Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri Dorong Inflasi Kaltim

Bawang merah masih menjadi komoditi pendorong inflasi berkepanjangan di Kaltim. (Foto Istimewa)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Indeks Harga Konsumen (IHK) Kalimantan Timur (Kaltim) Mei 2020, mengalami inflasi sebesar 0,21 % (mtm), meningkat dari deflasi sebesar -0, 14% (mtm) bulan lalu. Dengan inflasi tahun kalender Kaltim tercatat 0,63% (ytd) dan tahunan sebesar 1 ,54 0/0 (yoy).

Tingkat inflasi tahunan Kaltim tercatat lebih rendah dibandingkan nasional sebesar 2, 19% (yoy). Adapun Inflasi Kaltim Mei 2020 didorong oleh kenaikan harga sejumlah bahan makanan serta angkutan udara menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Demikan disampaikan Tutuk S.H. Cahyono, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur dalam rilisnya hari, Selasa (2/6/2020).

Menurut Tutuk, terdapat dua kelompok yang memberikan andil cukup signifikan terhadap inflasi umum, yaitu bahan makanan serta transportasi. Masing – masing kelompok ini mengalami inflasi sebesar 0,54% (mtm) dan 0,68% (mtm).

“Meskipun disepanjang Mei 2020 aktivitas masyarakat di luar rumah serta physical distancing masih terus berjalan tetapi meningkatnya konsumsi di periode Ramdhan dan Hari Raya Idul Fitri menjadi faktor utama peningkatan harga bahan makanan,” ujarnya.

Berdasarkan komoditasnya, peningkatan harga bawang merah mencapai 41 ,91 % (mtm), daging ayam ras sebesar 3,43% (mtm), serta udang basah sebesar 5,09 0/0 (mtm). Inflasi bawang merah relatif tinggi dibandingkan inflasinya di tingkat nasional yang hanya sebesar (mtm).

Kepala Perwakilan BI Kalimantan Timur Tutuk SH Cahyono. (Foto : Niaga Asia)

“Selain bahan makanan, inflasi Kaltim juga bersumber dari tarif angkutan udara. Mulai beroperasinya sejumlah maskapai penerbangan secara terbatas menyebabkan permintaan untuk tiket pesawat kembali meningkat meskipun belum seperti periode normal. Inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi sejumlah komoditas antara Iain minuman ringan, ikan selar, bahan bakar rumah tangga, dab bawang putih. Khusus untuk penurunan bawang putih, impor yang mulai masuk turut menormalkan kembali harga di pasar,” kata Tutuk.

Diterangkan pula, TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) di wilayah Kalimantan Timur terus berkoordinasi serta mengeksekusi perogram kerja guna menjaga pasokan pangan dengan harga wajar di Kalimantan Timur.

High Level Meeting TPID Kalimantan Timur yang melibatkan seluruh pejabat kabupaten/kota pada Mei 2020 telah lebih dalam mengkaji proses penguatan produksi Iokal yang dilakukan bersamaan dengan penguatan Kerjasama Antar Daerah (KAD) dengan daerah produsen di luar wilayah Kaltim.

“Disamping itu, pasar murah online juga mulai dijalankan di tingkat provinsi dan beberapa Kota/Kabupaten sehingga mempermudah akses berbelanja bagi masyarakat dan operasi pasar guna memastikan kestabilan harga di pasar,” kata Tutuk.

Pada Mei 2020, TPID tingkat Provinsi dan Kota Samarinda juga telah mengadakan High Level Meeting yang dipimpin Sekdaprov, Wakil Walikota dan Sekda Kota untuk menjaga kestabilan harga pangan di masa pandemi Covid-19 dan Ramadhan. (001)

Tag: