Produk yang Bagus Harus Dibungkus dengan Cerita dan Nilai yang Kuat

Balai Diklat Industri Denpasar dalam upaya pengembangan wirausaha industri baru, misalnya melalui penyelenggaraan program pelatihan bertajuk Deep Dive Corporate Master Class: Branding. (Foto Kemenperin/Niaga.Asia)

JAKARTA.NIAGA.ASIA – Hasil studi dari McKinsey (2024) menunjukkan bahwa 73 persen konsumen milenial dan Gen Z mengatakan mereka lebih memilih membeli dari sebuah merek yang secara brand memiliki nilai-nilai yang mirip dengan nilai mereka, bahkan jika harganya lebih tinggi.

“Ini berarti, dalam dunia industri modern, produk yang bagus saja tidak cukup, harus dibungkus dengan cerita dan nilai yang kuat,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Masrokhan, Sabtu (19/7/2025).

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, sektor ekonomi kreatif menyumbang 7,44% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, menyerap lebih dari 14% tenaga kerja, dan memberi kontribusi hampir 13,8% terhadap ekspor nasional. Meski begitu, kurang dari sepertiga pelaku industri kreatif di Indonesia memiliki strategi branding yang terarah.

Masrokhan mengapresiasi atas segala inisiasi yang dilakukan oleh BDI (Balai Diklat Industri) Denpasar dalam upaya pengembangan wirausaha industri baru, misalnya melalui penyelenggaraan program pelatihan bertajuk Deep Dive Corporate Master Class: Branding.

“Melalui pelatihan berbasis kompetensi dan pendampingan intensif, kami yakin akan tumbuh wirausaha industri baru yang berkontribusi terhadap ekonomi lokal dan nasional,” tuturnya.

Menurut Masrokhan, BDI Denpasar juga aktif menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah, dunia usaha, dan komunitas lokal agar para alumni dapat langsung terhubung ke ekosistem bisnis, serta memiliki peluang nyata untuk memulai usaha industri mereka sendiri.

“Apalagi, tantangan para pemilik usaha terutama wirausaha pemula semakin berat di era sekarang. Perubahan pola konsumsi, gaya hidup, dan fluktasi perekonomian yang sangat dinamis, di mana ditopang oleh pesatnya pertumbuhan teknologi informasi, mengakibatkan persaingan usaha semakin ketat,” imbuhnya.

Kepala BDI Denpasar, Arga Mahendra menerangkan, sebagai salah satu unit kerja di bawah BPSDMI Kemenperin, BDI Denpasar memiliki mandat untuk mendorong tumbuhnya SDM industri yang adaptif terhadap perubahan zaman.

“Gedung Animasi tempat kita berada ini bukan sekadar ruang pelatihan dan pembinaan SDM kewirusahaan industri, tetapi kami siapkan sebagai ruang kreatif tempat bertemu bagi para wirausahawan serta pelaku industri digital dan visual branding, yang akan terus kami dukung untuk melahirkan talenta dan karya unggulan dari Bali,” ujarnya.

Arga menjelaskan, pelaksanaan program pelatihan Deep Dive Corporate Master Class: Branding ini merupakan kolaborasi BDI Denpasar bersama Starfindo, Kinaya dan Indogo.

“Para peserta dapat belajar langsung dari para ahli, misalnya mengenai cara membangun fondasi branding yang kuat, otentik, dan relevan, agar bisnisnya tidak hanya terlihat, tetapi juga melekat di hati pelanggan,” ungkapnya.

Salah satu narasumber yang dihadirkan adalah Julius Widiantoro, sosok di balik branding Kopiko Signature, Prochiz, Prima, Emeron, dan Hydro Coco.

“Kami berharap kegiatan pelatihan ini tidak hanya menambah pengetahuan teknis, tetapi juga menjadi titik balik lahirnya merek-merek lokal yang kuat dan mendunia dari tangan-tangan kreatif para peserta,” pungkas Arga.

Sumber: Siaran Pers Kementerian Perindustrian | Editor: Intoniswan

Tag: