Sembilan dari 10 Bahan Pangan Didatangkan dari Luar Kaltim

Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kaltim  (dari kiri ke kanan) Kepala Disperindagkop Kaltim, HM Robyan Noor, dan Kepala Dinas  Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura, Siti Farisha Yana, Asisten Sekda Kaltim Bidan Ekonomi dan pembangunan, Abu Helmi dan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltim, Darmasyah M Prijanto, di Ruang Ruhui Rahayu Kantor Gubernur Kaltim,  hari ini, Selasa (19/4/2022). (Foto Intoniswan/Niaga.Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Masyarakat Kalimantan Timur susah keluar dari gejolak harga pangan sebab, dari 10 bahan pangan, hanya satu, yaitu daging ayam ras bisa dipenuhi sendiri dari pasokan di daerah, sedangkan sembilan bahan pangan lainnya, sangat tergantung dari pasokan dari luar daerah.

Ketersedian bahan pangan yang didatangkan dari luar Kaltim di daerah pedalaman seperti di  Kabupaten Mahakam Ulu dan Kutai Barat, serta Kutai Timur, kadang juga terganggu akibat jalanan yang rusak.

Hal itu terungkap dari laporan Bank Indonesia Perwakilan Kaltim yang disampaikan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltim, Darmansjah M Prijanto, mewakili Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltim, Ricky Perdana Gozali, Bupati Kutai Timur, H Ardiansyah Sulaiman, Wakil Bupati Kutai Barat, Edyanto Arkan, dan laporan staf bupati Mahakam Ulu dalam rapat TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) Kaltim di Ruang Ruhui Rahayu Kantor Gubernur Kaltim,  hari ini, Selasa (19/4/2022).

Rapat TPID Kaltim dibuka Sekda Kaltim, Sri Wahyuni mewakili Gubernur Kaltim, H Isran Noor. Selanjutnya rapat dipimpin Asisten Sekda Kaltim Bidan Ekonomi dan pembangunan, Abu Helmi. Sedangkan yang jadi pelapor adalah Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltim, Darmansyah M Prijanto, Kepala Disperindagkop Kaltim, HM Robyan Noor, dan Kepala Dinas  Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura, Siti Farisha Yana.

Hadir dalam Rapat TPID Kaltim itu,  juga hadir Wakil Wali Kota Bontang, Hj Najirah, Wakil Bupati Kukar, Rendi Solihin, dan para asisten bidang Ekonomi dan Pembangunan dari Pemkab/Pemkot se-Kaltim, anggota Tim satgas Pangan Polda Kaltim, Perwakilan dari Korem 091/ASN, Bulog Samarinda.

Menurut Darmansjah, 9 bahan pangan yang dipasok dari luar untuk memenuhi kebutuhan Kaltim itu hingga saat ini, adalah beras, minyak goreng, gula pasir, bawang merah, cbai keriting, bawang putih, telur ayam, tepung terigu, cabai rawit.

“Untuk mengatasi ketergantungan akan bahan pangan yang harus didatangkan dari luar Kaltim itu, perlu penguatan produksi di Kaltim,” katanya.

Kepala Disperindagkop dan UKM Kaltim, HM Yadi Robyan Noor mencatat, stabilitas dan ketersediaan barang kebutuhan pokok (Bapok) untuk Kaltim punya ketergantungan yang cukup besar terhadap kondisi daerah produsen dan sistem distribusi nya untuk sampai ke Kaltim.

Sebagian besar barang kebutuhan pokok Kaltim  dari Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Jakarta. Beberapa pelabuhan pintu masuknya bapok ke Kaltim adalah Samarinda, Balikpapan, Bontang, Berau, Kutai Timur.

“Komoditi bapok yang secara kuantitatif sudah mampu disediakan oleh Kaltim adalah daging ayam boiler, sebanyak 90% kebutuhan lokal, sudah mampu dihasilkan oleh Kaltim,” ujarnya.

Menurut Roby, salah satu permasalahan yang membuat ada harga Bapok naik adalah naiknya biaya container menyebabkan para pelaku usaha menaikkan harga jual
komoditi Bapok.

“Sedang permasalahan lain yang dihadapi menjelang Idulfitri adalah antrian BBM solar subsidi, bisa menyebabkan keterlambatan distribusi Bapok, sehingga dikhawatirkan dengan tingginya permintaan menjelang lebaran  mengakibatkan kekurangan ketersediaan Bapok di masyarakat,” ujarnya.

Sementara pejabat dari Pemkab Mahulu melaporkan pada TIPD Provinsi Kaltim, untuk di ibu kota kabupaten Mahulu, Ujo Bilang, dari 10 bahan pokok, kesepuluhnya tergantung pada pasokan dari luar daerah, sedangkan di wilayah lainnya masyarakat memenuhi sendiri kebutuhan pokoknya dari usaha sendiri.

“Distribusi 10 bahan pokok tersebut, dari kota  Samarinda ke Mahulu yang makan waktu, sampai di Kubar masih bisa menggunakan angkutan darat, selanjut harus dibawa lewat angkutan sungai dalam jumlah tebatas,” ucapnya.

Sedangkan Bupati Kutai Timur, H Ardiansyah Sulaiman maupun Wakil Bupati Kutai Barat, Edyanto Arkan, sama-sama mengkhawatirkan distribusi 10 bahan pokok ke daerahnya terganggu rusaknya jalan negara menuju ke Sangatta dan Melak.

“Sekarang, dari Sangatta ke Samarinda, maupun sebaliknya paling cepat perlu waktu 6 jam, karena jalan rusak. Ini saya sangat khawatir, karena di ruas jalan tersebut tak ada lagi alat berat bekerja yang bisa dimintai bantuan sewakt-waktu apabila jalan ambals atau longsor,” kata Ardiansyah.

Penulis : Intoniswan | Editor : Intoniswan

Tag: