PLN Gandeng JICA dalam Studi Percepatan Transisi Energi di Indonesia

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) (handout/PLN Persero)

NUSA DUA.NIAGA.ASIA — PT PLN (Persero) dan Japan International Cooperation Agency (JICA) bekerja sama dalam studi percepatan transisi energi di Indonesia. Hal tersebut dituangkan dalam penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara PLN dengan JICA dalam rangkaian acara Energy Transition Day, Selasa 1 November 2022 di Bali.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan tujuan dari penandatanganan MoU ini ialah untuk memperbarui perkiraan kebutuhan listrik pada 2060 untuk mencapai net zero emission.

“Kami berharap MoU studi percepatan transisi energi dengan JICA, mampu menganalisis informasi tentang masalah dan tindakan kebijakan untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060,” kata Darmawan dikutip niaga.asia dari siaran pers PLN Persero, Minggu.

Darmawan menjelaskan, kolaborasi PLN dengan JICA ini juga diharapkan dapat menghasilkan perencanaan sistem tenaga listrik yang stabil dengan pemanfaatan energi baru terbarukan.

Tidak hanya itu, kedua belah pihak sepakat untuk menandatangani MoU sebagai landasan dalam percepatan Transisi Energi di Indonesia sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan sumber daya di bidangnya, dengan melakukan pertukaran data dan melalui koordinasi bersama para pemangku kepentingan untuk mendukung kepentingan studi tersebut.

JICA adalah badan pelaksana bantuan pembangunan resmi Jepang atau Official Development Assistance (ODA) dengan tujuan mendukung pembangunan sosial ekonomi, pemulihan atau stabilitas ekonomi di negara berkembang.

Darmawan menambahkan, PLN membuka kolaborasi seluas-luasnya guna menghadapi krisis energi dan perubahan iklim.

Kolaborasi ini penting, mengingat aliansi strategis mutlak diperlukan guna membangun kapasitas energi nasional demi mengembangkan teknologi pembangkit yang ramah lingkungan yang tujuannya terkait dengan Sustainable Development Goals (SDGs), Perubahan iklim dan infrastruktur yang berkualitas.

“Menuju net zero emission 2060, diperlukan teknologi yang dapat menggantikan pembangkit fosil untuk memikul beban dasar maupun menunjang stabilitas sistem, termasuk suplai listrik untuk daerah remote atau kepulauan,” tambahnya.

Sumber : PLN Persero | Editor : Saud Rosadi

Tag: