PLTU Lati Kemasukan Air Laut, Listrik Padam Seperti Jadwal Minum Obat

aa
PLTU Lati, Berau.

TANJUNG REDEB.NIAGA.ASIA-Pemadaman listrik Tanjung Redeb, Berau sejak beberapa hari lalu, menjadi trending topic,  banyak diperbincangkan warganet. Pasalnya, kondisi seperti ini  dialami berkepanjangan. Bahkan, hampir setiap bulan ada saja pemadaman bergilir yang dilakukan oleh PLN. Postingan di salah satu media sosial terkait pemadaman listrik ini pun langsung dibanjiri komentar.

“3 kali mati lampu dalam waktu 5 menit”

“Rinding mati lampu 3 kali sehari kaya minum obat”

“Tolong buat pak PLN…. kalau memang ngasih jadwal mati lampu konsisten lah janji jam 9 nyala, nyala sebentar mati lagi… pas jadwal mati tepat waktu”

“Labanan juga masih mati, di jadwal katanya jam 9 nyala eh sampai sekarang belum nyala. Padahal jam 4 pagi tadi juga sudah mati”

“Suaran mati 14 jam dan sampai sekarang belum menyala”

“Info gak ada kenapa dan ada apa, lampu berkali kali dipadamkan”

Tak hanya komentar pedas yang dilontarkan netizen di instagram, masyarakat  juga mengeluh akan   nasib alat elektronik mereka jika listrik sering dipadamkan.

“Mati nyala mati nyala, rusak juga peralatan elektronik di rumah. Kalau rusak memang PLN mau perbaiki?”

“Kalau rusak alat elektronik kita, PLN mau ganti rugi jugakah?”

“Ada uang kompensasikah seperti di Jakarta? Kalau telat bayar saja langsung diputus lampunya”

Instrusi Air Laut ke PLTU Lati

                Menanggapi keluhan masyarakat, Manajer Unit Layanan Pelanggan PLN Berau, Hendra Irawan, mengatakan, pemadaman ini disebabkan musim kemarau. Akibat kemarau, debit air Sungai Segah menurun, sementara permukaan air laut naik sampai masuk ke dalam pipa intake Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Lati sampai ke dalam turbin.

“Masuknya air laut yang bertemu dengan suhu tinggi dari pembakaran mesin PLTU Lati inilah yang membuat pipa mengalami korosi dan bocor dan menganggu suplay listrik,” ujarnya.

Menurutnya, kondisi seperti saat ini juga terjadi beberapa tahun lalu, namun tidak separah tahun ini. Normalnya, jika terjadi intrusi air laut  batas maksimalnya hanya 300 uS/centimeter.

Namun kadar garam atau salinitas yang masuk ke dalam boiler PLTU Lati saat ini mencapai lebih dari 500 persen menjadi 1.767 uS/centimeter.

“Untuk mengatasi persoalan ini, PT PLN bersama PT Indo Pusaka Berau (IPB) selaku pengelola PLTU Lati, bekerjasam dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau, mengangkutair tawar ke PLTU,” kata Hendra. (008)