JAKARTA.NIAGA.ASIA-Prospek pemulihan ekonomi dunia di 2020 mulai terlihat dan mendukung berlanjutnya penurunan ketidakpastian pasar keuangan global. Perbaikan ekonomi global terutama didukung oleh perkiraan pertumbuhan di sejumlah negara berkembang yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Beberapa indikator dini global terkait indeks manufaktur, indeks pemesanan ekspor, indeks produksi, dan indeks keyakinan membaik dalam dua bulan terakhir 2019, didorong stimulus kebijakan yang ditempuh di banyak negara serta optimisme pasca kesepakatan phase 1 trade deal AS-Tiongkok.
Demikian disimpulkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 22-23 Januari 2020 yang dipimpin Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dan dirilis Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Onny Widjanarko disitus bi.go.id.
Dikatakan, perkembangan tersebut positif mendukung pertumbuhan ekonomi negara maju seperti AS, Jepang, dan Eropa, sejalan dengan langkah-langkah kebijakan yang ditempuh oleh otoritas di masing-masing negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang juga berpotensi lebih tinggi, termasuk di Tiongkok, India, dan Brazil, meskipun masih terdapat sejumlah permasalahan domestik di negara tersebut yang sedang diatasi otoritas negara yang bersangkutan.
“Secara keseluruhan, optimisme perbaikan ekonomi global berdampak pada menurunnya ketidakpastian pasar keuangan global dan mendorong peningkatan aliran modal asing ke negara berkembang,” kata Onny. Prospek pemulihan global tersebut memperkuat momentum peningkatan pertumbuhan ekonomi domestik dan arus masuk modal asing, meskipun risiko geopolitik perlu terus dicermati.
Berdaya tahan
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap berdaya tahan ditopang perbaikan ekspor dan konsumsi rumah tangga yang tetap baik. Perbaikan ekspor didorong kenaikan permintaan mitra dagang dan harga beberapa komoditas ekspor utama.
“Produk ekspor seperti ekspor batubara, kendaraan bermotor, besi dan baja, serta biji logam dan sisa logam mencatat pertumbuhan positif pada triwulan IV 2019,” ungkap Onny.
Secara spasial, ekspor biji nikel dari Sulawesi dan ekspor tembaga dari Nusa Tenggara Barat juga meningkat. Konsumsi rumah tangga tetap terjaga, ditopang keyakinan konsumen yang mulai meningkat dan faktor musiman jelang akhir tahun.
Sementara itu, investasi terus membaik, termasuk secara spasial didorong investasi terkait hilirisasi nikel di Sulawesi. Beberapa indikasi kenaikan investasi tercermin pada peningkatan Purchasing Manager Index Manufaktur dan indikator dini lain terkait penjualan ekspor dan penjualan domestik.
Peningkatan investasi diprakirakan berlanjut didorong pembangunan infrastruktur serta kenaikan keyakinan pelaku usaha sebagai dampak peningkatan ekspor dan kemudahan iklim berusaha sejalan dengan kebijakan Pemerintah termasuk implementasi Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja.
“Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun 2019 dapat mencapai sekitar 5,1% dan meningkat dalam kisaran 5,1-5,5% pada tahun 2020.,” katanya. (001)
Tag: Bank Indonesia