
SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Sebagian kota Samarinda di Kalimantan Timur terendam banjir hari Jumat. Kawasan paling parah ada di kecamatan Samarinda Utara. Bahkan cuaca buruk juga mengakibatkan pesawat Citilink dari Jakarta ke Samarinda sempat dialihkan ke Balikpapan.
niaga.asia mencatat hujan intensitas sedang hingga lebat di Samarinda terjadi mulai pukul 14.40 Waktu Indonesia Tengah.
Satu jam kemudian warga ramai melaporkan melalui aplikasi pesan instan terkait situasi ketinggian air di sekitar mereka, maupun jalan yang mereka lalui di perjalanan, mencapai hingga 40 centimeter.
Sampai pukul 16.08 Waktu Indonesia Tengah, kelompok relawan Info Taruna Samarinda (ITS) melaporkan 31 titik banjir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Samarinda melaporkan 11 titik banjir sampai pukul 18.00 Waktu Indonesia Tengah.

Kawasan banjir paling parah ada di kawasan Lempake dan Kebon Agung di utara Samarinda, serta di Mugirejo, kecamatan Sungai Pinang. Ketinggian air banjir bercampur lumpur mencapai hingga separuh motor dan mobil.
Cuaca buruk juga mengganggu penerbangan di Bandara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto di Samarinda (kode IATA: AAP)
Dari laman pemantau penerbangan flighradar24 penerbangan Citilink QG422 dari Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng (kode IATA: CGK) yang seharusnya dijadwalkan mendarat pukul 13.35 Waktu Indonesia Tengah, dialihkan ke Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan setelah sempat berputar dua kali di udara.

Citilink dengan registrasi PK-GTK itu kembali terbang ke Samarinda dan baru mendarat sekitar pukul 17.06 Waktu Indonesia Tengah.
Akses jalan dari bandara Samarinda menuju tengah kota lumpuh total. Penyebabnya banjir dalam di kawasan turunan jalan sekitar Kebun Raya Samarinda serta banjir di Jalan DI Panjaitan. Warga tidak bisa berbuat banyak selain menunggu air surut.
“Macet kendaraan tidak bergerak dari Tanah Merah sampai ke arah kota,” kata Sadikin, warga Tanah Merah kepada niaga.asia.
Mesti Turun Tangan
Alamsyah, 45 tahun, seorang pekerja di sektor perbankan di Samarinda menilai pemerintah pusat mesti turun tangan dalam banyak upaya membantu pemerintah kota Samarinda dan pemerintah provinsi Kalimantan Timur, menangani banjir di Samarinda.

Pemerintah kota dan provinsi memang harus diakui telah berupaya melakukan penanggulangan banjir. Di antaranya melakukan pengerukan sungai karang Mumus dan pembenahan drainase. Tapi itu belumlah cukup sebab banjir masih cukup parah.
“Apalagi, kota Samarinda adalah kota penyangga ibu kota Nusantara selain Balikpapan,” kata Alamsyah dalam perbincangan Jumat.
“Kalau hanya pemerintah kota saja, dan pemerintah provinsi Kalimantan Timur saja sepertinya berat dari sisi anggaran. Dan Samarinda ini kan ibu kota provinsi Kalimantan Timur,” ujar dia.

Kondisi saat ini di Samarinda dinilai cukup mengkhawatirkan Diperkirakan ratusan ribu orang hingga tahun 2024, utamanya pekerja pemerintahan kementerian akan pindah bertahap ke ibu kota Nusantara di Sepaku, kabupaten Penajam Paser Utara.
“Pegawai yang pindah itu kan dalam 5-10 tahun kedepan mungkin masih tergantung dengan kota-kota di sekitarnya seperti Balikpapan dan Samarinda. Seperti soal sekolah, wisata dan rumah sakit,” Alamsyah menerangkan.
“Nah, nanti misal kalau mereka ke Samarinda hujan deras dan kemudian banjir di Samarinda itu yang jadinya tidak pas,” ujarnya.

Alamsyah juga menyayangkan banjir merendam akses jalan dari dan menuju bandara Samarinda yang juga akan jadi bandara penunjang ibu kota Nusantara, selain bandara yang ada di kota Balikpapan.
“Sepertinya soal itu kalau sulit membenahi banjir di jalan aksesnya, sebaiknya membuat alternatif atau jalan baru. Seperti rencana tahap-tahap proyek tol Samarinda ke Bontang. Itu harus segera dipikirkan dari sekarang. Karena tahun 2024 itu tidak lama lagi,” jelas Alamsyah.
Penulis : Saud Rosadi | Editor : Saud Rosadi
Tag: Badan Otorita IKNBalikpapanBandara APT PranotoBanjirBanjir SamarindaBencanaCitilinkCuaca BurukIbu Kota BaruIKN NusantaraKaltimKementerian PUPRPembangunanPemkot SamarindaPemprov KaltimPenajam Paser UtaraPeristiwaSamarindaSepaku