PLTA Sungai Kayan Tahap I Ditarget Memproduksi Listrik Tahun 2025

Gubernur Kaltara, Dr. H Irianto Lambrie bersama masyarakat Long Lejuh dan Long Pelban. (Foto Infopubdok Kaltara)

TANJUNG SELOR.NIAGA.ASIA-Pasca cuti di luar tanggungan negara, Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara)  melaksanakan kunjungan ke dua desa terluar Kabupaten Bulungan yaitu Desa Long Lejuh dan Long Pelban, Kecamatan Peso, Minggu (06/12/2020).

Gubernur  ingin sampaikan bahwa PLTA Sungai Kayan yang akan digarap oleh konsorsium PT Kayan Hidro Energi (KHE) ditarget bisa memproduksi listrik pada tahun 2025, dari bendungan tahap I yang kapasitasnya 900 Megawatt (MW).

Informasi dari PT KHE, proses konstruksi fisik bendungan I paling lambat tahun 2021. Butuh empat sampai lima tahun agar satu bendungan selesai. Produksi listrik akan berbanding lurus dengan pembangunan bendungan tahap selanjutnya. Yakni bendungan II sampai V.

“Apabila diakumulasikan, total target produksi mencapai 9.000 MW dari PLTA Kayan saat terealisasi pada tahun 2050,” katanya.

Lima bendungan itu dikerjakan bertahap. Satu bendungan dikerjakan empat sampai lima tahun. Setelah bendungan I selesai konstruksinya, tunggu satu tahun dulu untuk membangun bendungan II. Selisih satu tahun ini, karena harus mempersiapkan infrastruktur dari bendungan I ke bendungan II dan selanjutnya.

Progres fisik belum signifikan hingga saat ini. Dikarenakan PT KHE fokus menyelesaikan dokumen perizinan dengan berbagai pihak.

Sesuai informasi Direktur Operasional PT KHE, di lapangan tetap berjalan. Khususnya pada tahap konstruksi fisik. Meski belum signifikan, mereka sudah persiapkan pembukaan jalan, land clearing, pematokan jalan, dan akses ke lokasi PLTA.

“PT KHE juga tengah mencari modal investasi dari mitra mereka. Tetapi kalau izin sudah keluar, mestinya mereka sudah bisa bekerja,” kata gubernur.

Adapun hal-hal yang berkaitan dengan sosial budaya dan ekonomi masyarakat perihal pembangunan PLTA itu akan berproses secara normal.

Masyarakat menyampaikan tadi bahwa sejak munculnya rencana pembangunan PLTA, tanaman kebunnya sudah tidak dihiraukan. Tumbuh begitu saja, tidak terpelihara karena dianggap akan tenggelam dengan kehadiran PLTA.

Sementara rencana tempat relokasi cukup jauh dari sini, hampir 30 kilometer. Andaikata lahan dan tanamannya betul tenggelam, itu tentu perlu diantisipasi lebih awal.

“Itu akan berproses saja secara alami dan sesuai aturan. Yang jelas kalau investasi itu terealisasi, ini merupakan proyek strategis nasional yang akan bisa mendorong perkembangan ekonomi nasional dan provinsi Kalimantan Utara sendiri,” sambungnya.

Gubernur  optimistis ada solusi terbaik. Masyarakat sejak awal sudah tahu. Bahkan tokoh-tokoh masyarakat di Desa Long Lejuh bersama PT KHE sudah pernah studi banding ke Cina, melihat PLTA di sana. (adv)

Tag: