Program Dikbud Kaltim Pelajar Peduli Stunting, BKKBN: Bisa Jadi Contoh Nasional

Deputi Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana, Bonivasius Prasetyo Ichtiarto. (Foto Heri/Niaga.Asia)

BALIKPAPAN.NIAGA.ASIA – Deputi Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (Daldul BKKBN) RI Bonivasius Prasetyo Ichtiarto menyatakan, BKKBN mengapresiasi  Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kalimantan Timur telah meluncurkan program Pelajar Peduli Stunting (kurang gizi kronis) sebagai upaya pencegahan dini stunting.

“Pelajar Peduli Stunting yang sudah diprogram di Kaltim,  bukan tidak mungkin menjadi contoh program nasional nanti dan diterapkan di semua provinsi lain dalam upaya pencegahan stunting sedini mungkin,” kata Bonivasius Prasetyo Ichtiarto ketika berbicara di acara Rapat Koordinasi  Usaha Kesehatan Sekolah (Rakoor UKS) se-Kaltim dan Launching Program Pelajar Penting (Peduli Stunting) di Grand Senyiur Hotel Balikpapan, Jumat (4/11/2022).

Untuk diketahui stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Sedangkan wasting merupakan gabungan dari istilah kurus (wasted) dan sangat kurus (severe wasted) yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan ambang batas (Z- score) <-2 SD.

Berdasarkan laporan BPS tentang Indek Pembangunan Manusia (IPM) Kaltim Tahun 2021, angka atau kasus stunting di Kaltim 2021 tinggal 22,8 persen, atau sudah turun 5,29 persen dibandingkan  tahun 2019 sebesar 28,09 persen.

Sedangkan secara nasional kasus stunting tahun 2021 menjadi 24,4 persenatau turun 3,3 persen dibandingkan  tahun 2019 yang jumlahnya 27,7 persen.

Menurut Bonivasius Prasetyo , program Pmprov Kaltim Pelajar Peduli Stunting ini lebih kepada pencegahannya. Kalau untuk mahasiswa  sudah ada mahasiswa peduli stunting, maka di Kaltim punya Pelajar Peduli Stunting.

“Ini suatu ide yang luar biasa bahwa SMA/SMK itu punya kepedulian terhadap stunting,” katanya.

Bonivasius Prasetyo melanjutkan, pemerintah menargetkan pada tahun 2024 angka prevalensi stunting turun ke angka 14 persen. Karena itu, dengan adanya gerakan Pelajar Peduli Stunting diharapkan target yang sudah ditetapkan pemerintah bisa tercapai.

“Pelajar perlu peduli stunting agar bisa berpartisipasi mencegah anak-anak tidak stunting.  Kita tidak ingin target tercapai di tahun 2024, tapi muncul lagi yang baru kalau anak-anak remajanya tidak paham dengan bahaya stunting,” pungkasnya.

Penulis: Heri | Editor: Intoniswan | ADV Diskominfo Kaltim

Tag: