Semua Korban KM Amelia Berasal dari Biduk-Biduk, Berau

aa
Keluarga korban meledaknya Kapal Motor Amelia, Juriah (kiri) istri dari Jamaluddin dan Mariah, istri dari pemilik kapal. (Foto Intoniswan)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Tiga korban meninggal dan dua luka bakar dalam peristiwa  meledaknya Kapal Motor Amelia di dermaga milik PT Sei Mahakam di Jalan KH Mas Mansyur RT 23, Kelurahan Loa Bakung, Kecamatan Sungai Kunjang, Selasa lalu (5/1) sekira pukul 20.30 Wita berasal dari Biduk-Biduk, Kabupaten Berau.

Ledakan Tabung Gas Hancurkan KM Amelia, 1 Meninggal, 2 Hilang

Dua Korban KM Amelia yang Hilang Ditemukan Meninggal Dunia

Mariah, istri dari pemilik KM Amelia, Kadri maupun Juriah, istri dari Jamaluddin (50) yang meninggal dalam kejadian tersebut, maupun Rusdi, kakak dari Mariah sama-sama mengaku tak menyangka tertimpa musibah. Malam kejadian, anak buah kapal memang memuat aneka barang ke kapal setelah sehari sebelumnya mengorder barang dari sejumlah toko langganan.

“Malam kejadian hanya ada anak buah kapal, sedangkan Pak Kadri (suaminya) sedang membesuk keluarga yang sakit di rumah sakit,” kata Mariah saat bertemu dengan Niaga.Asia di tempat pencucuian kendaraan di Jalan Teuku Umar, Karang Paci, Kamis (7/2) sore.

Dalam peristiwa yang diduga penyebabnya adanya tabung gas LPG yang bocor dan di tempat yang sama juga ada anak buah kapal menyalakan alkon pembuang air dari lambung kapal, membuat kapal Amelia terbelah dan tenggelam bersama satu kapal lain yang juga sandar di dermaga yang sama.

Sedangkan korban jiwa, 3 meninggal, yakni Ramadhan meninggal di rumah sakit akibat luka bakar serius. Arman (25) dan Jamaluddin dalam peristiwa itu juga terlempar ke sungai Mahakam, dimana hari Kamis (7/2) ditemukan Tim SAR dari Basarnas Kaltim-Kaltara dalam kondisi meninggal. Dua lainnya, Ningsih (20) dan  Alam (40) masih dalam perawatan di rumah sakit tapi dalam kondisi stabil.

Menurut Mariah, seluruh anak buah kapal berasal dari Biduk-Biduk dan sudah lama bekerja di kapal. Di Biduk-Biduk anak buah kapal juga tinggal bertetangga. Dari ketiga korban meninggal, lanjutnya, Ramadhan dan Jamaluddin, jenazahnya dibawa pulang ke Biduk-Biduk. Sedangkan Arman kemungkinan besar akan dimakamkan di Handil, di tempat kerabatnya. “Saya bersama Juriah baru sampai di Samarinda, naik kendaraan melalui darat,” ucapnya.

Sedangkan Rusdi menerangkan, kapal Amelia sudah dua tahun menumpang sandar dan melakukan bongkar muat di dermaga milik PT Sei Mahakam tersebut. Kapal sandar di dermaga tersebut, lanjutnya, juga karena kebaikan hati pemilik dermaga. “Sandar di dermaga itu karena hubungan baik dengan pemilik dermaga,” ucapnya.

Dermaga milik perusahaan tersebut dipilih, kata Rusdi, karena untuk melakukan bongkar muat barang ke kapal di pelabuhan resmi, prosedurnya sangat susah, berbelit-belit. Apabila sandar di pelabuhan resmi, kegiatan memuat barang kadang-kadang harus dihentikan dan kapal harus keluar dermaga karena ada kapal lain mau sandar.

Tentang bangkai kapal Amelia yang sudah tenggelam, Rusdi menyebut, setelah jenazah korban meninggal diselamatkan, maka akan dilakukan penyelaman dan mengkomunikasikan dengan pemilik dermaga. “Biasa jadi hanya mesin kapal yang bisa diangkat. Tapi badan kapal tentu harus digeser dari dermaga,” ucapnya.

Sementara itu Kepala Dinas Perhubungan Kota Samarinda, H Ismansyah mengungkapkan, Pemkot Samarinda, Cq Dishub sudah kehilangan kewenangan mengontrol pelabuhan maupun atas kapal pasca terbitnya Permenhub No 39 Tahun 2017, dimana kapal besar ada di KSOP (Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan). Kontrol atas kapal sebesar KM Amelia yang berlayar antar wilayah ada di KSOP. “Kita hanya diberi kewenangan mengurus kapal kecil, 7 GT (gross ton) ke bawah,” ujarnya. (001)