Rusia Merekrut Tentara Bayaran untuk Bertempur di Ukraina

Anggota kelompok Wagner di bagian timur Ukraina pada 2014/15.[ @RSOTM TELEGRAM GROUP/BBC NEWS INDONESIA]
BERBAGAI akun media sosial dan grup-grup percakapan digunakan di Rusia untuk merekrut kelompok tentara bayaran guna dikerahkan bersama pasukan Angkatan Darat dalam pertempuran di Ukraina.

BBC telah berbincang dengan seorang serdadu sewaan dan seorang mantan petempur yang punya keterkaitan erat dengan sebuah perusahaan tentara swasta di Rusia. Mereka berbagi sejumlah hal-hal terperinci mengenai rangkaian upaya perekrutan.

Beberapa pekan sebelum invasi dimulai, serdadu sewaan tersebut mengungkap kepada BBC bahwa banyak veteran organisasi rahasia Wagner dikontak melalui grup percakapan Telegram. Mereka diundang untuk menghadiri “piknik di Ukraina” dan menyantap “Salo”, lemak babi yang merupakan hidangan tradisional Ukraina.

Undangan itu secara khusus ditujukan pada “mereka yang punya catatan kriminal, utang, dicoret dari kelompok-kelompok tentara bayaran, atau tanpa paspor eksternal”. Pesan tersebut juga menyebut “orang-orang dari kawasan Luhansk dan Donetsk yang diduduki Rusia—diundang dengan hormat”.

Kelompok Wagner adalah salah satu organisasi paling rahasia di Rusia. Keberadaannya secara resmi tidak diakui karena bertugas sebagai tentara bayaran melanggar hukum di Rusia dan juga hukum internasional.

Bagaimanapun, setidaknya 10.000 personel Wagner diyakini menandatangani paling sedikit satu kontrak dengan Wagner selama tujuh tahun terakhir.

Tentara bayaran yang berbincang dengan BBC mengatakan para personel baru dikirim ke unit-unit yang dikomandoi perwira-perwira dari GRU—badan intelijen militer Rusia di bawah Kementerian Pertahanan.

Menurutnya, kebijakan perekrutan telah berubah dan semakin sedikit larangan yang diterapkan.

“Mereka merekrut semua orang, siapa pun,” jelasnya, seraya menyebut bahwa para petempur baru ini punya tingkat profesionalisme yang rendah.

Anggota kelompok Wagner di Suriah. [.[ @RSOTM TELEGRAM GROUP/BBC NEWS INDONESIA]
Sebelumnya, orang-orang yang punya catatan kriminal tidak bisa bergabung menjadi tentara bayaran. Orang yang lahir di luar Rusia sebelumnya tidak bisa bergabung karena kesetiaan mereka diragukan.

Dia mengatakan para tentara bayaran yang baru direkrut ini tidak lagi disebut tentara Wagner, tapi dengan nama-nama lain seperti ‘Elang’.

Sebutan-sebutan itu menunjukkan kecenderungan baru-baru ini dalam menjauhi reputasi kelompok Wagner karena “merek itu sudah tercemar”, kata Candace Rondeaux, professor kajian Rusia Eurasia, dan Eropa Timur dari Arizona State University.

Kelompok Wagner berulang kali dihadapkan pada tuduhan pelanggaran HAM dan kejahatan perang dalam operasi tempur di Suriah dan Libia.

Sumber-sumber BBC mengatakan tentara bayaran yang baru direkrut menerima pelatihan di markas Wagner di Mol’kino, bagian selatan Rusia. Lokasinya berada persis di sebelah pangkalan militer Rusia.

Upaya perekrutan tentara bayaran tidak hanya digencarkan di grup-grup percakapan privat, tapi juga dilangsungkan secara umum.

Sebuah laman yang menyebut diri mereka sebagai spesialis dalam kegiatan keamanan, mengunggah iklan di media sosial Rusia, VK, pada pekan pertama invasi ke Ukraina. Iklan itu mencari “petugas keamanan” dari negara-negara bekas Uni Soviet untuk ditempatkan di “negara tetangga”. Para pakar militer menilai itu adalah rujukan untuk Ukraina.

Ada “kebutuhan petempur yang tinggi” dan agar bisa berpengaruh di medan tempur “mereka perlu ribuan tentara bayaran”, kata Jason Blazakis, peneliti senior dari lembaga kajian Soufan Centre yang berbasis di AS.

Pada Jumat (11/03), Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, mengatakan terdapat 16.000 petempur dari Timur Tengah telah bersukarela untuk bertempur bersama tentara Rusia. Presiden Vladimir Putin lantas memberikan perintah yang mengizinkan para petempur dari Timur Tengah dikerahkan dalam pertempuran di Ukraina.

Dilaporkan ada sekitar 400 petempur dari kelompok Wagner yang sudah berada di Ukraina.

Kelompok Wagner pertama kali diidentifikasi pada 2014, saat mendukung milisi separatis pro-Rusia dalam konflik di bagian timur Ukraina.

Seorang petempur Wagner yang berbincang dengan BBC, menjelaskan bahwa dirinya dikirim ke Kharkiv—kota terbesar kedua di Ukraina—pada beberapa hari pertama invasi ke Ukraina. Dia mengeklaim saat itu unitnya berhasil menyelesaikan misi, tanpa mengungkap misi apa yang dia maksud.

“Kami kemudian dibayar US$2.100 (Rp30 juta) yang setara sebulan bekerja, lalu dipulangkan kembali ke Rusia,” ungkapnya kepada BBC.

Jason Blazakis, peneliti senior dari lembaga kajian Soufan Centre yang berbasis di AS, menilai penggunaan tentara bayaran adalah “tanda keputusasaan” demi mempertahankan sokongan publik Rusia. Pasalnya, keputusan Vladimir Putin untuk menginvasi Ukraina telah memicu sejumlah aksi protes di Rusia dan ribuan orang telah ditangkap.

Blazakis menambahkan, penggunaan tentara bayaran membuat Kremlin “dapat menjaga angka kematian rendah karena tentara bayaran adalah sesuatu yang bisa dikorbankan”.

Moskow selalu membantah keterkaitan dengan kelompok-kelompok tentara bayaran.

BBC bertanya kepada Kementerian Pertahanan Rusia apakah pangkalan militer di Mol’kino dipakai merekrut pasukan tambahan untuk menyokong upaya yang diistilahkan pemerintah Rusia sebagai “operasi militer khusus di Ukraina”.

Pemerintah Rusia tidak merespons pertanyaan BBC.

**) Artikel ini berasal dari BBC Nerws Indonesia dan sudah ditayang dengan judul; Perang Ukraina: Bagaimana cara Rusia merekrut tentara bayaran untuk bertempur dalam invasi?