September 2020, Kaltim Deflasi -0,40 Persen

SAMARINDA.NIAGA.ASIA– Provinsi Kalimantan Timur (Gabungan Kota Samarinda dan Kota Balikpapan) pada September 2020 terjadi deflasi sebesar -0,40 persen dengan tingkat inflasi tahun kalender sebesar 0,34 persen dan tingkat Inflasi tahun ke tahun sebesar 0,61 persen.

“Pada September 2020 terjadi deflasi untuk Kota Samarinda sebesar -0,34 persen dan di Kota Balikpapan sebesar -0,46 persen,” ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur, Anggoro Dwitjahyono dalam keterangan resminya secara virtual hari ini, Kamis (1/10/2020).

Menurut Dwi, deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok pakaian dan alas kaki sebesar -1,46 persen; kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar -1,26 persen; diikuti kelompok transportasi sebesar -0,22 persen; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar -0,17 persen dan kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar -0,07 persen.

“Sementara beberapa kelompok menunjukkan peningkatan indeks yaitu kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,49 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,26 persen;  kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,16 persen dan kelompok kesehatan sebesar 0,09 persen,” kata Dwi.

“ Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga dan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran menunjukkan indeks yang stabil dibanding bulan sebelumnya,” sambungnya.

Deflasi nasional

Secara nasional BPS mencatat pada September 2020 terjadi deflasi sebesar 0,05 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 104,85. Dari 90 kota IHK, 56 kota mengalami deflasi dan 34 kota mengalami inflasi.

“Deflasi tertinggi terjadi di Timika sebesar 0,83 persen dengan IHK sebesar 106,50 dan terendah terjadi di Bukittinggi, Jember, dan Singkawang masing-masing sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 103,25; 104,64; dan 102,48,” ungkap Kepala BPS Pusat, Kecuk Suhariyanto, di hari yang sama.

Sementara inflasi tertinggi terjadi di Gunungsitoli sebesar 1,00 persen dengan IHK sebesar 104,96 dan terendah terjadi di Pekanbaru dan Pontianak masingmasing sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 103,44 dan 105,50.

Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,37 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,01 persen; kelompok transportasi sebesar 0,33 persen; dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen.

Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks, yaitu: kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,07 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,15 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,16 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,62 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,13 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,25 persen.

“Sementara kelompok pengeluaran yang tidak mengalami perubahan, yaitu kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya,” terang Suhariyanto.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–September) 2020 sebesar 0,89 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (September 2020 terhadap September 2019) sebesar 1,42 persen.Komponen inti pada September 2020 mengalami inflasi sebesar 0,13 persen.

“ Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–September) 2020 sebesar 1,46 persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (September 2020 terhadap September 2019) sebesar 1,86 persen,” ujarnya.

Pada Bulan September 2020 dari 90 kota pantauan IHK nasional, kata BPS,  sebanyak 34 kota mengalami inflasi dan 56 kota lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Gunung Sitoli sebesar  1,00 persen dan terendah terjadi di Pekanbaru dan Pontianak masing-masing sebesar 0,01 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Timika sebesar -0,83 persen dan terendah sebesar -0,01 persen terjadi di Bukittinggi, Jember dan Singkawang. (adv)

Tag: