Rawan Rusak, WWF Mulai Rehabilitasi Terumbu Karang di Kepulauan Derawan

Penyelamatan terumbu karang dari kerusakan di perairan Derawan melalui program WWF Indonesia berlangsung hingga Desember 2023 (handout WWF Indonesia/Yudhi Rizal melalui niaga.asia)

TANJUNG REDEB.NIAGA.ASIA — WWF Indonesia bersama pemerintah provinsi Kalimantan Timur dan pemerintah kabupaten Berau, sepakat melakukan rehabilitasi terumbu karang di perairan kepulauan Derawan. Penandatanganan kesepakatan itu dilakukan di Tanjung Redeb, kabupaten Berau, Rabu.

Melalui Ocean Governance Project, kegiatan ini akan dilakukan hingga Desember 2023 di Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil Kepulauan Derawan dan Perairan Sekitarnya (KKP3K KDPS).

Kesepakatan yang ditandatangani berisi dukungan terhadap pelaksanaan Ocean Governance Project oleh para pemangku kebijakan bersama Yayasan WWF Indonesia dan delegasi Uni Eropa.

Poin kesepakatan berisi kegiatan yang akan dilakukan yaitu rehabilitasi terumbu karang, pendampingan kelompok masyarakat seperti perbaikan perikanan tangkap yang berkelanjutan, wisata bahari yang bertanggung jawab, serta mitigasi dan proteksi spesies laut terancam punah.

Itu akan dilakukan bersama Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kalimantan Timur, Dinas Perikanan Berau dan mitra terkait lainnya.

Terkait program rehabilitasi terumbu karang dilakukan sosialisasi sekaligus kesepakatan bersama antara WWF Indonesia bersama pemerintah provinsi Kalimantan Timur dan pemerintah kabupaten Berau di Tanjung Redeb, kabupaten Berau, Rabu 13 Juli 2022. (handout Yayasan WWF Indonesia melalui niaga.asia)

Hadir pada acara sosialisasi di Tanjung Redeb di antaranya Kepala Seksi Penataan Kawasan Konservasi Nasional Dedy Eka Syaputra dari Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Mohamad Ali Aripe sebagai Kepala Bidang Pengelolaan Ruang Laut Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Timur, Puri Canals sebagai perwakilan GOPA, dan serta Program Manager Marine Biodiversity Yayasan WWF Indonesia Candhika Yusuf.

Status konservasi Kepulauan Derawan dan Perairan Sekitarnya telah ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 87/KEPMEN-KP/2016. Terkait itu maka Yayasan WWF melakukan monitoring pemantauan kesehatan terumbu karang.

Data tahun 2021 menunjukkan nilai tutupan karang keras di kawasan tersebut adalah 31,9%. Angka ini menunjukkan kategori kondisi kesehatan terumbu karang relatif sedang (35-40,9%).

Proyek yang berjalan salah satunya akan menaikan nilai kesehatan terumbu karang di kawasan tersebut.

“Sesuai dengan yang tertulis di dalam Rencana Pengelolaan Zonasi (RPZ) KKP3K KDPS, bahwa pengelolaan kawasan konservasi diharapkan tidak hanya diimplementasikan oleh DKP Provinsi saja, namun juga membutuhkan dukungan multipihak untuk menginisiasi program-program yang sejalan sebagai upaya untuk memulihkan ekosistem laut dan meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir di Kepulauan Derawan dan Sekitarnya,” kata Mohamad Ali Aripe dalam pernyataannya seperti dikutip niaga.asia, Rabu.

Puri Canals menyampaikan pernyataan delegasi Uni Eropa, Henriette Faergemann. Dia mengatakan masa depan laut saat ini sedang dipertaruhkan.

Penyelamatan terumbu karang juga penting untuk perlindungan biota laut sebagai hasil dari konferensi kelautan Perserikatan Bangsa-bangsa (handout WWF Indonesia/Kartika C Sumolang melalui niaga.asia)

“Untuk itu konferensi kelautan PBB ini telah menunjukkan ambisi global yang tinggi, sehingga perlu diimbangi dengan upaya bersama yang efektif untuk meningkatkan perlindungan dan pengelolaan wilayah laut dan pesisir kita,” kata Puri.

“Kami percaya bahwa melindungi dan memulihkan ekosistem laut dapat berfungsi sebagai katalis untuk memastikan perdamaian, pembangunan ekonomi berkelanjutan, dan kesejahteraan sosial – dari tingkat lokal hingga regional,” dia menambahkan.

Manajer WWF Indonesia dalam kesempatan yang sama menerangkan, dalam upaya mendukung pelestarian ekosistem dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan di KKP3K KDPS, diperlukan adanya pendekatan yang adaptif dan kerjasama yang luas dengan mitra lokal maupun jaringan pemangku kepentingan seperti Yayasan Penyu Berau (YPB), Asosiasi Guide Snorkeling Derawan (AGSD), serta mitra lainnya yang turut berkontribusi.

“Kedepannya, diharapkan melalui implementasi Ocean Governance Project, dapat berkontribusi dalam peningkatan efektifitas pengelolaan KKP3K KDPS yang dilakukan setiap tahun menggunakan penilaian EVIKA, Evaluasi Pengawasan Kawasan Konservasi yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikananan Republik Indonesia,” kata Candhika Yusuf, Program Manager untuk Marine Biodiversity Yayasan WWF Indonesia.

Kerjasama parapihak menjadi kunci pengelolaan kawasan yang lebih baik untuk meningkatkan angka nilai kondisi terumbu karang.

Sumber : Yayasan WWF Indonesia | Editor : Saud Rosadi

Tag: