiasi Pemprov Kaltim Buat Bank Indonesia

Dalam mencapai target swasembada beras ini memang diperlukan peran bersama dan kontribusi semua pihak baik, Pemprov Kaltim, Pemerintah Kabupaten/Kota, maupun stakeholder terkait lainnya.

Terlebih di tengah krisis iklim saat ini, semakin menekan upaya Indonesia dalam memperkuat ketahanan pangan. Anomali cuaca, kekeringan ekstrem, dan gagal panen menjadi realitas yang tidak bisa lagi diabaikan.

Untuk menjawab tantangan ini, modernisasi pertanian bukan lagi opsi, melainkan kebutuhan yang menjadi bagian integral dari kebijakan pangan. Beberapa inisiatif seperti Digital Farming dari Bank Indonesia yang telah menunjukkan hasil positif ini, merupakan langkah awal yang baik dalam mewujudkan swasembada beras di provinsi Kaltim.

“Bank Indonesia telah memberikan perhatian lebih kepada para petani Kaltim. Hasil panennya cukup bagus, 6,2 ton per hektare dengan total luasan 10 hektare,” kata Wakil Gubernur Kaltim Seno Aji.

Diperkirakan dengan pemanfaatan digitalisasi pertanian in, hasil panen dapat meningkat hingga tiga kali dalam setahun. Dengan begitu target swasembada Kaltim yang saat ini berada di angka 60 persen per September 2025, ke depannya akan naik signifikan .

“Dengan begitu, otomatis Kaltim segera swasembada pangan khususnya beras.
Kita akan intensifkan, seluruh petani menggunakan alat yang sama, karena alat ini menghemat waktu,” ujar Seno.

Sementara, Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Kaltim Siti Farisyah Yana mengatakan, langkah Bank Indonesia untuk membantu Pemprov Kaltim mewujudkan swasembada beras ini perlu diacungi jempol.

Kehadiran Bank Indonesia wilayah Kaltim membantu pemerintah dari sisi sosialisasi dan pembinaan para petani, dan juga membantu memberikan alat-alat pertanian terbarukan, karena tidak bisa dijangkau Pemprov Kaltim imbas keterbatasan anggaran daerah.

“Bank Indonesia menyempurnakan semua kegiatan kita dalam mewujudkan swasembada beras di bagian sisi-sisi yang tidak bisa kita jangkau. Semacam kegiatan pembinaan dan bantuan alat yang sifatnya terbarukan, sudah dibantu Bank Indonesia,” kata Yana.

Sesuai arahan Gubernur Kaltim Rudy Mas’ud, persoalan optimalisasi lahan pertanian baru dan peningkatan produktivitas pangan harus ditangani secara tuntas dalam dua tahun ke depan.

“Sesuai dengan arahan paling lambat 2027 harus beres. Di tahun 2026 kita akan melakukan percepatan kembali dengan dana dari APBN, khususnya di daerah potensial. Selain di Kukar, kita ada Paser, Kutai Timur dan Berau,” jelas Yana.

Salah satu fokus utama pemerintah daerah adalah penataan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dan Lahan Basah Strategis (LBS), yang menjadi dasar perencanaan produksi pangan di masa depan.

Penataan ini menjadi penting agar perluasan areal sawah baru tidak justru mengorbankan lahan pertanian eksisting, atau yang sudah ada.

“LP2B dan LBS itu betul-betul harus ditata kelola dengan baik. Jangan sampai kita membuat sawah, tapi kehilangan sawah yang sudah ada,” demikian Siti Farisyah Yana.

Dengan semangat modernisasi alat pertanian modern dan canggih, disertai optimalisasi lahan pertanian ini, Pemprov Kaltim optimistis dapat mewujudkan swasembada beras selambatnya di 2027 nanti.

Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi

Tag: