PT Duta Tambang Rekayasa Lestarikan Sumber Air Bersih di Sei Menggaris

aa
Budi Hartono dan Kades Sri Nanti, Abdul Hafid menanam tanaman bambu di sekitar Telaga Kehidupan. (Foto Budi Anshori)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA-Sulitnya mendapatkan air bersih di Kecamatan Sei Menggaris tidak terlepas dari maraknya penanaman kelapa sawit milik perusahaan dan warga setempat. Sumber (mata air) semakin berkurang akibat tingginya kebutuhan kepala sawit terhadap air dalam bumi.

“Mencari sumber air di Sei Menggaris sangat sulit, hanya di telaga kehidupan yang masih ada stok air cukup,” kata Kepala Cabang Tarakan PT Duta Tambang Rekayasa (DTR) Budi Hartono. Agar sumber air tetap terjaga, DTR di awal tahun 2018 memprogramkan penanaman bambu di sekitar pinggiran sumber-sumber air diantara lokasi telaga kehidupan dan sumber air di sekitar SMKN Seimenggaris.

Atasi Krisis Air Bersih, PT DTR-BUMDes Sri Nanti Operasikan SPAM

Tanaman bambu-bambu yang bibitnya didatangkan dari Jogyakarta ini diharapkan mampu mengembalikan serapan debet air yang mulai berkurang dan sekaligus menyaring air yang masuk ke kolom dan telaga.   “Tiap tahun debet air berkurang, sedangkan kebutuhan air masyarakat meningkat, makanya kami coba tanam bambu sepanjang pinggiran sungai ataupun sumber-sumber air,” ucapnya. Selama ini, warga Desa Sri Nanti dan Desa Tabur Lestari mengandalkan sumber air telaga kehidupan untuk kebutuhana hidup. Selain airnya sangat bersih, debet air telaga tidak pernah kering meski dimusim kemarau.

Upaya pelestarian sumber air bersih mendapat dukungan oleh para ahli  dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan memandu  masyarakat menjaga dan merawat serta melindungi lokasi sumber air. “Ide penanaman bambu muncul kunjungan ilmuan ITB  yang datang ke Sei Menggaris. Menurut penelitian mereka, kapasitas air disana bisa memenuhi seribu lebih pelanggan PDAM atau SPAM,” ungkapnya.

Menurut Budi, kebutuhan air bersih warga sangat tinggi. Itu bisa dilihat dari aktifitas pedagang air bersih yang selama ini menjual air menggunakan tanki. “Dalam satu orang pedagang bisa menjual 10 sampai 17  tanki berisi 1.800 liter ke rumah-rumah warga,” ujarnya.

aa
Pedagang air di Desa Sri Nanti, Arafik menjual air dari Telaga Kehidupan Rp100.000 per tanki 1.800 liter. (Foto Budi Anshori)

Hal itu dibenarkan salah seorang pedagang bernama Arafik. Menurut Arafik, yang sudah berusia 55 tahun,  hampir setiap hari dia menerima permintaan air dari rumah-rumah warga di Desa Sri Nanti dan Desa Tabur Lestari. Bermodalkan mobil pikup dan tanki air. “Saya menjual air ke warga  Rp 100 ribu per tanki,” katanya. Sehari dia mengaku bisa menjual air 17 tanki. Air yang dijualnya diambil dari telaga kehidupan.

Lokasi telaga kehidupan tidak jauh dari pemukiman penduduk. Air di telaga itu tak pernah kering walau di musim kemarau dan menjadi sumber rezeki bagi pedaganag air. Arafik tidak berjualan air sendirian, tapi juga ada rekannya, bahkan menggunakan truk yang mampu memuat 2 tanki air. “Rata-rata sehari-semalam bisa menjual air 17 tanki. Penghasilan kotor bisa Rp1,7 juta per hari,” ujar Arafik. (002)