Selain Hasil Olahan Kayu, Kaltim Juga Ekspor Karet dan PKE

Ax
Wagub Kaltim Hadi Mulyadi melepas ekspor ke sejumlah negara, di Samarinda, Kamis (28/3). (Foto : Niaga Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Kalimantan merupakan salah satu Pulau penghasil kayu terbanyak di Indonesia. Tidak heran, jika hasil olahan kayu menjadi primadona ekspor di Kalimantan, khususnya di Kalimantan Timur.

Untuk itu Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) yang diwakili Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Agus Sunanto, kembali melepas produk ekspor komoditas pertanian asal Samarinda.

Beberapa produk hasil olahan kayu yang terdiri dari Veneer Kruing sebanyak 1.132,71 m3 milik PT Kayu Alam Perkasa Raya dengan nilai ekspor sebesar Rp Rp 8,18 miliar, akan diekspor ke India, Kayu Moulding sebanyak 716,836 m3 milik PT Oceanias Timber Products senilai Rp 4,20 miliar dengan tujuan ekspor ke Cina; dan Plywood sejumlah 226,986 m3 milik PT Rimba Raya Lestari senilai Rp 1,74 miliar dengan tujuan ekspor negara Myanmar.

Selain hasil olahan kayu, dua produk unggulan yang dilepas yakni Karet sebanyak 302,4 ton milik PT Multi Kusuma Cemerlang senilai Rp 5,16 miliar dengan tujuan ekspor ke Taiwan dan PKE (Palm Kernel Expeller) sebanyak 400 Ton (20 Kontainer) milik CV. Rizata Wijaya senilai Rp 509 juta dengan tujuan ekspor ke negara Cina.

Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Badan Karantina Pertanian Agus Sunanto mengatakan, akan terus mendorong bisnis non migas asal Kaltim, mengingat potensi pertanian yang dimiliki. “Ekspor merupakan salah satu mekanisme untuk meningkatkan kesejahteraan petani, di samping untuk menambah devisa negara. Oleh karena itu Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian, berkomitmen untuk menjadikan tahun 2019 sebagai tahun akselerasi ekspor,” kata Agus, Kamis (28/3).

“Dengan dukungan Karantina Pertanian Samarinda dalam akselerasi ekspor produk pertanian dalam bentuk pelayanan cepat dengan Service Level Agreement 1 jam hingga 1 hari dengan pelayanan 24 jam 7 hari kerja ini, diharapkan dapat meningkatkan akselerasi ekspor dari Kalimantan Timur hingga 200% dari tahun sebelumnya”, tambahnya.

Sedangkan menurut Kepala Karantina Pertanian Samarinda Agus Sugiyono menerangkan, berdasarkan data di sistem IQfast selama tahun 2018 jumlah kegiatan ekspor di Karantina Pertanian Samarinda mencapai 266 kegiatan dan pada triwulan tahun 2019 ini total nilai ekspor telah mencapai 38,62 miliar.

“Di Kalimantan Timur, berbagai komoditas unggulan seperti hasil karet olahan, produk kayu olahan seperti plywood, moulding, veneer kruing dan produk olahan kelapa sawit telah rutin di ekspor ke berbagai negara seperti Cina, Myanmar, India, Taiwan, dan bahkan hingga ke Amerika Serikat,” tambah Agus Sugiyono.

Dia menambahkan, potensi ekspor sarang burung walet juga cukup menjanjikan. Tercatat pula di sistem IQfast pada tahun 2018 pengiriman sarang burung walet sebanyak 7.259 kg, jika kisaran harga Rp 14 juta per kilogram, maka nilai jual sarang burung walet mencapai Rp 101 miliar. Selain itu, komoditas kakao, yang berada di daerah Berau dan juga rumput laut di Bontang, juga berpotensi ekspor. Namun beberapa komoditas tersebut untuk saat ini belum dapat dimaksimalkan untuk ekspor, sehingga masih dilalulintaskan sebatas antar area.

Hadi Mulyadi, Wakil Gubernur Kalimantan Timur yang turut hadir dalam acara pelepasan ekspor mengapresiasi para perusahaan yang turut menyumbang devisa untuk negara. “Pelepasan ekspor komoditas pertanian pada hari ini, membuktikan bahwa komoditas kita, sudah bisa bersaing dan diterima di pangsa pasar internasional. Sehingga, potensi besar lainnya yang kita miliki harapannya akan bisa menyusul untuk dapat diterima oleh mancanegara dengan jangkauan yang lebih luas,” kata Hadi. (006)