Rajapaksa Akhirnya Terpaksa Mundur  

Presiden Gotabaya Rajapaksa (kiri), dan adiknya mantan PM Mahinda Rajapaksa, adalah simbol dominasi dinasti Rajapaksa dalam politik negara itu. 

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Rajapaksa adalah nama belakang dari suatu keluarga di Sri Lanka. Rajapaksa ini sangat populer di pemerintahan, setelah memegang tampuk kekuasaan di negeri yang berada di Samudera Hindia ini sejak 2005.

“Apakah Rajapaksa satu-satunya nama belakang di negara Anda?”

Demikian sebuah lelucon yang populer di Sri Lanka. Pertanyaan dalam lelucon itu dilontarkan seorang pejabat fiktif dari China yang bingung ketika berkunjung ke Sri Lanka karena setiap pejabat yang ia temui nama belakangnya sama.

Mudah membayangkan bagaimana lelucon itu bisa muncul: keluarga Rajapaksa telah menguasai negara kepulauan itu selama dua dekade terakhir.

Presiden Gotabaya Rajapaksa melarikan diri ke Maladewa menyusul protes besar terkait krisis ekonomi akhir pekan lalu dan saat ini tengah menuju Singapura, menurut sumber-sumber kepada BBC.

Sebelumnya Rajapaksa berjanji untuk mundur pada Rabu (13/07) namun sejauh ini belum mengajukan pengunduran diri secara resmi.

Gotabaya Rajapaksa memiliki imunitas untuk dituntut sebagai presiden. Dan ia diduga kabur ke luar negeri sebelum mengundurkan diri untuk mencegah kemungkinan penahanan oleh pemerintahan baru.

Wartawan BBC Tessa Wong mengatakan tidak jelas apakah ada negara yang akan mengizinkan Gotabaya Rajapaksa menetap.

Singapura – yang saat ini menjadi tujuan Rajapaksa – pernah menerima figur kontroversial seperti Thein Sein, Robert Mugabe dan Kim Jong-un.

Namun menampung Rajapaksa adalah sesuatu yang akan menjadi masalah bagi negara kepulauan itu karena ia dituduh melakukan kejahatan perang dan menjadi titik perhatian global saat ini.

Singapura juga memiliki populasi Tamil cukup besar, sebagian berasal dari Sri Lanka. Rajapaksa dituduh membiarkan tewasnya puluhan ribu warga sipil Tamil dalam perang saudara saat ia menjabat menteri pertahanan. Banyak pihak yang akan marah dan Singapura kemungkinan besar tidak mau pusing dengan ini, kata Tessa Wong.

Menurut laporan International Consortium of Investigative Journalist (ICIJ) Oktober tahun lalu, dokumen-dokumen rahasia mengungkapkan anggota keluarga dinasti Rajapaksa menggunakan perusahaan rahasia untuk menyimpan kekayaan di seluruh dunia.

Praktek ini, menurut ICIJ, juga dilakukan oleh mantan pemimpin Indonesia, Soeharto dan FIlipina, Presiden Marcos.

Krisis ekonomi yang tengah dihadapi Sri Lanka saat ini adalah yang paling buruk sejak negara itu merdeka dari Inggris pada 1948, dan banyak ahli telah mengaitkan kesulitan saat ini dengan ketidakbecusan memimpin dan mengelola ekonomi negara.

Mahinda Rajapaksa menjabat sebagai presiden selama dua periode antara 2005 dan 2015.

Gelombang pengunduran diri keluarga Rajapaksa sudah dimulai pada 9 Mei lalu dengan mundurnya Perdana Menteri (dan mantan presiden) Mahinda Rajapaksa di tengah protes yang menyebar ke seluruh negeri sejak awal April.

Mahinda adalah kakak dari presiden saat ini, Gotabaya Rajapaksa.

“Pengunduran diri Mahinda Rajapaksa menandai perubahan nasib yang memalukan bagi seorang pria yang selama bertahun-tahun menjadi orang paling berkuasa di Sri Lanka,” kata Ayeshea Perera, editor situs BBC News Asia.

Sang mantan presiden menjadi anggota paling terkenal dari dinasti politik yang sebenarnya belum lama berkuasa di kancah politik nasional.

Mereka berasal dari generasi pemilik tanah di distrik selatan Hambantota, dan Mahinda pertama kali terpilih menjadi anggota parlemen pada tahun 1970 — ia merupakan anggota termuda di parlemen waktu itu.

Kemudian pada 1980-an Mahinda terpilih lagi menjadi anggota parlemen, kali ini bersama kakak laki-lakinya, Chamal.

Beberapa kerabat lain dari empat bersaudara itu juga memegang jabatan publik, terutama putra Mahinda, Namal, yang baru-baru ini menjabat sebagai menteri Olahraga Sri Lanka, dan Yoshitha (kepala staf perdana menteri sampai ayahnya mengundurkan diri).

Namun, keluarga itu mengalami kemunduran ketika Mahinda tiba-tiba kalah dalam pemilihan presiden 2015.

Mereka kembali berkuasa empat tahun kemudian, kali ini dengan Gotabaya di kursi presiden. Aturan konstitusional menghalangi Mahinda mencalonkan diri.

Mencalonkan diri dengan agenda nasionalis, sang presiden baru memanfaatkan asosiasi keluarga itu dengan hukum dan ketertiban: pada April 2019, serangan teroris yang dikaitkan dengan Negara Islam menewaskan lebih dari 250 orang.

Klaim korupsi

Namun tuduhan korupsi terhadap keluarga Rajapaksa tetap ada — nama mereka kembali mengemuka dalam gelombang unjuk rasa hari ini yang disebabkan oleh krisis ekonomi pasca-Covid.

“Banyak orang percaya Mahinda Rajapaksa membuka jalan bagi keluarganya untuk menjarah kekayaan negara demi keuntungan finansial mereka sendiri,” tambah Ayeshea Perera.

Papan reklame dan seruan yang menuntut keluarga mengembalikan “uang curian” negara itu adalah pemandangan umum pada unjuk rasa di Sri Lanka.

Anjloknya reputasi Rajapaksa menyebabkan perpecahan dalam keluarga tersebut.

Pada akhir April, berbagai laporan menyebutkan keretakan yang semakin besar antara Mahinda dan Gotabaya, diikuti perebutan kekuasaan antara dua bersaudara itu untuk mengendalikan pendukung mereka.

Kesulitan ekonomi telah mendorong banyak kalangan yang tadinya memilih Gotabaya tapi kini membawa spanduk bertuliskan “Gota go home”. Kalimat itu bermakna ganda. “Gota pulanglah” barangkali plesetan dari ungkapan bahasa Inggris “gotta go home” serta Gota yang merujuk nama panggilan sang presiden.

Para pengunjuk rasa anti-pemerintah menyerbu kediaman resmi PM setelah kawanan pro-pemerintah pergi ke lokasi unjuk rasa damai di dekat situ dan menyerang para demonstran tersebut.

Tak lama kemudian bentrokan menyebar ke seluruh negeri dan pengunjuk rasa yang marah membakar beberapa properti milik keluarga Rajapaksa, termasuk rumah keluarga mereka di Hambantota.

Para pengunjuk rasa juga menghancurkan makam orang tua Rajapaksa serta tugu peringatan yang didedikasikan untuk mereka. Sebagai presiden, Gotabaya dituduh menyalahgunakan dana negara untuk membangun tugu peringatan tersebut.

Demonstran menikmati sarapan usai memasuki gedung Sekretariat Presiden, setelah Presiden Gotabaya Rajapaksa melarikan diri, di tengah krisis ekonomi negara, di Kolombo, Sri Lanka 10 Juli 2022. (REUTERS/Dinuka Liyanawatte)

Namun sang presiden mengatakan ia tidak berniat untuk berhenti, meskipun hampir semua menterinya sudah mengundurkan diri dan beberapa anggota parlemen menarik dukungan mereka terhadap pemerintah.

Pada hari Jumat (6 Mei), Gotabaya mengumumkan keadaan darurat untuk kedua kalinya dalam sebulan setelah pemogokan massal berbuntut penutupan toko-toko dan bisnis di seluruh negeri.

Mereka mungkin belum sepenuhnya jatuh dari kekuasaan, tetapi keluarga Rajapaksa semakin kehilangan cengkeraman mereka pada politik Sri Lanka yang di masa lalu kelihatannya tak tergoyahkan.

**) SArtikel ini bersumber dari BBC News Indonesia yang sudah tayang dengan judul “Sri Lanka: Siapa dinasti Rajapaksa, keluarga bermasalah yang menjadi sumber krisis ekonomi dan kerusuhan?”.

Tag: