Sesak Nafas Tidak Tertolong di RSUD AWS, Upaya Kemanusiaan Berujung Nyawa

Petugas di RSUD AW Sjachranie akhirnya membuka gembok yang mengunci ruang IGD RSUD AW Sjachranie, Senin (26/7) dini hari. (Foto : tangkapan layar)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Warga tidak tertolong medis rumah sakit kembali terjadi di Samarinda. Pasien pun meninggal di RSUD AW Sjachranie. Kejadian itu menambah deretan pasien meninggal tidak tertolong medis.

Pada Jumat (16/7) malam, Tauhid, pasien isoman warga Jalan Lambung Mangkurat meninggal di RSUD Moeis. Sebelumnya dia ditolak dua RS dengan alasan kapasitas penuh dan minimnya obat-obatan.

Pasien dengan keluhan sesak nafas itu meninggal di RSUD IA Moeis setelah sempat dilakukan pemeriksaan medis setempat.

Peristiwa itu terulang lagi dini hari ini tadi. Relawan kemanusiaan dari At Taufik, mengevakuasi warga Jalan Pangeran Suryanata ke RSUD AW Sjachranie. Gejalanya sama, pasien mengalami sesak nafas.

RSUD AW Sjachranie Samarinda (Foto : dok/Niaga Asia)

Namun siapa sangka, ruang IGD RSUD AW Sjahranie tergembok tidak bisa menerima pasien. Sekuriti sempat menjaga depan ruang IGD. Relawan pun dibuat bingung karena mereka sedang berupaya menyelamatkan nyawa manusia yang sedang sakit di dalam ambulan mereka.

Sekitar 20 menit berlalu di tengah kegentingan penyelamatan nyawa pasien, berubah jadi kabar duka. Pasien wanita itu meninggal dunia.

“Kata perawat tidak ada oksigen, tidak ada dokter yang menangani. Pasien akhirnya meninggal di dalam ambulan kami,” kata personil relawan At Taufik, Imran.

RSUD AW Sjachranie Bantah Tolak Pasien

Manajemen RSUD AW Sjachranie angkat suara, mereka membantah menolak pasien. Melainkan kondisinya saat ini berada di luar kemampuan mereka.

Humas RSUD AW Syachranie dr Arysia Andhina. (Foto : istimewa)

“Memang benar ada kejadian seperti itu. Kemampuan kami menangani pasien sudah sampai batas maksimal. Dampak seperti ini pasti akan terjadi,” kata Kepala Instalasi Humas dan PKRS RSUD AW Sjachranie Samarinda dr Arysia Andhina, dikutip Niaga Asia melalui keterangan tertulis dia, Senin (26/7).

Arysia menyampaikan, RSUD AW Sjachranie bukan menolak pasien. Melainkan sudah tidak mampu lagi menangani semua pasien yang datang.

“Keluarga pasien ini juga sudah menghubungi rumah sakit lain, dan mereka juga tidak sanggup. Dan ditambah karena sampai saat ini sudah 250 lebih tenaga kesehatan kami juga sedang isoman,” ujar Arysia.

“Harapan kami memang ada penambahan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah overload pasien ini. Dan hal ini merupakan wewenang pemerintah daerah,” tambah Arysia.

Namun demikian, lanjut Arysia, mengingat tenaga kesehatan juga merupakan sumber daya manusia (SDM) yang sulit dicari saat ini, tentu akan memerlukan waktu untuk merealisasikannya.

“Sehingga pencegahan penyebaran di masyarakat dan edukasi serta sosialisasi masalah keterbatasan fasilitas kesehatan saat ini perlu juga disampaikan ke masyarakat,” tutup Arysia.

Respons Masyarakat

Kejadian itu mengundang respons warga. Terlebih saat ini, kota Samarinda menerapkan PPKM Level 4 mulai 26 Juli-2 Agustus 2021. Namun kondisi itu berbalik kepada ketersediaan tempat tidur di fasilitas kesehatan dan rumah sakit.

“Sekedar saran, jangan PPKM-nya saja diperpanjang! Rumah sakit diurus. Semua menolak orang sakit gimana kalau semua rumah sakit di Samarinda menolak orang sakit tutup saja,” keluh warga di WhatsApp Messenger.

Senada, Faisal (45), warga Tanah Merah menerangkan senada kepada Niaga Asia. Menurut dia, warga sakit saat ini berada dalam kondisi benar-benar memprihatinkan.

“Apapun level daerah, level 1, 2, 3, dan 4 atau apapun. Semoga pemerintah pusat dan daerah mampu fokus menyiapkan sarananya penunjang level. Obat, oksigen, bahkan rumah sakit darurat sesuai level. Agar tidak ada lagi kasus muter-muter nyari oksigen. Nyari rumah sakit sampai meninggal di mobil tanpa ada sentuhan medis,” kata Faisal.

“Karena itulah yang terjadi. Buat apa surat edaran revisi terus perpanjangan. Kalau masyarakat juga tetap.kesulitan untuk mengakses medis,” tambah dia.

Tarik ulur penanganan pasien di depan IGD RSUD AW Sjachranie hingga akhirnya meninggal di ambulan, Senin (26/7) dini hari. (Foto : tangkapan layar)

Relawan pun angkat suara. Mereka kembali menegaskan diri bahwa upaya relawan membantu warga sakit untuk mendapatkan pelayanan medis benar-benar hanya urusan kemanusiaan semata. Terlebih di masa pandemi saat ini.

“Ini soal upaya relawan menyelamatkan nyawa,” kata Koordinator Relawan Info Taruna Samarinda (ITS) Joko Iswanto.

RS Wajib Beri Pertolongan

Plt Kadinkes Kota Samarinda Ismed Kusasih diwawancarai Selasa (4/8). (Foto : Niaga Asia)

Mengutip pernyataan Kadinkes Kota Samarinda Ismid Kusasih pada Jumat (23/7) usai bertemu dengan manajemen rumah sakit, RS wajib wajib menstabilkan keadaan umum (Life Safety) pasien yang datang.

“Sehingga, keadaan gawat atau memburuk harus ditangani terlebih dahulu di UGD. Saat ini, memang rumah sakit memakai sistem buka tutup,” terang Ismid.

Penulis : Saud Rosadi | Editor : Saud Rosadi

 

Tag: