Puluhan Ribu Orangutan dan Bekantan Terancam Punah

Tri Atmoko, peneliti satwa (Foto : istimewa)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Puluhan ribu orangutan dan bekantan yang tersebar di Pulau Kalimantan, mulai Kalimantan Selatan hingga Utara, mulai Kalimantan Barat hingga Timur, bahkan hingga Sabah, Malaysia, kehidupannya terancam punah akibat adanya perburuan liar dan rusaknya habitatnya.

Tri Atmoko, peneliti satwa di Balai Penerapan Standar Instrumen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Samboja, saat dihubungi mengatakan, saat ini populasi orang utan di seluruh Kalimantan berjumlah sekitar 57 ribu individu. Sedangkan populasi bekantan sekitar 25 ribu ekor.

Ia mengajak semua pihak tidak melakukan perburuan terhadap satwa-satwa di Kalimantan yang dilindungi karena ancaman hukumannya sangat berat. Selain akibat perburuan, dua satwa tersebut menjadi langka karena kerusakan habitat akibat berbagai aktivitas yang tidak ramah lingkungan.

Aktivitas yang tidak ramah lingkungan itu seperti pertambangan, pembukaan area perkebunan skala luas yang mengubah kawasan hutan menjadi non-hutan, sehingga keberadaan satwa endemik ini tertekan dan terancam punah.

“Jumlah bekantan yang sekitar 25 ribu ekor tersebut seolah banyak, namun jika dilihat dari luasan Pulau Kalimantan yang mencapai 743.330 km2 dan terdiri dari berbagai kabupaten/kota, lima provinsi, bahkan hingga Sabah, tentu jumlah ini tergolong kecil,” katanya.

Ia melanjutkan, populasi orangutan di seluruh Kalimantan yang sekitar 57 ribu individu tersebut pun terbilang kecil jika dibandingkan dengan luasan pulau Kalimantan. Sama dengan bekantan, ancaman kepunahan satwa ini juga akibat pembukaan lahan tidak ramah lingkungan dan perburuan.

“Satwa endemik dan langka di Kalimantan yang paling terancam ada dua, yakni orangutan dan bekantan. Status untuk orangutan Kalimantan adalah kritis mengalami kepunahan, sedangkan status bekantan adalah bahaya di ambang kepunahan,” katanya.

Ia melanjutkan, bekantan hidupnya di hutan-hutan dan cenderung di pepohonan di tepi sungai. Sedangkan masyarakat di Pulau Kalimantan masih banyak menggunakan jalur transportasi sungai untuk mencapai ke pedalaman.

“Kawasan sungai itu mudah dijangkau oleh masyarakat dalam menggunakan transportasi air. Bahkan kemudian ada yang membuka hutan melalui jalur sungai sehingga habitat bekantan menjadi rusak, bahkan banyak yang hilang,” katanya. (gh)

Tag: