SDN 04 Sebatik Tengah Siapkan Kantin Rupiah Untuk Penukaran Uang Malaysia ke Indonesia

Murid SDN 04 Sebatik Tengah memperlihatkan Kantin rupiah tempat penukaran uang Ringgit Malaysia ke Rupiah Indonesia (Foto : Budi Anshori/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Sekolah Dasar Negeri (SDN) 04 yang berlokasi di jalan lingkar Desa Sungai Limau, Kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan, menjadi salah satu sekolah milik pemerintah yang berdiri di garis perbatasan Indonesia – Malaysia.

Berjarak hanya sekitar 1 kilometer dari patok 7 batas negara RI – Malaysia, sebagian murid SDN 04 Sebatik Tengah, merupakan anak-anak yang orang tuanya bekerja di ladang-ladang perkebunan kelapa sawit Malaysia.

“Dari 141 jumlah murid, terdapat 30 orang lebih murid berdomisili di wilayah Malaysia, karena orang tuanya bekerja di perkebunan kelapa sawit Malaysia,” kata Kepala Sekolah SDN 05, Sittiara Razak pada Niaga.Asai, Selasa (29/07/2205).

Selain dialog percakapan terpengaruh bahasa Malaysia, anak-anak PMI ini sehari-harinya berangkat sekolah berbekal uang jajan Ringgit Malaysia (RM). Perbedaan mata uang dan bahasa awalnya menjadi kendala bagi murid dan guru.

Untuk mempermudah pembelajaran, para guru sesekali menyelipkan bahasa melayu Malaysia, dalam kata pengantar pelajaran. Penyesuain bahasa ini bertujuan mempermudah bagi anak memahami kalimat-kalimat pelajaran.

“Terkadang kalau anak-anak sulit memahami bahasa Indonesia, terpaksa kami menggunakan bahasa Malaysia, dalam mengajarkan mata pelajaran,” tuturnya.

Penyesuaian kebutuhan bahasa dipandang cukup berhasil membuat anak-anak memahami pelajaran, namun secara perlahan para guru tetap mengajak anak-anak harus belajar bahasa Indonesia sebagai bentuk nasionalisme.

“Sebagian anak PMI sudah pintar berbahaya Indonesia, mereka mulai lancar berkomunikasi dan berdialog bahasa Indonesia dalam tiap percakapan,” sebutnya.

Selain penyesuaian bahasa, sekolah sejak tahun 2024 membuka Kantin Rupiah yang fungsinya sebagai tempat penukaran uang Ringgit Malaysia yang dibawa anak-anak PMI untuk jajan di sekolah ke uang rupiah.

Keberadaan kantin rupiah SDN 04 Sebatik Tengah, tidak hanya sebagai tempat penukaran mata uang, namun juga menjadi program sekolah dalam menanamkan kepada semua murid untuk cinta dan bangga rupiah.

“Kami kerjasama dengan pihak BPD Kaltimtara menyiapkan uang kecil Rp 1.000 dan Rp 2.000 untuk penukaran uang RM ke Rp,” ujarnya.

Kantin rupiah juga dimanfaatkan para guru mengenalkan mata uang rupiah kepada anak-anak PMI, sekaligus mengajak murid untuk belajar berhitung matematika tambahan, perkalian dan pengurangan menggunakan uang.

Sittiara menerangkan, sistem penukaran uang Malaysia ke uang Indonesia dibulatkan menjadi Rp 3.000 per 1 RM, jika ada kelebihan dari perhitungan tukaran uang Malaysia, maka uang tersebut masuk kas sekolah.

“Tiap 1 RM setara Rp 3.800. Kenapa penukaran uang dibulatkan Rp 3.000, karena di Sebatik tidak ada uang pecahan di bawah Rp 1.000.

Seiring waktu, Kantin rupiah berkembang menjadi wadah bagi guru menerapkan pembelajaran numerasi kepada murid dalam memahami dan menggunakan konsep matematika dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari.

“Misalnya anak-anak punya 2 RM, sebelum ditukar saya tanya kalau 2 RM berapa rupiah, terkadang saya ajak mereka berhitung dan perkalian uang serta pengenalan gambar-gambar uang,” ungkapnya.

Peningkatan numerasi dan literasi terhadap murid di sekolah erat hubungannya dengan upaya sekolah kembali mendapatkan Bantuan Operasional Sekolah Kinerja (Boskin) yang terhenti di tahun 2024 – 2025.

Program Boskin dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merupakan bentuk apresiasi kepada sekolah yang dinilai berkinerja baik dalam menyelenggarakan layanan pendidikan.

“Tahun 2023 literasi sekolah naik, jadi kami dapat Boskin, tahun 2024 tidak dapat karena literasinya turun, makanya kami coba tingkatkan lagi literasinya,” tutupnya.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan

Tag: