Pilpres 2019: Pengaruh Aktivis LSM dan Artis Sangat Kecil

aa
Fadhli Fakhri Fauzan. (Foto Intoniswan)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Pengaruh Pengamat, Pengusaha, Akademisi, Aktivis LSM, dan Artis Terkenal sangat kecil terhadap semua kelompok umur pemilih di Pilpres 2019, terutama pemilih yang sudah berumur di atas 20 tahun.

LSI Denny JA dalam rilisnya yang diterima Niaga.Asia, Kamis (15/11/2018) menerangkan kesimpulan bahwa tokoh agama sangat berpengaruh di Pilpres 2019 didasarkan hasil survei dan pengumpulan data yang dilaksanakan dari tanggal 10-19 Oktober 2018.

Metodologi survei yang dipakai adalah metode sampling multistage random. Jumlah responden awal 1.200 responden yang diwawancarai tatap muka menggunakan kuesioner. Margin of error lebih kurang 2,8%. Survei dilengkapi FGD (Fokus Group Discussion) dana analisis media dan indepth interview.

Sedangkan responden  yang mendengarkan himbauan politisi dalam nenentukan pilihan di Pilpres 2019 sebesar 11%, berdasarkan himbauan pengamat (4,5%), pengusaha (3,5%), akademisi kampus (1,8%), aktivis LSM (1,7%), dan artis terkenal (1,1%). Responden yang menjawab tidak tahu/tidak menjawab 24,7%.

Peneliti di lembaga survei Lingkar Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Fadhli Fakhri Fauzan menyebutkan, hanya pemilih pemula (19 tahun atau di bawahnya) yang mau mendengarkan himbauan artis terkenal dalam menentukan pilihan di Pilpres. “Pemilih pemula yang mau mendengarkan himbauan artis hanya 11,1%,” katanya.

Semakin berumur seorang pemilih, semakin kecil peluang artis untuk mengajak pemilih tersebut memilih capres dan cawapres tertentu. Bahkan pemilih berumur 20-29 tahun tidak mau mendengarkan ajakan artis dalam menentukan pilihan. Prosentasenya 0%,” kata Fadhli. Pengaruh artis terhadap pemilih umur 30-39 tahun, kata Fadhli, hanya 0,3%, kemudian terhadap pemilih berumur 40-49 tahun sebesar 1,4%, dan pemilih berumur 50 tahun ke atas 1,1%.

Khusus pengaruh pengamat terhadap pemilih, LSI Denny JA menyimpulkan, juga tidak sampai 10%, hanya berkisar 6,6%. Pemilih yang umurnya dalam rentang 19-39 tahun yang mau mendengarkan himbauan pengamat dalam menentukan pilihan di Pilpres, paling tinggi hanya berkisar 3,1%. Sedangkan pengaruh pengamat terhadap pemilih berumur n40 tahun ke atas hanya mencapai 6,6%.

Ajakan pengusaha untuk memilih capres dan cawapres tertentu di Pilpres 2019, juga diabaikan pemilih. Pengaruh pengusaha yang cukup besar hanya pada pemilih kelompok umur 20-29 tahun sebesar 6,5%, sedangkan di kelompok pemilih umur 30-39 tahun, pengaruh pengusaha turun 4,4%. Pemilih kelompok umur 40-49 tahun yang mau mendengarkan himbaun pengusaha dalam menentukan pilihan mengecil jadi 2,8%. “Pemilih umur 50 tahun ke atas yang bisa dipengaruhi pengusaha hanya 2,1%,” terang Fadhli.

Pengaruh akademisi kampus dan aktivis LSM terhadap pemilih lebih menyedihkan lagi, tidak sampai menyentuh angka 4%. Akademisi kampus hanya mampu mempengaruhi pemilih kelompok umur 19 tahun atau dibawahnya sebesar 2,8%  dan kelompok pemilih umur 20-29 tahun sebanyak 3%. Pengaruh akademisi terhadap pemilih kelompok umur 30 tahun ke atas hanya 2%. “Kondisi yang sama juga berlaku hampir sama terhadap aktivis LSM, pengaruhnya terhadap pemilih paling tinggi hanya 2%,” tambah peneliti LSI Denny JA ini. (001)