RSUD AW Sjahranie Dengarkan Masukan, Mulai Soal Pasien Dipulangkan Hingga Layanan BPJS

Manajamen RSUD AW Sjahranie membuka layanan aduan pelayanan RS melalui media sosial dalam diskusi Forum Konsultasi Publik di Ruang Buana kantor manajemen RSUD AW Sjahranie, Jalan Palang Merah, Samarinda, Kamis 17 November 2022 (niaga.asia/Saud Rosadi)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — RSUD AW Sjahranie terus berbenah. Di antaranya dengan membentuk Forum Konsultasi Publik (FKP). Dalam forum itu mencuat kritik sekaligus masukan bagi rumah sakit rujukan tertinggi di Kalimantan Timur itu. Mulai dari pasien yang merasa belum sembuh yang dipulangkan hingga layanan BPJS Kesehatan.

FKP dibentuk berdasarkan Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No 12/2021 tentang penyelenggaraan Forum Konsultasi Publik di Lingkungan Instansi Pemerintah.

Selain Direktur RSUD Abdoel Wahab Sjahranie dr David Hariadi Masjhoer dan jajaran manajemen, juga hadir antara lain dari BPJS Kesehatan, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Samarinda, Dewan Pengawas RSUD AW Sjahranie serta warga sekitar rumah sakit.

Dalam diskusi FKP yang dilakukan secara luring/offline di Ruang Buana RSUD AW Sjachranie dan peserta pengguna layanan RS secara online/daring terungkap beragam kritik sekaligus masukan bagi rumah sakit.

Seperti soal pasien yang merasa belum sembuh namun sudah dipulangkan, pasien BPJS Kesehatan yang merasa dianaktirikan, soal parkir kendaraan yang ada di luar area rumah sakit yang berpotensi menghambat gerak ambulan pasien ke Instalasi Gawat Darurat (IGD), peran penting Rumah Singgah Kanker, serta panjangnya antrean pasien pengguna layanan BPJS Kesehatan.

David Hariadi merespons. Soal informasi pasien BPJS Kesehatan merasa dianaktirikan menjadi isu nasional di hampir semua RS tidak terkecuali di RSUD AW Sjahranie. Bahkan, antrean pasien BPJS berlangsung berjam-jam untuk mendapatkan pelayanan.

“Ada pasien dari masyarakat umum, ingin layanan disamaratakan karena sama-sama bayar. Dan pasien VIP ingin dibedakan. Kami tidak menutup mata, dan itu menjadi pekerjaan rumah bagi kami,” kata David Hariadi, saat diskusi FKP di Ruang Buana Gedung Manajemen RSUD AW Sjahranie, Jalan Palang Merah, Samarinda, Kamis.

Dokter spesialis, misal untuk menangani sakit kanker, tidak memungkinkan dalam satu hari melayani puluhan pasien. Penanganan prioritas dilakukan misalnya untuk penderita kanker sesuai tingkatan stadiumnya.

Ruang Paviliun Sakura di RSUD AW Sjahranie bagi pasien VIP (niaga.asia/Saud Rosadi)

“Soal pasien dipulangkan sebelum sembuh belum terjadi di RS dan dilaporkan ke saya. RSUD AW Sjahranie sebagai rumah sakit rujukan tertinggi di Kaltim tangani pasien smpai tuntas,” klaim David Hariadi.

“Tidak mungkin pasien belum sembuh kita pulangkan. Itu tidak manusiawi. Kita sudah sampaikan itu ke teman-teman sejawat (rekanan dokter),” sebut David.

Merespons soal parkir kendaraan di jalan akses menuju RSUD AW Sjahranie yang dikhawatirkan menghambat gerak kendaraan pasien menuju IGD, David Hariadi menyebut itu menjadi wewenang pemerintah kota Samarinda. Meski begitu dalam beberapa kali kesempatan dia telah menyampaikan soal itu.

“Sudah saya sampaikan ke Lurah Sidodadi dan akan saya sampaikan lagi,” ujar David Hariadi.

Ditemui kembali usai kegiatan, FKP memang menjadi syarat RS melakukan reformasi birokrasi. Tujuan kedua, manajemen RSUD AW Sjahranie ingin mendengarkan aspirasi pengguna layanan RS.

“Seperti anda lihat, banyak sekali yang disampaikan oleh masyarakat,” David Hariadi menerangkan.

“Komunitas pen-support kanker misalnya, itu kan pelanggan utama kita. Hanya saja kadang-kadang permasalahan mereka itu tidak sampai ke kita. Pertemuan seperti ini, itu yang kami dengan benar-benar dari masyarakat. Sehingga itu disesuaikan dengan program kami,” David Hariadi menjelaskan.

Selama ini, RSUD menyusun program sesuai dengan perintah dari pemerintah provinsi Kalimantan Timur.

“Kemudian, apakah program itu sejalan dengan kebutuhan masyarakat, itu kan belum tentu? Karena itu, untuk menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat kami adakan forum seperti ini,” David Hariadi menambahkan.

Forum Konsultasi Publik RSUD AW Sjahranie terdiri dari beragam lintas sektoral (niaga.asia/Saud Rosadi)

Meski menerima banyak masukan, David Hariadi memastikan tidak merubah pelayanan karena pelayanan saat ini sudah menjadi standar pelayanan.

“Hanya saja, ada beberapa hal selama ini belum kami tangkap (mendapatkan informasi), itu menjadi masukan seperti dari komunitas kanker,” David Hariadi menjelaskan.

Atensi Pasien Sakit Kanker

Selama ini, manajemen RSUD AW Sjahranie belum terpikirkan pentingnya informasi bagi pasien penderita kanker yang ada di rumah singgah kanker.

“Ternyata pasien-pasien di rumah singgah itu perlu informasi. Nah, ini belum terpikirkan oleh kami. Begitu mendengar ini, kami jadi tahu oh ternyata memang perlu. Mungkin misalnya dua minggu sekali, dari kami untuk menyampaikan informasi-informasi kepada mereka,” kata David Hariadi.

Menurut David Hariadi terkadang memang masyarakat, pasien penderita kanker misalnya, secara administratif tidak mengetahui persis mesti berobat dalam jangka waktu berapa bulan.

“Misalnya selama tiga bulan harus menjalani kemoterapi di sini. Nah, dalam tiga bulan ini masyarakat juga bertanya apa yang harus saya lakukan supaya pelayanan saya lancar? Saya mendaftar seperti apa? Pembiayaannya bagaimana?” kata David Hariadi.

Hal-hal seperti itu menurut David Hariadi tidak tersampaikan oleh masyarakat apabila berada di ruang penanganan. Pun demikian bagi petugas administrasi RS tidak sempat menyampaikan apabila sedang melayani banyak orang.

Nah, jadi saya memotong birokrasi. Informasi itu jangan lewat orang lain lagi tapi langsung dari rumah sakit (dengan datang menemui pasien kanker),” demikian David Hariadi.

Penulis : Saud Rosadi | Editor : Saud Rosadi

Tag: