
SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Event besar tahunan Dialog Serantau Borneo Kalimantan (DSBK) ke-XVI 2025 yang digelar di Kota Samarinda resmi dibuka Wakil Gubernur Kaltim Seno Aji, Selasa 17 Juni 2025.
Forum diskusi yang mempertemukan ratusan sastrawan dari tiga negara serumpun yakni Malaysia, Brunei Darussalam dan Samarinda, Indonesia itu membahas bagaimana memperkuat posisi bahasa Melayu di ketiga negara itu.
Forum yang telah berjalan sejak 1987 ini, dan telah berhasil diselenggarakan di berbagai negara, tentu menjadi suatu kehormatan dan kebanggaan bagi provinsi Kaltim yang telah ditetapkan sebagai tuan rumah DSBK XIV untuk kedua kalinya
“Alhamdulilah tahun ini menjadi kesempatan bagi Kaltim menjadi tempat dialog DSBK sastrawan tiga negara ini,” kata Seno, di Hotel Harris, Jalan Untung Suropati, Samarinda.
Seno menjelaskan, DSBK bukan hanya sekadar pertemuan, melainkan ruang untuk bertukar ide dan juga menyusun arah pemajuan budaya.
Rangkaian kegiatan DSBK mencakup dialog, muhibah budaya ke Tenggarong, parade sastra, wisata kapal, hingga penyusunan rekomendasi dan penunjukan tuan rumah DSBK berikutnya.
“Banyak negara yang hadir. Ada Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia (Samarinda) dan beberapa negara bagian juga ikut,” ujar Seno.
Forum diskusi DSBK ini juga dimanfaatkan sebagai sarana memperkenalkan provinsi Kaltim yang terus berkembang. Mulai dari infrastruktur dan lainnya.
“Seperti Ibu Kota Nusantara (IKN), kemudian infrastruktur kita juga semakin bagus. Ini yang menambah suasana bagus dan menarik untuk dialog serantau ini,” jelas Seno.

Selain itu, event DSBK ini juga menjadi ajang saling bertukar informasi terkait budaya, yang ada di tiga negara serumpun ini.
“Budaya menjadi leluhur ini dari zaman dulu. Bahkan asimilasi (pembauran budaya) di Kaltim, banyak terjadi antara kebudayaan Jawa, Kutai dan Banjar,” sebut Seno.
Di tengah gempuran modernisasi, menurut Seno, saat ini generasi muda Kaltim masih semangat untuk melestarikan kebudayaan lokal.
Meski jumlahnya tidak sebanyak dulu, masih banyak generasi muda Kaltim yang antusias mendalami dan menggalakkan budaya Kaltim, dengan mengikuti les tari-tarian tradisional dan belajar memainkan alat musik tradisional Kaltim di berbagai sanggar seni.
“Kita harap kebudayaan yang ada di Kaltim bisa terus berkembang dengan baik,” tambah Seno.
Seno juga menyoroti terhadap penggunaan bahasa serumpun melayu yang digunakan ketiga negara ini. Menurutnya, meski induknya adalah Bahasa Melayu, namun pembawaan Bahasa Melayu di masing-masing negara berbeda
“Kalau berbicara bahasa melayu, saat ini banyak menggunakan bahasa melayu yakni malaysia dan indonesia. Tetapi bahasa indonesia tetap indonesia,” jelasnya.
“Memang mirip tapi tidak sama. Tapi, tidak perlu dipermasalahkan. Jadi silahkan berbahasa dengan baik dan benar sesuai kamus bahasa Indonesia,” demikian Seno Aji.
Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi | Adv Diskominfo Kaltim
Tag: KaltimKebudayaanSeno Aji